Cerita Inspirasi Kristen Tentang Kesetiaan Dalam Pelayanan - William Booth (1873-1945)
William
Booth lahir di Nottingham, Inggris, pada tanggal 10 April 1829. Saat berusia
tiga belas tahun, ekonomi keluarganya betul-betul hancur berantakan, sehingga
Booth yang semula mendapatkan pendidikan yang sangat berkualitas akhirnya harus
meninggalkan bangku sekolah dan bekerja di rumah gadai. Di sana ia melihat
jurang yang begitu dalam antara yang kaya dan yang miskin.
Hal
ini membuat dia bertekad untuk memerbaiki nasib rakyat kecil yang tertindas.
Baru setahun Booth bekerja, ayahnya meninggal dunia dan hal ini membuat jiwanya
sangat terpukul. Tetapi justru hal ini pula yang membuat ia mulai memikirkan
kehidupan setelah kematian. Setelah dibimbing oleh salah seorang sepupunya yang
cinta Tuhan, kerohaniannya semakin bertumbuh.
Sejak
mengalami pembaharuan hidup pada usianya yang ke-15, Booth mengasingkan diri
dari kehidupan dunia dan bertekad, "Bila saya mau berbakti pada Tuhan,
saya harus berbakti dengan segenap hati."
Pada usia
tujuh belas tahun, Booth bersama seorang temannya yang bernama Samson mulai mengabarkan
Injil pada orang-orang miskin dan berpakaian compang-camping di Nottingham.
Mereka membawa orang-orang tersebut ke gereja dan duduk di kursi terdepan. Akan
tetapi, ternyata Booth belum terlalu serius dengan pelayanannya.
Menanggapi
hal ini, salah seorang temannya menegur Booth, "Kepasifanmu adalah
tanda mementingkan diri sendiri yang membuatmu takut dan menahanmu bersaksi
bagi Kristus." Teguran tersebut menjadi pelajaran bagi Booth.
Selanjutnya dia berusaha mengalahkan kegugupannya dan mulai bisa memimpin
pujian dan berkhotbah dengan berdiri di atas sebuah kursi.
Pada
usia dua puluh tahun, Booth pergi ke London. Karena tidak mendapat pekerjaan
lain, terpaksa dia tetap bekerja di pegadaian sambil berkhotbah. Melihat
talenta pelayannya, seorang pengusaha bernama E.J. Rabbits menyarankan agar
Booth melayani Tuhan sepenuh waktu dan dia akan menanggung biaya hidupnya
selama tiga bulan. Ternyata pengusaha ini bukan hanya membantunya dalam hal
pelayanan.
Secara
tidak sengaja, melalui pengusaha tersebut jugalah Booth berkenalan dengan
seorang gadis bernama Catherine Mumford yang kemudian dinikahinya pada 16 Juni
1855 di London. Upacara pernikahan mereka sangat sederhana dan bertolak
belakang dengan kebiasaan pada waktu itu. Pernikahan mereka sungguh-sungguh
mencerminkan kesederhanaan seorang pengikut Kristus yang sejati. Pernikahan
dirayakan tanpa bunga, tanpa musik, tanpa tamu, melainkan hanya mempelai pria
dan wanita serta seorang pendeta yang memberkati dan dua orang saksi.
Pelayanan
selanjutnya semakin berkembang sekalipun mereka berasal dari dua karakter yang
berbeda, Booth yang keras dan Catherine yang lembut dan baik. Bahkan
kehidupan mereka pun dijalani dengan baik. Banyak orang menganggap pelayanan
suami istri baru ini sebagai pelayanan yang mengagumkan karena keduanya mampu
memberikan kasih bagi mereka yang miskin dan terlantar.
Namun,
pihak gereja memperlakukan mereka secara tidak adil karena tidak suka dengan
pola pelayanan Booth dan khotbah-khotbahnya yang selalu mencela gereja yang
tidak peduli dengan kemiskinan jemaatnya.
Perlakuan
tidak adil dinyatakan dalam bentuk pembatasan terhadap pelayanan Booth dan
istrinya. Mereka tidak dapat menerima perlakuan ini. Dengan berat hati, mereka
pindah ke Gereja Persekutuan Baru Metodis. Di sana mereka melayani selama
sembilan tahun, dan pada tahun 1861 ketika diadakan konferensi tahunan gereja,
mereka menyatakan keluar dari gereja dan memulai pelayanan sendiri sehingga
lebih bebas. Tuhan terus membukakan pelayanan yang baru bagi mereka. Dengan
usaha dan dana sendiri, mereka memasuki daerah-daerah pelayanan yang rawan.
