Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 3:12-17 "Motifasi Dan Tujuan Yang Baru Di Dalam Kristus" oleh Warren W. Wiersbe
Bacaan Ayat Alkitab;
Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita (TB).
Karena Saudara telah dipilih Allah, yang memberi hidup baru itu, dan karena kasih dan perhatian-Nya yang mendalam pada Saudara, maka Saudara harus bersikap ramah, kasih, dan lemah lembut kepada orang lain. Jangan hanya ingin memberi kesan yang baik kepada mereka, tetapi bersedialah menanggung penderitaan dengan tenang dan sabar.
Hendaklah Saudara lemah lembut dan bersedia memaafkan; janganlah menaruh dendam. Ingatlah, Tuhan telah mengampuni Saudara, maka hendaklah Saudara mengampuni orang lain. Terutama sekali, jadikanlah kasih sebagai penuntun hidup Saudara, sebab dengan demikian seluruh jemaat akan bersatu dalam keselarasan yang sempurna.
Usahakanlah agar kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati Saudara, karena inilah tanggung jawab dan hak Saudara sebagai anggota tubuh-Nya. Dan bersyukurlah senantiasa.
Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup Saudara serta menjadikan Saudara bijaksana. Ajarkanlah hal-hal itu kepada orang lain dan nyanyikanlah dalam mazmur, puji-pujian, dan nyanyian-nyanyian rohani; nyanyikanlah bagi Tuhan dengan hati yang penuh syukur.
Hendaklah segala ucapan dan perbuatan Saudara layak mewakili Tuhan Yesus, dan datanglah bersama Dia ke hadirat Allah Bapa untuk bersyukur kepada-Nya (FAYH). Kolose 3:12-17
Judul Renungan; Motifasi Dan Tujuan Yang Baru Di Dalam
Kristus
Bagian ini melengkapi dorongan Paulus kepada orang kristen untuk
menjalani hidup kudus. Masih menggunakan ilustrasi pakaian;
“menanggalkan …. mengenakan” (ay 8-10). Ia mendorong pembacanya untuk
menanggalkan kain kafan dosa dan kehidupan lama dan mengenakan “jubah”
kekudusan dan kehidupan baru di dalam Kristus.
Penekanan dalam bagian ini adalah pada motifasi. Mengapa kita harus
menanggalkan perbuatan-perbuatan lama dan mengenakan sifat-sifat hidup yang
baru? Paulus menerangkan empat motifasi yang harus mendorong kita untuk
berjalan dalam hidup yang baru (Rm 6:4).
Kasih Karunia Kristus (Kol 3:12-14)
Kasih karunia Allah adalah pemberian Allah untuk orang-orang berdosa
yang tidak layak menerimanya. Paulus mengingatkan orang-orang Kolose tentang
apa yang telah diikerjakan kasih karunia Allah dalam hidup mereka.
Allah memilih mereka (3:12a). Kata pilihan berarti “dipilih Allah.”
Firman Allah kepada Israel melalui Musa dapat menolong kita memahami makna
keselamatan oleh kasih karunia; “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa
manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu – bukankah kamu
ini yang paling kecil dari segala bangsa? – tetapi karena Tuhan mengasihi kamu
…. Maka Tuhan telah membawa kamu keluar (dari Mesir) dengan tangan yang kuat”
(Ul 7:7-8a).
Mukjizat pemilihan ilahi ini tidak tergantung pada keadaan atau
perbuatan kita; karena Allah di dalam Kristus telah memilih kita “sebelum dunia
dijadikan” (Ef 1:4). Jika Allah menyelamatkan orang berdosa berdasarkan kebajikan
atau perbuatan, tidak seorangpun dapat diselamatkan. Semua dimungkinkan oleh
kasih karunia Allah sehingga segala kemuliaan hanya bagi Allah.
Tentu saja, pemilihan ini merupakan “rahasia suci” anak-anak Allah. Ini
bukan suatu ajaran yang perlu disampaikan orang-orang percaya kepada
orang-orang yang belum diselamatkan. Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya (2 Tim
2:19), jadi kita harus menyerahkan pelaksanaan rencana kekal Allah kepada-Nya
saja. Tugas kita adalah memberitakan kabar baik injil kepada dunia yang
terhilang.
