Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 2:4-15 "Bertumbuh Dan Berhati-Hati" Oleh Warren W. Wiersbe
Bacaan Ayat Alkitab;
Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah. Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus.
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka (Kolose 2:4-15.
Judul Renungan; Bertumbuh Dan Berhati-Hati
Saya teringat kisah seorang pendeta yang mencemaskan kehadiran beberapa
bisnis kotor yang dibuka di dekat sebuah sekolah. Keberatannya akhirnya
berakhir dengan kasus hukum dan jaksa pembela menggunakan segala cara untuk
mempermalukan pelayan injil tersebut.
“Bukankah anda adalah seorang pastor (pendeta)?” tanya pembela. “Dan
bukankah kata pastor berarti “gembala”? dan defenisi itu diterima oleh pendeta
tersebut. “Nah kalau anda seorang gembala, mengapa anda tidak memperhatikan
domba-domba anda saja?” karena hari ini saya sedang memerangi
serigala-serigala! Jawab pendeta itu dengan cepat. Suatu jawaban yang tepat.
Menyadari bahwa musuh-musuh telah menyerang jemaat di Kolose, Paulus
memberikan dorongan bagi jemaat. Dengan memperhatikan nasihat-nasihatnya,
jemaat Kolose akan dapat mengalahkan musuh-musuh mereka.
Tetap Membuat Kemajuan Rohani (Kol 2:4-7)
Dalam kehidupan kristen, kita tidak pernah berjalan di tempat; kita akan
bergerak maju atau mundur perlahan-lahan. “Marilah kita bergerak menuju kedewasaan!”
seruan yang harus kita taati (Ib 6:1 – terjemahan secara harafiah). Orang
kristen yang tidak membuat kemajuan rohani menjadi sasaran empuk serangan dan
penghancuran musuh.
Perlunya kemajuan (2:4). Iblis gemar memperdaya. Ia ingin menyesatkan
orang-orang percaya dan untuk itu ia menggunakan kata-kata yang memperdaya.
Kata Yunani yang digunakan disini bermakna argumentasi menyakinkan yang
digunakan oleh seorang pembela hukum.
Iblis adalah pendusta (Yoh 8:44) dan dengan dustanya ia membawa
orang-orang percaya ke jalan yang salah. Penting bagi kita untuk melatih
kepekaan rohani dan terus bertumbuh di dalam pengetahuan kita akan kebenaran
rohani. Ciri-ciri kemajuan (2:5-7). Dalam upaya menekankan nasihatnya, Paulus
menggunakan beberapa gambaran yang gamblang untuk menggambarkan kemajuan
rohani.
Tentara (ay 5). Kata tertib dan keteguhan adalah istilah militer.
Kata-kata ini menggambarkan suatu pasukan yang penuh Bersatu dalam menghadapi
musuh. Tertib menggambarkan susunan pasukan dalam barisan, dimana setiap
prajurit berdiri dengan tepatdi tempat-tempat masing-masing.
Tidak semua orang menjadi jenderal bintang 5, tetapi tidak semua
jenderal memasuki peperangan seorang diri. Keteguhan menggambarkan para
prajurit dalam formasi perang, menjadi garis depan yang kokoh. Orang kristen
harus membuat kemajuan dalam disiplin dan ketaatan, seperti para prajurit di
medan perang.
Peziarah (ay 6). Kehidupan kristen dibandingkan sebagai suatu ziarah,
dan umat percaya harus belajar menjalani hidupnya sesuai dengan kehendak Allah.
Paulus telah mendorong pembacanya untuk hidup “layak dihadapan-Nya” (1:10) dan
kembali menggunakan gambaran ini dalam 3:7 dan 4:5. Dalam surat Efesus surat
yang mendampingi surat di Kolose, Paulus menggunakan gambaran ini sedikitnya
tujuh kali (Ef 2:2,10; 4:1,17; 5:2,8,15).
Kita harus menjalani hidup kita di dalam Kristus dengan cara yang sama
seperti ketika kita menerima Kristus – dengan iman. Para pengajar gnostic ingin
memperkenalkan “kebenaran-kebenaran baru” untuk kedewasaan kristen, tetapi Paulus
mengecam semuanya itu. “Kamu telah mulai dengan Kristus dan kamu harus tetap di
dalam Kristus,” tulis Paulus. “Kamu telah mulai dengan iman dan kamu harus
tetap di dalam iman.” Ini merupakan satu-satunya cara untuk maju secara rohani.
