Bacaan Ayat Alkitab Harian Secara Kronologis Hari Ke 167; 22 Maret 2023
Seluruh Kitab Suci diberikan kepada kita melalui ilham Allah dan berguna untuk mengajarkan kebenaran kepada kita serta menyadarkan kita akan apa yang salah dalam hidup kita; Kitab Suci meluruskan dan menolong kita melakukan hal-hal yang benar (2 Tim 3:16 FAYH).
Halo teman-teman selama setahun kedepan – dimulai dari hari ini saya
akan memposting pembacaan alkitab secara kronologis. Daftar bacaan ini akan
disusun secara berurutan menurut peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam
alkitab. Oh ya, penentuan urutan ini di dasarkan pada beberapa hasil penelitian
atau usaha beberapa orang yang memberi waktu secara khusus untuk menelitinya
dan inilah hasilnya.
Tujuan dari membaca alkitab secara berurutan adalah untuk menolong kita
melihat lebih dekat akan peristiwa-peristiwa yang terjadi serta menolong kita
lebih memahami dan mengerti akan konteks sejarah yang melatarbelakangi sebuah
kisah dan menghubungkannya dengan catatan peristiwa-peristiwa yang saling
terkait, misalkan Mazmur, Doa, Nubuatan-Nubuatan, Surat-Surat dan sebagainya di
dalam Kitab Suci.
Sebagai contoh ketika kita membaca kisah Daud dan Batsyeba dalam 2
Samuel, kita juga akan dibawah untuk membaca juga catatan peristiwa yang serupa
di dalam kitab 1 Tawarikh. Dan di hari berikutnya kita akan membaca kitab
Mazmur yang ditulis Daud yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Menarik
bukan!
Ayo mari bersama-sama membuat satu resolusi sederhana untuk
menyelesaikan membaca seluruh bagian alkitab selama setahun kedepan. Kita hanya
perlu meluangkan waktu 15 – 20 menit setiap harinya untuk membaca beberapa
bagian yang sudah ditentukan dan saya dengan senang hati akan membagikannya
setiap harinya di dalam blog ini.
Beberapa hal atau keuntungan yang dapat kita rasakan dan nikmati ketika
membaca alkitab secara berurutan adalah;
-
Letak
kitab Ayub di dalam susunan alkitab yang kita pakai saat ini (cetakan LAI) di
urutan ke delapan belas, namun ketika kita membaca alkitab secara kronologis
maka kita Ayub akan kita baca di awal.
-
Kita
akan mengetahui bagian-bagian yang sejajar di dalam sejarah Perjanjian Lama,
hal ini akan menolong kita untuk mudah memahami kisahnya secara utuh.
-
Menolong
kita untuk mengetahui akan penyebaran bagian-bagian dari Mazmur dan kitab
nabi-nabi kecil yang luas secara berurutan.
-
Kita
juga akan ditolong untuk lebih mengetahui dan memahami bagian-bagian yang
sejajar di dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Dan di
dalam surat-surat lainnya.
Ok Selamat Menikmati – Pembacaan Hari Ke 167 Di Dalam Pengkhotbah
1:12-18; Pengkhotbah 2:1-26; Pengkhotbah 3:1-22; Pengkhotbah 4:1-16;
Pengkhotbah 5:1-20; Pengkhotbah 6:1-12
Pengkhotbah 1:12-18 Pengejaran Hikmat Adalah Sia-Sia
Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem. Aku membulatkan
hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di
bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada
anak-anak manusia untuk melelahkan diri.
Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah
matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha
menjaring angin. Yang bongkok tak dapat diluruskan, dan yang tidak ada tak
dapat dihitung.
Aku berkata dalam hati: "Lihatlah, aku telah memperbesar dan
menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem
sebelum aku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan."
Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan,
kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal ini pun adalah usaha
menjaring angin, karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa
memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.
Pengkhotbah 2:1-26 Hikmat Dan Kebodohan Adalah Hal
Yang Sia-Sia
Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji kegirangan!
Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun sia-sia." Tentang
tertawa aku berkata: "Itu bodoh!", dan mengenai kegirangan: "Apa
gunanya?"
Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan tubuhku dengan anggur, —
sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat —, dan dengan memperoleh
kebebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk
dilakukan di bawah langit selama hidup mereka yang pendek itu.
Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah,
menanami bagiku kebun-kebun anggur; aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan
taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan; aku menggali
bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda.
Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak
yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba
melebihi siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku.
Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan
daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan
yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik.
Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapa
pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal
tetap padaku.
Aku tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku
tidak menahan hatiku dari sukacita apa pun, sebab hatiku bersukacita karena
segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.
Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan
segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah,
segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada
keuntungan di bawah matahari.
Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan, sebab
apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang telah
dilakukan orang. Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan, seperti
terang melebihi kegelapan.
Mata orang berhikmat ada di kepalanya, sedangkan orang yang bodoh
berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa
mereka semua.
Maka aku berkata dalam hati: "Nasib yang menimpa orang bodoh juga
akan menimpa aku. Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat?" Lalu aku
berkata dalam hati, bahwa ini pun sia-sia.
Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang
berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang
kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga
seperti orang yang bodoh!
Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa
yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan
usaha menjaring angin. Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih
payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang
datang sesudah aku.
Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh?
Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah
matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Ini pun sia-sia.
Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan
dengan jerih payah di bawah matahari. Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah
dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan
bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Ini pun
kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang
dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh
hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada
malam hari hatinya tidak tenteram. Ini pun sia-sia.
Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan
bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan
Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?
Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat,
pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun
dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan
Allah. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Pengkhotbah 3:1-22 Untuk Segala Sesuatu Ada Waktunya
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada
waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk
menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk
merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk
tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk
membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada
waktu untuk menahan diri dari memeluk;
ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu
untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu
untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk
perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya
dengan berjerih payah?
Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak
manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada
bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap
orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya,
itu juga adalah pemberian Allah.
Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk
selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat
demikian, supaya manusia takut akan Dia. Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan
yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.
Ketidakadilan Dalam Hidup
Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situ
pun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situ pun terdapat
ketidakadilan. Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang
yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan
ada waktunya."
Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: "Allah hendak
menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah
binatang." Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib
yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain.
Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan
atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.
Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan
kedua-duanya kembali kepada debu. Siapakah yang mengetahui, apakah nafas
manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi.
Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada
bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan
memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?
Pengkhotbah 4:1-16
Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan
lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka,
karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan.
Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama
meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih
hidup. Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang
belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari.
Dan aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam
pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain. Ini pun kesia-siaan dan
usaha menjaring angin.
Orang yang bodoh melipat tangannya dan memakan dagingnya sendiri. Segenggam
ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring
angin.
Kesia-Siaan Dalam Hidup
Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari: ada seorang sendirian,
ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak
henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanya pun tidak puas dengan kekayaan; —
untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? — Ini pun kesia-siaan
dan hal yang menyusahkan.
Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah
yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang
mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang
lain untuk mengangkatnya!
Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana
seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua
orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.
Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja
tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. Karena dari penjara
orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa
pemerintahan orang yang tua itu.
Aku melihat semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan
bersama-sama dengan orang muda tadi, yang akan menjadi pengganti raja itu.Tiada
habis-habisnya rakyat yang dipimpinnya, namun orang yang datang kemudian tidak
menyukai dia. Oleh sebab itu, ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Pengkhotbah 5:1-20 Takutlah Akan Allah
(4-17) Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah!
Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban
yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat
jahat.
(5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu
lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga
dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.
(5-2) Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan,
demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan. (5-3) Kalau
engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia
tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.
(5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak
menepatinya. (5-5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan
janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu
Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu? (5-6)
Karena sebagaimana mimpi banyak, demikian juga perkataan sia-sia banyak. Tetapi
takutlah akan Allah.
Kesia-Siaan Kekayaan
(5-7) Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan
hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena
pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang
lebih tinggi mengawasi mereka.
(5-8) Suatu keuntungan bagi negara dalam keadaan demikian ialah, kalau
rajanya dihormati di daerah itu. (5-9) Siapa mencintai uang tidak akan puas
dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan
penghasilannya. Ini pun sia-sia.
(5-10) Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya.
Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? (5-11) Enak
tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi
kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
(5-12) Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari:
kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri. (5-13)
Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatu pun padanya
untuk anaknya.
(5-14) Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia
akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih
payahnya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya. (5-15) Ini pun kemalangan
yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikian pun ia akan pergi. Dan apakah
keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?
(5-16) Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan,
mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan. (5-17) Lihatlah, yang
kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang
dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama
hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
(5-18) Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan
kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita
dalam jerih payahnya — juga itu pun karunia Allah. (5-19) Tidak sering ia
mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.
Pengkhotbah 6:1-12
Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat
menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan
kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang
itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain
yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
Jika orang memperoleh seratus anak dan hidup lama sampai mencapai umur
panjang, tetapi ia tidak puas dengan kesenangan, bahkan tidak mendapat
penguburan, kataku, anak gugur lebih baik dari pada orang ini.
Sebab anak gugur itu datang dalam kesia-siaan dan pergi dalam kegelapan,
dan namanya ditutupi kegelapan. Lagipula ia tidak melihat matahari dan tidak
mengetahui apa-apa. Ia lebih tenteram dari pada orang tadi.
Biarpun ia hidup dua kali seribu tahun, kalau ia tidak menikmati
kesenangan: bukankah segala sesuatu menuju satu tempat? Segala jerih payah
manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan.
Karena apakah kelebihan orang yang berhikmat dari pada orang yang bodoh?
Apakah kelebihan orang miskin yang tahu berperilaku di hadapan orang? Lebih
baik melihat saja dari pada menuruti nafsu. Ini pun kesia-siaan dan usaha
menjaring angin.
Apa pun yang ada, sudah lama disebut namanya. Dan sudah diketahui siapa
manusia, yaitu bahwa ia tidak dapat mengadakan perkara dengan yang lebih kuat
dari padanya. Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah
faedahnya untuk manusia?
Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?
Posting Komentar untuk "Bacaan Ayat Alkitab Harian Secara Kronologis Hari Ke 167; 22 Maret 2023"