Allah memisahkan mereka (3:12). Itulah arti kata kudus. Karena kita telah
percaya kepada Kristus, kita telah dipisahkan dari dunia, untuk Tuhan. Kita
bukan milik kita sendiri; kita telah menjadi milik Dia sepenuhnya (1 Kor
6:19-20). Sebagaimana ucapa pernikahan memisahkan seorang pria dan seorang
wanita untuk saling memiliki sepenuhnya, demikian pula keselamatan memisahkan
orang percaya sepenuhnya bagi Yesus Kristus.
Sangat mengerikan bila di akhir acara pernikahan, mempelai pria
melarikan diri dengan pendamping mempelai wanita. Demikian pula dengan orang
kristen yang hidup bagi dunia dan kedangingan.
Allah mengasihi mereka (3:12). Bila seorang yang tidak percaya berdosa, ia
adalah makhluk yang melanggar hukum sang pencipta dan hakim yang maha suci.
Tetapi bila orang Kristen berdosa, ia adalah anak Allah yang menyakiti hati
Bapanya yang penuh kasih. Kasih adalah kekuatan pendorong terkuat di dunia. Ketika
orang percaya bertumbuh dalam kasihnya kepada Allah, ia akan bertumbuh dalam
kerinduannya untuk menaati Allah dan berjalan dalam hidup baru yang dimilikinya
di dalam Kristus.
Allah telah mengampuni mereka (3:13). “sesudah Ia mengampuni segala
pelanggaran kita (Kol 2:13). Pengampunan Allah penuh dan tuntas; tidak
bersyarat dan setengah-setengah. Bagaimana Allah yang kudus dapat mengampuni
kita orang berdosa yang bersalah? Karena pengorbanan Yesus Kristus di salib.
Allah telah mengapuni kita “di dalam Kristus” (Ef 4:32), dan bukan karena
kelayakan kita.
Dipilih Allah, dipisahkan untuk Allah, dikasihi Allah dan diampuni oleh
Allah. Semua itu KASIH KARUNIA! Karena berkat-berkat yang penuh kemurahan ini,
kini orang kristen memiliki tanggung jawab suci di hadapan Allah. Ia harus
mengenakan sifat-sifat indah kehidupan kristen. Paulus menyinggung delapan
sifat.
Kenakanlah belas kasihan (3:12). Kata Yunani menggunakan istilah usus belas
kasihan karena orang Yunani menempatkan emosi yang mendalam di daerah
pencernaan sedangkan kita menempatkannya di dalam hati. Sebagai orang percaya kita
harus memperlihatkan belas kasihan yang lembut (Fil 2:1). Belas kasihan
bukanlah suatu yang dapat kita hidup – matikan seperti pesawat televisi anda di
rumah. Belas kasihan adalah sikap hati yang membuat kita mudah didekati orang.
Kenakanlah …… kemurahan (3:12). Kita telah diselamatkan karena kemurahan
Allah kepada kita melalui Yesus Kristus (Ef 2:7; Tit 3:4). Kita pada gilirannya
harus menunjukkan kemurahan kepada orang lain. “hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain” (Ef 4:32) adalah perintah Allah.
Salah satu gambaran kemurahan terindah dalam alkitab adalah gambaran
perlakuan raja Daud terhadap pangeran yang timpang, Mefiboset. (2 Sam 9) Daud
rindu menunjukkan “kemurahan Allah” kepada keluarga raja Saul karena kasihnya
kepada putra Saul, Yonatan. Pemuda yang dipilih adalah Mefiboset, putra Yonatan
– seorang yang miskin dan timpang.
Jika Daud bertindak berdasarkan keadilan, ia tentu telah menghentikan
Mefiboset; karena orang itu berasal dari keluarga terhukum. Tetapi Daud bertindak
bersarkan kasih dan keadilan serta kemurahan hati Allah.