Pohon (ay 7a). Berakar adalah istilah pertanian. Pola kata kerja bahasa
Yunaninya bermakna “berakar sekali untuk selamanya” kita tidak boleh menjadi
tanaman yang tidak berakar kuat yang tumbang oleh “rupa-rupa angin pengajaran”
(Ef 4:14). Kita juga bukan “tanaman cangkokan” yang dipindahkan berkali-kali
dari tanah ke tanah. Sekali kita berakar oleh iman di dalam Kristus, tidak
perlu lagi mengganti tanah.
Akar menyerap makanan supaya pohon tetap bertumbuh. Akar juga memberi
kekuatan dan kemantapan. Bangunan (ay 7b). Dibangun adalah istilah arsitektur.
Bila kita mempercayai Kristus untuk menyelamatkan kita, maka kita diletakkan di
atas dasar; sejak itu kita bertumbuh dalam kasih karunia Allah.
Kata membangun banyak ditemukan dalam surat-surat Paulus. Membuat
kemajuan rohani berarti tetap menjadi bagian dari bait Allah untuk kemuliaan
Allah. Sekolah (ay 7c). Firman Allah-lah yang membangun dan menguatkan orang
kristen. Dengan setia Epafras telah mengajarkan kebenaran Allah kepada
oran-orang percaya di Kolose (Kol 1:7).
Tetapi guru-guru palsu merendahkan ajaran tersebut. Orang-orang kristen
yang mendalami firman Allah akan menjadi kuat di dalam iman. Iblis menjadi
kesulitan untuk memperdayai orang percaya yang bertekun mempelajari alkitab.
Sungai (ay 7d). Kata melimpah sering digunakan oleh Paulus. Kata ini
menggambarkan sungai yang meluap sampai ke tepi-tepinya.
Pengalaman pertama kita di dalam Tuhan adalah pengalaman meminum air
kehidupan dengan iman dan ia menaruh kita di dalam sumber air hidup itu (Yoh
4:10-14). Tetapi sumber itu harus menjadi sungai “aliran-aliran air hidup” (Yoh
7:27-39) yang semakin lama semakin dalam. Kemungkinan yang ada di benak Paulus
adalah gambaran sungai yang mengalir keluar dari bait suci (Yeh 47) yang kian
lama kian meninggi.
Saya sekali, banyak diantara kita yang tidak membuat kemajuan – bukannya
menjadi sungai yang mengalir deras, kehidupan kita menjadi lebih menyerupai
aliran kecil yang dangkal. Kembali, Paulus menyinggung “ucapan syukur” (Kol
1:3;12). Roh yang bersyukur adalah tanda kedewasaan kristen. Bila orang kristen
berlimpah dengan ucapan syukur, ia benar-benar membuat kemajuan.
Dengan mengamati ketiga kemajuan rohani ini, tampak bahwa orang kristen
yang bertumbuh dapat mengalahkan musuh dengan mudah dan tidak dapat disesatkan.
Jika akar rohanianya tertanam jauh di dalam Kristus, ia tidak akan mencari
tanah yang lain. Jika Kristus menjadi dasarnya yang teguh, ia tidak akan
bergeser.
Jika ia mempelajari dan bertumbuh di dalam firman Allah, ia tidak akan
dengan mudah goyah atau tergoda oleh ajaran palsu. Dan jika hatinya berlimpah
dengan syukur, sedikitpun ia tidak akan berpaling dari kepenuhan yang
dimilikinya di dalam Kristus. Orang percaya yang berakar, bertumbuh dan
bersyukur tidak akan disesatkan.
Berhati-Hati Terhadap Bahaya Rohani (Kol 2:8-10)
Paulus melanjutkan gambaran militer dengan pesan berikut; “hati-hatilah
supaya jangan ada yang membawamu sebagai seorang tawanan” (terjemahan harfiah).
Guru-guru palsu tidak keluar dan mencari yang terhilang, sama seperti yang dilakukan
oleh bidat-bidat saat ini. Mereka “menculik” orang-orang yang sudah bertobat
dari gereja-gereja. Sebagian besar bidat-bidat anti kristen yang berbicara
dengan saya pernah menjadi bagian jemaat dari salah satu denominasi gereja
kristen.
