Refleksi Diri - Ketidaktenangan Bathin Merupakan Masalah Kita Ini
Allah menciptakan alam semesta dan menyediakan bagi kita tempat dan
ruang untuk berlari dan menenangkan pikiran ketika segalanya tampak tidak
baik-baik saja. Kita adalah makhluk sosial tidak dapat terpisah dari sesama
mahkluk sosial lainnya, namun di saat yang bersamaan kita juga adalah makhluk
yang individual.
Kerap kali sebagai makhluk individual kita menarik diri dari keramaian,
hiruk-pikuk dan memilih untuk menyepi dan menikmati akan alam ciptaan yang
Kuasa. Kita menyatu dengannya dan ia menjadi bagian dari diri kita dengan
segala keindahan yang berada di dalamnya.
Alam punya cara tersendiri untuk menenangkan dan menghibur kita, ia
menyediakan banyak hal yang kerap kali mensugesti dan membuat kita
terkagum-kagum akan keindahan dan sugesti yang ia tebarkan – mencitrakan yang
mencipta.
Kita bisa saja tersugesti dengan kicauan burung-burung, angin yang
berhembus sepoi-sepoi, tanaman-tanaman merayap yang menempel diantara batang
pohon serta daun-daunan yang melambai-lambai yang seakan-akan memanggil setiap
orang untuk bergabung dengannya.
Ketika menulis akan ini, saya sedang menyepi dan menyendiri dengan diri
saya sendiri, saya ingin beberapa waktu ini saya habiskan dengan diri saya
sendiri tanpa adanya distraksi dan distrupsi dari siapapun dan apapun. Saya
membayangkan diri saya seperti para petapa tua yang menarik diri mereka dari keramaian
dan memilih jalan hidup menyepi. hahaha
Disana mereka menemukan akan kedamaian hidup, disana mereka bergumul
dengan diri mereka sendiri dan disana mereka membawa pulang diri mereka yang
telah sekian lama tersesat dan memilih akan jalannya sendirinya.
Seorang petapa tua pernah menuliskan kalimat yang indah dengan
mengatakan “di tempat yang sunyi ini, aku menemukan akan hidupku yang telah
lama tersesat dan tidak kukenali – aku menemukan akan diriku disudut-sudut kota,
bahkan kerap kali aku menemukan kembali akan identitas diriku di puncak-puncak
gunung, di tepi-tepi pantai dan di lereng-lereng bukit, di tempat-tempat itulah
aku menemukan akan sesuatu yang bagiku disebut “KETENANGAN” dan hal ini tidak
dapat diberikan oleh siapapun dan dipuaskan
dengan apapun, aku menyebutnya “KETENANGAN BATHIN.”
Ketenangan bathin tidak dihasilkan oleh apapun yang anda miliki dan yang
dapat anda capai. Mungkin kita akan terlihat tenang di permukaan, tetapi di dasar
bathin – kita merana dan kosong. Tidak ada keindahan, keadilan dan kedamaian di
dalamnya.
Jika itu ibarat sebuah gua dan orang-orang mendatanginya mungkin mereka
akan menemukan tumpukan-tumpukan sampah berupa kebencian, iri hati, ketakutan,
kekuatiran, kehilangan pengharapan, kehilangan kasih, kehilangan sukacita, permusuhan,
kedengkian dan serangkain hal-hal lainnya.
Hari ini kita dengan mudah sekali terdistraksi oleh apapun dan ini menjadi
salah satu masalah terbesar kita hari ini. Semua dorongan visual dan percakapan
di internet menjadi factor ditraksi terbesar abad ini – dan kita seperti selalu
siap dan ikhlas untuk terdistraksi dengannya. Sebuah kalimat yang bernada
frustrasi menyatakan “dimana ada jaringan internet disana ada tangisan,
ketidaktenangan, frustrasi, kegelisahan, ketakutan, terror, kesenangan semu,
dll.
Yang bagi Richard J. Foster di dalam bukunya “Sanctuary Of The Soul” ia
mengamati bahwa – semua ini hanya tampak di permukaan saja, masalah kita lebih
mendasar dari itu. Masalah yang mendalam dan lebih mendasar dapat diringkas dengan
kalimat “Ketidaktenangan Bathin Karena Distraksi.” Distraksi adalah masalah
semua orang hari ini (bahkan masalah kerohanian setiap pengikut Isa Almasih
hari ini).
Kita tenggelam di dalam kegilaan modern – kita dihujani dan dibombardir
oleh beragam dan bermacam-macam dorongan visual yang seolah-olah disanalah
hidup kita. Saya tidak sedang mengajak anda untuk menjauhi atau meninggalkannya,
tetapi tentu anda tidak ingin diperbudak olehnya bukan?
Saya tidak hanya menuliskan ini untuk anda, tetapi untuk
diri saya juga. kerap kali hubungan saya dengan Sang Pencipta juga mengalami
distraksi demi distraksi dan distrupsi demi distrupsi. Sebuah kalimat yang
agung menyatakan – hubungan vertical yang baik adalah kunci hubungan horizontal
yang harmonis, artinya ketika hubungan dengan sang Pencipta terbangun baik, maka
dampak hubungan dengan individu lainnya akan harmonis.
Ada kekosongan yang dibentuk Allah dalam hati setiap manusia yang tidak dapat diisi oleh sesuatu hal yang diciptakan, tetapi hanya oleh Allah, Sang Pencipta, Allah yang dapat dikenal melalui Yesus, tulis Blaise Pascal filsuf Prancis itu.
Kekosongan itu tidak dapat diisi oleh benda apapun dan
capaian apapun – mungkin anda berusaha untuk mengganti dan mengisinya dengan hal
lain tetapi itu hanya semu – ibarat uap yang baru saja kelihatan lalu lenyap.
Kekosongan itu adalah bathin kita, dia berada dalam kedalaman jiwa yang
hanya dapat dipuaskan, dijangkau dan diisi oleh Pencipta alam semesta ini – kedalaman
yang hanya dapat dijangkau oleh yang menciptakannya. Ken Medema di dalam beberapa
bait syairnya menuliskan akan permohonannya dengan sangat indah bahwa;
Ajar saya untuk tenang dan mendengarkan,
Ajar saya untuk memiliki fokus.
Ajar saya untuk menggunakan keheningan,
Ajar saya untuk menemukan tempat yang damai.
Ajar saya untuk lebih menguasai diri,
Ajar saya untuk lebih terkontrol,
Ajar saya untuk bisa diarahkan,
Karena keheningan lenyap begitu cepat.
Maka ketika sudah waktunya untuk bergerak,
Pastikan agar saya membawa,
Disetiap hari dan momen,
Kedamaian dari mata air sumber keheningan.
Lihatlah alam sekitar kita – sang Pencipta menatanya dengan indah dan elok.
Alam semesta dan segala isinya menggambarkan akan pribadi sang Pencipta yang
darinya asal sumber kedamaian bathin itu. Beberapa tempat disediakannya agar kita
kembali menemukan diri kita yang sering terdistraksi menyendiri bersama-Nya dan
ciptaan-Nya.
Alam adalah salah satu tempat anda menemukan kedamaian dan keheningan lebih jauh dari itu anda tidak hanya menyaksikan akan karya-Nya, tetapi juga berjumpa dengan Dia.
Posting Komentar untuk "Refleksi Diri - Ketidaktenangan Bathin Merupakan Masalah Kita Ini"