Daud mencari Mefiboset dan menyakinkan dia untuk tidak perlu takut. Ia
mengundang Mefiboset untuk tinggal di istananya sebagai anggota keluarganya dan
makan di meja raja yang berlimpah. Inilah kemurahan Allah! Saya dan anda telah
menerima kemurahan yang jauh lebih besar, karena sebagai orang kristen, kita adalah
anak-anak Allah dan akan hidup bersama Dia di surge selama-lamanya!
Kenakanlah …… kerendahan hati (3:12). Dunia kafir pada zaman Paulus tidak
menghargai kerendahan hati. Sebaliknya, mereka menyanjung keangkuhan dan kekuasaan.
Yesus Kristus adalah contoh kerendahan hati terbesar (Fil 2:1). Kerendahan hati
bukanlah memandang rendah diri sendiri, melainkan memiliki penilaian yang tepat
sesuai dengan kehendak Allah (Rm 12:3). Orang yang memikirkan kerendahan hati
memikirkan orang lain terlebih dahulu, bukan memikirkan dirinya sendiri.
Kenakanlah ….. kelemahlembutan (3:12). Kelemahlembutan bukanlah kelemahan melainkan
kekuatan terkendali. Kata ini digunakan untuk hembusan angin yang lembut, obat
yang mujarab dan kuda jantan muda yang dijinakkan. Pada setiap contoh tersebut,
ada kekuatan; angin dapat menjadi badai; obat berlebihan dapat mematikan;
seekor kuda dapat menjadi liar. Tetapi kekuatan-kekuatan ini terkendali. Orang yang
lemah lembut tidak akan lepas kendali karena segala sesuatu ada di dalam
kendalinya.
Kenakanlah …… kesabaran (3:12). Kata ini mengacu pada “berpikir Panjang” orang
yang berpikir pendek akan berbicara dan bertindak mengikuti dorongan hatinya
dan tidak mempunyai pengendalian diri. Bila seseorang Panjang sabar ia dapat
menghadapi orang atau keadaan yang menjengkelkan tanpa terganggu. Dapat menjadi
marah adalah baik, karena ini menandakan karakter yang kudus. Tetapi tidak
benar bila mudah marah terhadap hal-hal yang tidak perlu dan karena alasan-alasan
yang salah.
Kenakanlah ….. kesabaran (3:13). Kata ini mengacu pada “menahan” atau “menarik”
Allah sabar terhadap orang berdosa dalam hal Ia menahan penghakiman-Nya (Rm
2:4; 3:25). Kelemahlembutan, berpikir Panjang, menahan diri adalah saling
terkait.
Kenakanlah ….. pengampunan (3:13). Ini hasil logis dari semua yang ditulis Paulus
sejauh ini dalam bagian ini. Orang kristen bukan hanya harus menanggung duka
dan gangguan, serta menolak pembalasan; ia juga harus membuat si pembuat onar. Jika
tidak maka perasaan yang jahat akan berkembang dalam hati dan ini dapat membawa
kepada dosa yang lebih besar.
Mengampuni adalah karakter Kristus (Ef 4:32), dan pengampunan membuka
hati untuk kepenuhan kasih Allah. Pada detik ketika kita mengeluh tentang orang
lain, kita harus mengampuninya dalam hati kita. (“pengampunan keluarga” adalah
hal lain. Kita hendaknya mendatangi saudara yang menyakiti kita dan menolong
dia untuk bertumbuh di dalam kasih (Mat 18:15-35).
Kenakanlah kasih (3:14). Ini kebajikan penting dalam kekristenan, dan
berfungsi seperti ikat pinggang yang menyatukan semua kebajikan lain. Semua
sifat rohani yang disebut Paulus adalah aspek-aspek dari kasih kristiani
sejati, seperti yang tertulis dalam 1 Kor 13. Kasih adalah buah Roh pertama dan
diikuti dengan kebajikan-kebajikan lain – sukacita (ay 16), damai sejahtera (ay
15), kesabaran, kemurahan, kebaikan, kelemahlembutan (ay 12).