Bagaimana guru-guru palsu dapat menawan orang-orang? jawabannya
sederhana; “Tawanan-tawanan” ini tidak mengetahui akan kebenaran firman Allah.
Mereka tergiur oleh filsafat dan khayalan kosong guru-guru palsu itu. (Tidak
berarti semua ajaran filsafat salah, karena ada filsafat kristen. Kata filsafat
itu sendiri artinya; mencintai hikmat”). Bila seseorang tidak mengetahui
ajaran-ajaran iman kristen, ia dapat dengan mudah ditawan oleh agama palsu.
Filsafat guru-guru palsu ini “kosong dan palsu” (ay 8) karena beberapa
alasan. Pertama, filsafat mereka adalah ajaran turun-temurun (tradisi) manusia
dan bukan kebenaran firman Allah. Kata tradisi bermakna “segala sesuatu yang
diturunkan” dan ada tradisi kristen yang benar (2 Tes 2:15; 3:16; 2 Tim 2:2; 1
Kor 15:3). Hal penting mengenai suatu ajaran adalah asal-usulnya; apakah ajaran
itu berasal dari Allah atau dari manusia?
Para pemimpin agama pada zaman Tuhan Yesus memiliki tradisi mereka
sendiri dan sangat bersemangat dalam memelihara dan mempertahankan tradisi
tersebut (Mat 15:1-20). Bahkan rasul Paulus, sebelum bertemu Tuhan “sangat
rajin memelihara adat istiadat nenek moyang (Gal 1:14).
Jika seseorang kristen baru dari medan misi yang jauh mengunjungi
gereja-gereja kita, ia mungkin akan terkejut dengan pemikiran-pemikiran dan
kebiasaan-kebiasaan kita yang tidak bersumber dari firman Allah. Tradisi buatan
kita biasanya lebih penting daripada ajaran-ajaran kitab suci yang sering
diberikan oleh Allah di dalam firman-Nya.
Meskipun tidak salah memiliki tradisi gereja yang mengingatkan kita akan
tradisi rohani kita, kita harus berhati-hati untuk tidak menjadikan
tradisi-tradisi itu sejajar dengan firman Allah. Ada alasan lain mengapa
tradisi para pengajar palsu ini “kosong dan palsu” tradisi mereka melibatkan
“roh-roh dunia ini” kata Yunani yang diterjemahkan roh-roh dunia, pada dasarnya
berarti “suatu deret atau rangkaian.”
Kata ini memiliki beberapa makna terkait; (1) bunyi atau huruf dasar, A,
B, C dst; (2) unsur-unsur dasar alam semesta, seperti dalam 2 Petrus 3:10-12;
(3) unsur-unsur dasar pengetahuan, dasar-dasar suatu sistem, seperti dalam
Ibrani 5:12. Tetapi dalam bahasa Yunani kuno kata ini juga bermakna “roh-roh
dasar alam semesta, malaikat-malaikat yang mempengaruhi mahkluk-makhluk roh.”
Istilah ini termasuk dalam kosakata aztrologi keagamaan zaman itu.
Kaum gnostic percaya bahwa malaikat-malaikat dan mahkluk-makhluk roh
mempengaruhi kehidupan manusia. Peringatan Paulus kepada jemaat Kolose mengenai
“bulan baru” dan kebiasaan-kebiasaan keagamaan lain yang diatur dengan
penanggalan (Kol 2:16), mungkin berkenaan dengan ajaran gnostic ini, walaupun
orang Yahudi juga memelihara hari-hari tertentu (Gal 4:10).
Satu hal yang pasti; berbagai pengajaran tentang roh-roh jahat dan
malaikat-malaikat tersebut bukan bagian dari ajaran kristen yang sejati.
Pengajaran-pengajaran yang demikian tidak lain berasal dari iblis. Kenyataan
bahwa pengajaran ini tidak berdasarkan Kristus sudah cukup untuk mengingatkan
kita terhadap bahaya horoskop, meditasi astral, papam Ouija dan praktek-praktek
spiritual lainnya.