Bila kasih memerintah dalam hidup kita, semua kebajikan rohani ini akan
dipersatukan sehingga terlihat indah dan harmonis, yang menunjukkan kedewasaan
rohani. Keharmonisan dan kedewasaan ini mempertahankan keseimbangan dan
pertumbuhan hidup. Sistem gnostic tidak akan pernah menghasilkan semua ini.
Damai Sejahtera Kristus (Kol 3:15)
Dalam ini Paulus beralih dari
karakter ke perbuatan. Bagaimana orang kristen tahu bahwa ia sedang melakukan kehendak
Allah? Jawabannya; damai sejahtera Kristus di dalam hati. Bila orang percaya kehilangan
damai sejahtera di batinnya, ia tahu ada perintah Allah yang tidak ditaatinya.
Kata yang diterjemahkan memerintah adalah istilah atletik yang artinya “mengawasi
pertandingan dan membagikan hadiah.” Paulus menggunakan variasi kata ini dalam
suratnya kepada jemaat di Kolose; “janganlah kamu biarkan orang menyatakan dirimu
tidak pantas mendapatkan hadiah” (terjemahan harfiah, Kol 2:18).
Dalam pertandingan-pertandingan
Yunani, ada yang disebut hakim (kita biasa menyebutnya wasit) yang menolak para
kontestan yang tidak memenuhi syarat dan mendiskualifikasikan mereka yang melanggar
aturan. Damai sejahtera Allah adalah “wasit” di dalam hati yang percaya. Bila
kita menaati kehendak Allah, tetapi Ia sempat tertidur di ruang bawah kapal
yang sedang menghadapi badai! “saya merasa sejahtera tentang hal itu” bukan
bukti memadai yang membawa kita di dalam kehendak Allah.
Kita harus berdoa, berserah kepada kehendak-Nya dan mencari pimpinan-Nya
di dalam kitab suci. Damai sejahtera di dalam hati tidak selalu merupakan damai
sejahtera Allah. Ada hal lain yang terlibat; jika kita memiliki damai sejahtera
di dalam hati, kita akan memiliki damai sejahtera dengan orang-orang lain di dalam
jemaat.
Kita dipanggil untuk menjadi satu
tubuh dan hubungan kita dalam tubuh tersebut harus harmonis dan damai. Jika kita
berada di luar kehendak Allah, kita pasti akan mendatangkan pertikaian dan ketidakharmonisan
di dalam jemaat. Yunus menyangka ia akan memiliki damai sejahtera, padahal
sebenarnya dosanyalah yang telah mendatangkan badai.
Bila orang kristen kehilangan
damai sejahtera Allah, ia mulai menjauhi arah yang berasal dari kehendak Allah.
Ia berpaling kepada perkara-perkara dunia dan kedangingan untuk mengisi
kekosongan tetapi ia tidak dapat melepas dirinya sendiri! hanya bila ia mengakui
dosanya, memohon pengampunan Allah dan melakukan kehendak Allah, ia akan
memperoleh damai sejahtera Allah lagi.
Bila ada damai sejahtera di dalam hati, maka akan ada puji-pujian di bibir;
dan bersyukurlah (Kol 3:15). Orang kristen yang berada di luar kehendak Allah
tidak pernah terlihat memberi pujian yang tulus kepada Allah. Ketika Daud
berusaha menutupi dosa-dosanya, ia kehilangan damai sejahatera dan pujiannya
(Maz 32; 51). Ketika Ia mengakui dosa-dosanya Mazmurnya kembali terdengar.
Perkataan Kristus (Kol 3:16)
Tentu saja yang dimaksudkan disini adalah firman Allah. Guru-guru palsu
datang ke Kolose dengan tradisi manusia, peraturan agama dan filsafat manusia. Mereka
berusaha menyelaraskan firman Allah dengan pengajaran mereka, tetapi mereka tidak
berhasil. Firman Allah selalu meninggikan Yesus Kristus. bukan perkataan guru-guru
palsu yang mendatangkan keselamatan bagi jemaat di Kolose; melainkan firman kebenaran
yaitu injil (Kol 1:5). Firman yang sama ini yang telah menghidupkan, menopang
dan menguatkan kita (1 Pet 1:22-23).
Firman Allah akan mengubah hidup kita hanya jika kita mengijinkannya “diam”
dengan segala kekayaannya di dalam kita. Kata diam bermakna “betah” jika kita
mengalami kasih karunia dan damai sejahtera Kristus, maka firman Kristus akan
merasa betah di dalam hati kita. Kita akan menemukan betapa kayanya firman itu
dengan harta rohani yang memberi nilai untuk kehidupan kita.
Paulus menulis ini bukan hanya untuk orang-orang kristen secara pribadi;
ia juga menunjukkannya kepada seluruh jemaat. “kiranya perkataan Kristus
tinggal di tengah-tengah kamu” terjemahan bebasnya. Bila firman Allah tinggal
dengan segala kekayaannya di dalam setiap anggota jemaat, firman itu akan
tinggal dengan segala kekayaannya di dalam persekutuan jemaat.
Sekarang ini ada suatu bahaya, seperti pada zaman Paulus, dimana jemaat
lokal merendahkan firman Allah. Tampak gejala kurangnya pengajaran alkitab yang
lugas di kelas-kelas sekolah minggu dan mimbar. Orang jauh lebih tertarik
kepada pertunjukkan film, music dan berbagai hiburan daripada firman Allah.
Banyak orang yang telah diselamatkan tidak dapat mengatakan dengan jujur
bahwa firman Allah tinggal di dalam hati mereka dengan segala kekayaannya, karena
mereka tidak menyediakan waktu untuk membaca, mempelajari dan menghafalnya.
Ada hubungan yang jelas (menurut Paulus) antara pengetahuan alkitab kita
dengan ekspresi penyembahan kita dalam nyanyian pujian. Salah satu cara untuk
mengajar dan menguatkan diri kita maupun orang lain adalah dengan menyanyikan
firman Allah. Tetapi jika kita tidak mengetahui dan memahami alkitab, kita tidak
dapat menyanyikannya dengan tulus dari hati kita.
Mungkin “miskinnya pengetahuan firman Allah” dalam jemaat-jemaat kita
ini menjadi salah satu penyebab maraknya nyanyian-nyanyian yang tidak
alkitabiah di lingkungan gereja-gereja saat ini. Seorang penyanyi tidak lebih
berhak untuk menyanyikan suatu dusta daripada seorang pendeta yang mengkhotbahkannya.
Nyanyian-nyanyian iman yang agung, sebagian besar diubah oleh orang-orang yang
percaya yang mengetahui akan firman Allah.
Banyak “nyanyian kristen” saat ini ditulis oleh orang-orang yang hanya
tahu sedikit atau bahkan tidak tahu sama sekali ajaran firman Allah. Adalah hal
yang berbahaya bila memisahkan pujian kepada Allah dari firman Allah. Mazmur,
tentu saja, nyanyian yang diambil dari Perjanjian Lama.
Selama berabad-abad, gereje-gereja di belahan dunia yang berbahasa
inggris menyanyikan lirik-lirik yang diambil dari Mazmur. Saya gembira melihat
saat ini ada gerakan untuk kembali kepada nyanyian yang bersumber dari kitab
suci, khususnya kitab Mazmur. Puji-pujian adalah nyanyian pujian bagi Allah
yang ditulis oleh orang-orang percaya yang tidak diambil dari kitab Mazmur.
Puji-pujian adalah nyanyian pujian bagi Allah yang ditulis oleh
orang-orang percaya yang tidak diambil dari kitab Mazmur. Gereja saat ini
memiliki banyak sekali warisan puji-pujian yang, saya khawatir sedang
diabaikan. Lagu-lagu rohani adalah ungkapan kebenaran alkitab selain Mazmur dan
puji-pujian. Bila kita menyanyikan puji-pujian, kita mengungkapkannya kepada Tuhan;
bila kita menyanyikan lagu rohani, kita mengungkapkannya kepada saudara-saudara
seiman kita.