Seluruh sistem zodiac bertentangan dengan pengajaran firman Allah. Orang
kristen yang bermain-main dengan mistik dan okultisme hanya mencari masalah.
Mengapa kita harus mengikuti filsafat kosong bila kita memiliki seluruh
kepenuhan di dalam Kristus? perbuatan ini bagaikan berpaling dari sumber air
yang memuaskan untuk minum dari kolam kotor dunia ini (Yer 2:13). Tentu saja
guru-guru palsu di Kolose tidak meminta orang-orang percaya untuk meninggalkan
Kristus.
Mereka meminta orang-orang percaya menjadikan Kristus sebagai bagian
dari sistem baru mereka. Tetapi ini sama dengan menggeser Dia dari kedudukan
utama-Nya yang sah. Paulus memberi mereka penawar yang benar dan abadi untuk
menghadapi pengajaran palsu; “seluruh kepenuhan ada di dalam Kristus dan kamu
telah dipenuhi di dalam Dia, jadi, apakah kamu memerlukan sesuatu yang lain?
(Kol 2:9-10).
Kita telah melihat kata “kepenuhan” (pleroma) sebelumnya (1:19). Kata
ini bermakna “seluruh keberadaan, hakekat dan sifat-sifat Allah.” Kata ini
digunakan oleh kaum gnostic, tetapi mereka tidak memberinya makna seperti yang
diberikan oleh Paulus. Bagi mereka, pleroma adalah sumber “semua jalan”
yang olehnya manusia dapat datang kepada Allah. Puncak tertinggi dari
pengalaman keagamaan gnostic adalah mengalami pleroma.
Tentu saja tidak banyak jalan menuju Allah. Jurang pemisah antara surge
dan bumi hanya dijembatani oleh penjelmaan Yesus Kristus. Ia dinyatakan sebagai
Imanuel yang berarti “Allah menyertai kita” (Mat 1:23). Yesus Kristus adalah
kepenuhan Allah dan kepenuhan itu berdiam secara jasmaniah, tetap dan selamanya
di dalam Dia. sekali lagi, Paulus menolak ajaran gnostic bahwa alam materi ini
jahat dan bahwa Yesus tidak memiliki tubuh jasmani.
Ketika Yesus Kristus terangkat ke surga, Ia terangkat dalam keadaan
tubuh jasmani-Nya. Tubuh itu memang telah dimuliakan, tetapi tubuh itu nyata.
Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan telah menyakinkan murid-murid-Nya bahwa Ia
adalah pribadi yang sama dengan tubuh yang sama; Ia bukan hantu atau roh (Yoh
20:19-29). Di surga ada seorang manusia yang dimuliakan! Manusia-Allah, Yesus
Kristus yang perwujudan kepenuhan Allah!
Berkenaan dengan semua itu, yang sangat luar biasa adalah; setiap
orang percaya mengalami kepenuhan itu! “dan kamu telah dipenuhi di dalam
Dia” (Kol 2:10). Bentuk kata kerja Yunaninya menunjukkan bahwa kepenuhan ini
adalah pengalaman yang kekal. Terjemahan yang sangat harfiah dari Expanded
Translation oleh Dr. Kenneth Wuest berbunyi, “dan kamu ada di dalam Dia, dan
telah dipenuhi seutuhnya sehingga kamu saat ini mengalami kepenuhan.”
Ketika seseorang dilahirkan kembali di dalam keluarga Allah, ia
dilahirkan dengan kepenuhan di dalam Kristus. Pertumbuhan rohaninya bukan
karena penambahan, melainkan pemeliharaan. Ia bertumbuh dari dalam keluar.
Tidak ada yang perlu ditambahkan kepada Kristus karena Ia adalah kepenuhan
Allah sendiri. Ketika orang percaya mengenakan kepenuhan Kristus, ia
“dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Ef 3:19). Apalagi yang
dibutuhkannya?
Memang, ada bahaya-bahaya rohani yang dihadapi orang kristen. Ujian
dasar terhadap suatu pengajaran rohani adalah, “dimanakah Yesus Kristus –
pribadi dan karya-Nya – ditempatkan? Apakah pengajaran tersebut mencuri
kepenuhan-Nya? menyangkal keilahian atau kemanusiaan-Nya? menuntut orang
percaya untuk memiliki suatu “pengalaman baru” yang melengkapi pengalamannya
dengan Kristus? jika demikian, maka pengajaran itu salah dan berbahaya.