Paulus menjelaskan tata ibadah jemaat setempat (Kol 3:16); 1 Kor 14:26).
Perhatikan bahwa orang percaya menyanyi bagi dirinya sendiri dan juga bagi
orang percaya lainnya; dan ia juga menyanyi bagi Tuhan. Nyanyian kita harus
keluar dari hati dan bukan hanya dari bibir saja. Tetapi jika firman Allah
tidak ada di hati kita, kita tidak dapat menyanyikannya dari dalam hati.
Ini menunjukkan betapa pentingnya pengenalan kita akan firman Allah,
karena hal itu akan memperkaya ibadah pribadi maupun ibadah umum kita kepada Allah.
Nyanyian kita harus berdasarkan kasih karunia, karena kita memiliki kasih
karunia Allah di dalam hati. Dibutuhkan kasih karunia untuk menyanyi di
tengah-tengah penderitaan atau bila keadaan seakan-akan melawan kita.
Ini jelas dialami Paulus dan Silas ketika mereka menyanyi di dalam
penjara di Filipi (Kis 16:22-25). Nyanyian kita tidak harus ditampilkan dengan
kemahiran lahiriah, melainkan harus mendemonstrasikan kasih karunia Allah yang
ada di dalam hati kita. Seseorang pernah mengatakan bahwa kehidupan kristen
yang sukses melibatkan perhatian pada tiga buku; buku Allah, alkitab, buku saku
dan buku pujian. Saya sependapat.
Saya sering menggunakan puji-pujian di dalam saat teduh saya, untuk
menolong mengungkapkan puji-pujian kepada Allah. Ketika orang percaya bertumbuh
dalam pengenalan akan firman Allah, tentu Ia ingin bertumbuh juga di dalam
mengekspresikan pujiannya kepada Allah. Ia akan mulai menghargai puji-pujian dalam
jemaat, nyanyian-nyanyian injil dan lagu-lagu rohani yang mengajarkan
kebenaran-kebenaran rohani.
Bila anda hanya menyanyikan nyanyian-nyanyian
iman dasar, berarti anda menghalangi diri sendiri terhadap pengayaan rohani. Sebelum
meninggalkan bagian ini, kita perlu memperhatikan bagian penting yang sejajar
dengan Efesus 5:18 – 6:9. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menekankan
pentingnya dipenuhi Roh; dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus
menekankan pentingnya dipenuhi firman Allah.
Tetapi bukti-bukti kepenuhan rohani ini sama! Bagaimana kita dapat
mengatakan bahwa orang percaya penuh dengan roh? Ia penuh dengan sukacita,
syukur dan kerendahan hati (Ef 5:19-21); semua ini tampak dalam hubungannya di
tengah-tengah keluarga dan di pekerjaan (Ef 5:22 – 6:9).
Bagaimana kita dapat mengatakan orang percaya penuh dengan firman Allah?
Ia penuh dengan sukacita, syukur dan kerendahan hati (Kol 3:16 – 4:1).
Nama Kristus (Kol 3:17)
Dalam masyarakat modern, kita kurang memperhatikan nama. Tetapi di dunia
purba menganggap nama sebagai suatu yang sangat penting. Dalam Perjanjian Lama,
Allah mengubah nama seseorang karena suatu pengalaman penting atau suatu
perkembangan baru.
Sebagai orang kristen, kita menyandang nama Kristus. Kata kristen hanya
digunakan tiga kali di dalam Perjanjian Baru (Kis 11:26; 26:28; 1 Pet 4:16). Pada
mulanya nama itu diberikan sebagai suatu ejekan, tetapi perlahan-lahan nama itu
berubah menjadi kehormatan. Nama Kristus, dengan demikian, berarti tanda pengenal;
kita milik Yesus Kristus.