Menggunakan Persediaan Rohani Anda (Kol 2:11-15)
Perlu diingat bahwa pengajaran palsu yang mengancam jemaat di Kolose
terdiri dari beberapa unsur; mistik Timur, astrologi, filsafat dan legalisme
Yahudi. Unsur terakhir yang dicermati Paulus dari bagian ini dalam suratnya.
Rupanya guru-guru palsu berkeras agar orang-orang percaya harus disunat dan menaati
hukum Perjanjian Lama. Legalisme gnostik berbeda dengan legalisme yang
dipraktekkan kepada penganut Yudaisme yang dibantah oleh Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia. Para pengajar Yahudi yang ditentang oleh Paulus di
surat Galatia berpendapat bahwa sunat dan ketaatan kepada hukum taurat
diperlukan untuk keselamatan (baca KPR 15 untuk memahami akan latar belakang
masalah ini).
Legalisme gnostic mengajarkan bahwa hukum taurat dapat membantu
orang-orang percaya lebih rohani. Jika mereka disunat dan memperhatikan pola
makan serta memelihara hari-hari raya dan akan menjadi bagian dari “elite
rohani” di gereja. Sangat disesalkan ada orang-orang seperti itu di
gereja-gereja kita hari ini.
Paulus menjelaskan bahwa orang kristen sama sekali tidak perlu tunduk
kepada sistem hukum Perjanjian Lama, karena sistem rohani tersebut tidak dapat
memberi manfaat rohani apapun. Hanya Yesus Kristus yang dapat memenuhi segala
kebutuhan rohani kita, karena seluruh kepenuhan Allah berada di dalam Dia. Kita
diidentifikasikan dengan Yesus Kristus karena Dia adalah kepala tubuh (Kol
1:18) dan kita adalah anggota Kristus (1 Kor 12:12-13).
Paulus menjelaskan empat identifikasi kita dengan Yesus Kristus sehingga
kita tidak perlu lagi terlibat dengan segala bentuk legalisme, karena hal ini
dapat membuat kita berdosa. Disunat di dalam Dia (2:11). Sunat adalah
tanda perjanjian Allah dengan orang Ibrani (Kej 17:9-14). Meskipun berupa
tindakan jasmani, sunat memiliki makna rohani. Masalahnya orang-orang Yahudi
lebih bersandar pada hal yang jasmani dan bukan rohani.
Tindakan jasmani saja tidak mendatangkan kemajuan rohani (Rm 2:25-29).
Dalam Perjanjian Lama Allah kembali berkali-kali mengingatkan umat-Nya untuk
berpaling dari dosa mereka dan melakukan sunat rohani terhadap hati mereka (Ul
10:16; 30:6; Yer 4:4; 6:10; Yeh 44:7). Orang membuat kesalahan yang sama saat
ini ketika mereka menggantungkan keselamatan mereka kepada upacara-upacara
agamawi – seperti Baptisan atau Perjamuan Kudus.
Orang percaya tidak perlu tunduk kepada ketentuan sunat, karena ia telah
mengalami sunat rohani melalui identifikasinya dengan Yesus Kristus. Meskipun
demikian ada perbedaan tajam antara sunat Yahudi dengan sunat rohani orang
percaya di dalam Kristus;
Orang Yahudi Orang
Percaya
Operasi Jasmani bersifat
rohani – hati
Bagian dari tubuh seluruh
“tubuh yang berdosa”
Oleh tangan manusia bukan
oleh tangan manusia
Tidak dapat membantu mengalahkan dosa mampu
mengalahkan dosa
Ketika Yesus Kristus mati dan bangkit kembali, Ia menang penuh dan
tuntas atas dosa. Ia bukan hanya mati karena dosa-dosa kita (keselamatan),
tetapi Ia mengalami “kematian terhadap dosa” (pengudusan; Rm 6:10). Apa yang
tidak mungkin dilakukan oleh hukum taurat, telah dikerjakan Yesus Kristus untuk
kita.
Tabiat lama (tubuh yang berdosa), ditanggalkan – dibuat tidak berdaya –
sehingga kita tidak perlu diperbudak oleh keinginan-keinginannya. Tabiat lama
yang berdosa belum dibinasakan, sehingga kita masih dapat berbuat dosa (1 Yoh
1:5-2:6). Tetapi kekuatannya telah dipatahkan ketika kita berserah kepada
Kristus dan berjalan di dalam kuasa Roh.
Hidup di dalam Dia (2:12-13). Disini Paulus menggunakan gambaran
baptisan. Ingatlah bahwa di dalam Perjanjian Baru, kata baptis memiliki makna
harfiah dan kiasan. Makna harfiahnya “dibenamkan, dicelupkan.” Makna kiasannya
“diidentifikasikan dengan.” Bangsa Yahudi, misalnya “untuk menjadi pengikut
Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Kor 10:1-2).
Tidak ada air di dalam baptisan ini, karena mereka menyeberang diatas
tanah yang kering. Dalam pengalaman ini, bangsa itu diidentifikasikan dengan
Musa. Dalam bagian ini dari suratnya, Paulus menggunakan kata baptisan sebagai
kiasan – karena tidak ada air yang menguburkan seorang bersama Kristus atau membuatnya
hidup di dalam Kristus.
Baptisan air dengan pencelupan adalah gambaran pengalaman rohani ini. Ketika
seseorang diselamatkan, ia langsung dibaptiskan oleh roh ke dalam tubuh Yesus
Kristus (1 Kor 12:12-13) dan diidentifikasikan dengan Kepala, Yesus Kristus.
pengindentifikasian ini bermakna bahwa apapun yang berlaku bagi Kristus
berlaku juga bagi kita. Ketika Ia mati, kita mati bersama Dia. Ketika Ia
dikuburkan, kita dikuburkan bersama dengan Dia. Ketika Ia bangkit kembali,
kitapun bangkit bersama Dia – dan kita meninggalkan kain kafan kehidupan lama
dibelakang kita (Kol 3:1-14).
Semua ini terjadi “oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah” (ay 12).
Kuasa Allah yang mengubah kita, bukan kuasa air. Roh Allah mengidentifikasikan
kita dengan Yesus Kristus dan kita dikuburkan bersama dengan Dia, dibangkitkan
bersama Dia dan dihidupkan bersama dengan Dia! (kata-kata bahasa Yunaninya
sangatlah menarik dan eskpresif; dikuburkan bersama, dibangkitkan bersama dan
dihidupkan bersama). Karena Allah telah membangkitkan anak-Nya dari kematian,
maka kita mempunyai hidup yang kekal.
Penerapan praktisnya jelas, karena kita telah diidentifikasikannya
dengan Kristus dan Ia adalah kepenuhan Allah, apa lagi yang kita perlukan? Kita
memiliki pengalaman kuasa Allah melalui iman di dalam Kristus, sehingga mengapa
kita harus berpaling kepada hukum taurat yang mati? Allah telah mengampuni
segala pelanggaran kita (ay 13b) sehingga kita memiliki kedudukan yang sempurna
di hadapan Dia.
Di dalam Dia kita dibebaskan dari hukum taurat (2:14). Di kayu salib Yesus tidak hanya memikul dosa
kita (1 Pet 2:24), Ia juga memikul hukum taurat dan memakukannya disana,
meniadakannya untuk selama-lamanya. Tentu saja, hukum taurat mengancam kita,
karena kita tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan kudusnya. Sekalipun Allah
tidak pernah memberikan sepuluh perintah Allah kepada bangsa-bangsa lain,
tuntutan kebenaran hukum taurat – standar Allah yang kudus – “tertulis di dalam
hati mereka” (Rm 2:12-26).
Ketika mencurahkan darah-Nya untuk orang-orang berdosa, Yesus Kristus
membatalkan utang yang sangat besar yang mendakwa dan mengancam orang berdosa
karena ketidaktaatan mereka kepada hukum taurat Allah yang kudus. Pada zaman
alkitab, laporan keuangan sering disimpan di dalam perkamen dan dapat dihapus.
Ini adalah gambaran yang dilukiskan oleh Paulus.
Bagaimana Allah yang kudus dapat bersikap adil dengan membatalkan utang?