Tetapi nama Yesus juga berarti kuasa. Nama pribadi yang menandatangani
sebuah cek mengesahkan penarikan uang dari bank. Nama presiden yang menandatangi
suatu rancangan undang-undang mengesahkannya menjadi hukum. Demikian pula nama
Yesus Kristus telah memberi kita kuasa untuk berdoa (Yoh 14;13-14; 16:23-26).
Karena Yesus Kristus adalah Allah
dan Ia telah mati untuk kita, kita mempunyai kuasa di dalam nama-Nya. Apapun
yang kita katakana dan lakukan hendaknya dihubungkan dengan nama Yesus Kristus.
Dengan perkataan dan perbuatan kita, kita harus memuliakan nama-Nya.
Jika kita membiarkan sesuatu yang tidak dapat dihubungkan dengan nama Yesus
masuk ke dalam hidup kita, kita berdosa. Semua perkataan dan perbuatan kita
harus di dalam kuasa nama-Nya dan untuk kemuliaan nama-Nya.
Menyandang nama Yesus merupakan kehormatan besar, sekaligus juga
tanggung jawab yang luar biasa. Kita menderita aniaya karena menyandang
nama-Nya (Yoh 15:20-21). Saya telah mengamati bahwa jika di dalam percakapan,
anda mengatakan diri anda orang Baptis, Presbiterian, Lutheran atau bahkan
ateis tanggapan orang-orang akan biasa saja.
Tetapi jika anda mengaku sebagai orang kristen dan membawa nama Yesus
Kristus kedalam percakapan, hampir pada saat itu juga muncul tanggapan yang biasanya
bersifat negatif. Setiap orang tua berusaha mengajar anak-anak mereka untuk menjunjung
dan menghormati nama keluarga.
Seorang dapat memperlakukan suatu nama yang dibangun bertahun-tahun oleh
nenek moyangnya hanya dalam beberapa menit saja. Misalnya nama Ibrani Yehuda
adalah nama terhormat; artinya, “pujian” padanannya dalam Perjanjian Baru
adalah “Yudas” – tetapi siapa sudi menamai anaknya Yudas?
Perhatikan bahwa Paulus kembali menyinggung ucapan syukur dalam surat
Kolose ini. Apapun yang kita perbuat di dalam nama Kristus harus disertai ucapan
syukur. Jika tidak dapat mengucap syukur, maka lebih baik kita tidak melakukan
atau mengatakannya!
Ini acuan ucapan syukur yang kelima dalam Kolose (1:3,12; 2:7; 3:15,17;
4:2). Bila kita ingat bahwa Paulus tengah dipenjara di Roma ketika ia menulis
surat ini, penekanannya kepada ucapan syukur jauh lebih indah. Bila kita
mengamati keempat motifasi rohani untuk menjalani hidup yang saleh, kita
terkesan dengan keutamaan Yesus Kristus. Kita mengampuni karena Kristus telah
mengampuni kita (ay 13).
Damai sejahtera Kristus yang harus memerintah di hati kita (ay 15). Perkataan
Kristus harus diam dengan segala kekayaannya di dalam kita (ay 16). Nama Kristus
hendaknya menjadi tanda pengenal dan kuasa kita. “Kristus adalah semua dan di
dalam segala sesuatu” (3:11).
Karena kita dipersatukan di dalam Kristus oleh berdiamnya Roh Kudus di dalam kita, kita memiliki semua sumber daya yang kita perlukan untuk hidup kudus. Tetapi kita harus termotifasi secara rohani. Karena kita telah mengalami kasih karunia Kristus, kita ingin hidup bagi Dia. Kita telah diperkaya oleh perkataan Kristus dan dipermuliakan oleh nama Kristus; oleh karena itu kita ingin menghormati dan memuliakan Dia.
Adakah Motifasi Yang Lebih Tinggi Dari?
Disadur dari buku; Utuh Di Dalam Kristus (Menjadi Pribadi Yang Utuh Sesuai Maksud Allah), oleh Warren W. Wiersbe
Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 3:12-17 "Motifasi Dan Tujuan Yang Baru Di Dalam Kristus" oleh Warren W. Wiersbe"