Dalam hal ini, anak-Nya yang membayar seluruh utang ketika Ia mati di kayu
salib. Jika hakim membebaskan seseorang yang telah terbukti bersalah atas suatu
kejahatan, hakim itu telah melecehkan hukum dan tidak menegakkan keadilan bagi
pihak yang dirugikan. Allah membayar hutang dosa ketika Ia merelakan anak-Nya
mati di kayu salib, sekaligus menegakkan kekudusan taurat-Nya.
Tetapi Yesus Kristus melakukan lebih dari pembatalan utang; Ia mengambil
hukum taurat yang mendakwa kita dan mengesampingkannya sehingga kita tidak lagi
berada di bawah kuasanya. Kita “dibebaskan dari hukum taurat” (Rm 7:6). Kita “tidak
berada di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia” (Rm 6:14).
Ini tidak berarti kita tidak tunduk kepada hukum, karena kebenaran hukum
taurat digenapi di dalam kita, bila kita berjalan di dalam kuasa Roh (Rm 8:4). Hubungan
kita dengan Yesus Kristus memampukan kita menaati Allah karena kasih, dan bukan
karena ketakutan.
Berkemenangan di dalam Dia (2:15). Yesus bukan hanya menangani dosa dan hukum taurat di
kayu salib, Ia juga menangani iblis. Ketika berbicara tentang penyalipan-Nya,
Yesus mengatakan, “sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini, sekarang
juga penguasa dunia ini akan dilemparkan keluar” (Yoh 12:31). Kematian Kristus
di kayu salib seakan-akan suatu kemenangan besar bagi iblis, tetapi ternyata
merupakan kekalahan besar yang tidak akan pernah dapat dipulihkan.
Yesus memiliki tiga kemenangan besar di salib. Pertama, “melucuti
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa” (Kol 2:15), melucuti seluruh
perlengkapan senjata yang dimiliki iblis dan tentaranya. Iblis tidak dapat
mencelakai orang percaya yang tidak mempercayai dirinya sendiri. Bila kita
berhenti berjaga-jaga dan berdoa (seperti yang dilakukan oleh Petrus) iblis
dapat menggunakan senjatanya untuk menyerang kita.
Kedua, Yesus, “menjadikan mereka tontonan umum” (ay 15), menelanjangi
dusta dan kejahatan iblis, dalam kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya, Kristus
membuktikan kebenaran Allah dan menaklukkan si jahat. Kemenangan ketiga
terdapat pada kata kemenangan.
Bila seseorang jenderal Romawi memenangkan peperangan besar di suatu
negeri asing, membawa banyak tawanan dan upeti, serta mendapatkan wilayah baru
untuk Roma, ia diberikan kehormatan dengan suatu parade resmi yang dikenal
sebagai “kemenangan Romawi.”
Paulus menyingung tentang kebiasaan ini di dalam suratnya yang kedua
kepada jemaatnya di Korintus (2 Kor 2:14). Yesus Kristus mendapatkan kemenangan
penuh dan Ia kembali kedalam kemuliaan-Nya dengan prosesi kemenangan yang agung
(Ef 4:8). Dalam kemenangan ini, Ia mempermalukan dan mengalahkan iblis.
Anda dan saya turut serta di dalam kemenangan-Nya atas si jahat. Kita tidak
perlu kawatir terhadap roh-roh dunia yang mengendalikan planet-planet dan mencoba
mempengaruhi kehidupan manusia. Tentara kejahatan di bawah pemerintah-pemerintah
dan penguasa-penguasa telah dikalahkan dan dipermalukan!
Ketika kita mengklaim kemenangan Kristus, menggunakan perlengkapan
senjata yang telah disediakan-Nya untuk kita (Ef 6:10), dan percaya kepada-Nya –
kita bebas dari kuasa si jahat. Sungguh suatu kedudukan dan persediaan yang
sangat amat indah yang kita miliki di dalam Kristus! apakah kita hidup sesuai
kenyataan tersebut di dalam iman? Saya dan anda diberi kesempatan untuk melihat
kembali akan kehidupan kita, sudah sejauh mana kita melangkah dan berada di dalam
Dia.
Disadur dari buku; Utuh Di Dalam Kristus (Menjadi Pribadi Yang Utuh Sesuai Dengan Maksud Allah) – ditulis oleh Warren W. Wiersbe
Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 2:4-15 "Bertumbuh Dan Berhati-Hati" Oleh Warren W. Wiersbe"