Dengan
keberanian dan penyerahan penuh, mereka memasuki tempat-tempat kumuh. Mereka
tetap tidak mundur sekalipun dicemooh. Bagi mereka berdua, yang paling utama
adalah menyatakan kasih Kristus pada orang-orang terlantar, sekalipun risikonya
sangat besar.
Seiring
dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang mengikuti pelayanan mereka.
Hal ini juga yang membuat mereka harus memunyai tempat ibadah yang tetap. Namun
mereka tidak memiliki kemampuan dalam hal dana. Akhirnya mereka hanya
menyediakan sebuah tenda sederhana di mana jemaat-jemaat bisa berkumpul untuk
belajar firman Tuhan.
Namun
tenda hanya bertahan dua bulan karena diterpa angin kencang. Booth tidak habis
akal. Sekalipun tenda hancur, namun ibadah harus tetap berjalan. Itulah
sebabnya Booth dengan gigih berusaha untuk dapat mengadakan ibadah dengan
menggunakan gedung sandiwara, toko, bahkan di samping kandang binatang. Memang
merupakan hal yang sangat memprihatinkan, namun justru pelayanan mereka bisa
semakin berkembang.
Setelah
semakin berkembang, Booth mendirikan lembaga pelayanan untuk London Timur yang
diberi nama The East London Christian Missionary. Lembaga ini sangat
memerhatikan nasib para pekerja yang berpenghasilan rendah, sehingga selain
menyebarkan Alkitab, traktat, dan buku, Booth juga mendirikan bank tabungan
untuk dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Lembaga ini kemudian berkembang
dengan pesat dan memungkinkan mereka untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan,
seperti kebaktian wanita, sekolah minggu, sekolah Alkitab, dan sekolah sore
untuk mengajar orang-orang miskin di London Timur agar dapat membaca dan
menulis.
Di
samping itu, lembaga ini juga menerbitkan majalah, yaitu The East London
Evangelist sebagai media informasi dan komunikasi. Melihat semakin
berkembangnya pelayanan lembaga ini, Booth mengganti nama lembaganya menjadi
The Christian Mission. Penggantian nama ini memunyai tujuan agar pelayanan
mereka bukan hanya difokuskan ke London Timur, melainkan ke seluruh dunia.
Wujud
dari perkembangan pelayanan yang hanya dimulai dari sebuah tenda, melahirkan
sebuah gerakan besar dalam kekristenan, yaitu Bala Keselamatan (The Salvation
Army), yang bertujuan menyampaikan Injil dalam kata dan perbuatan kepada semua
orang, khususnya mereka yang miskin dan terabaikan. Hal ini dilatarbelakangi
oleh jiwa "altruis" sejati dalam diri Booth, yaitu orang yang
memerjuangkan hidup orang lain lebih daripada dirinya sendiri.
Booth melihat bahwa Injil memiliki segi sosial, sehingga gerakannya
ditujukan untuk mengangkat orang miskin dan tertindas. Gerakan ini
dibentuk menurut model tentara Inggris yang memakai seragam dengan tanda
kepangkatan bagi pejabatnya, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pasukan
militer yang siap memerangi kuasa kegelapan di bumi ini. Bendera pasukan
ditetapkan berwarna merah, biru, dan kuning. Merah melambangkan darah Tuhan,
biru melambangkan kesucian, dan kuning melambangkan api Roh Kudus.
Tahun
1890, dengan dibantu sahabatnya, Booth berhasil menulis buku berjudul "In
The Darkness England and The Way Out". Buku ini menceritakan
ketimpangan-ketimpangan ekonomi dan nilai-nilai moral, serta mengusulkan
perbaikan-perbaikan dengan menyediakan sarana penampungan bagi para wanita
tunasusila. Ia juga mengusulkan penyediaan fasilitas pendidikan bagi para gadis
sehingga mereka tidak menjadi wanita tunasusila. Demikian juga perbaikan nasib
untuk para buruh pabrik dan perkebunan. Penerbitan buku ini ternyata berdampak
besar.
Dalam
waktu relatif singkat, lembaga yang didirikan Booth mendapat sumbangan sebesar
120.000 poundsterling yang kemudian digunakan untuk mewujudkan saran-saran
seperti yang dia tuliskan dalam bukunya. Iblis tidak tinggal diam dengan apa
yang mereka lakukan dan mulai menghasut banyak orang untuk menyerang mereka.
Pernah
ada pemilik kedai minuman keras yang berusaha menyuap supaya gerakan mereka
yang merugikan dirinya dipindahkan ke tempat lain, namun ditolak. Ada pula
walikota pemilik pabrik minuman keras yang menyuruh para bandit di pasar,
menyerang tim Bala Keselamatan dengan sebelumnya menyuap para polisi dan hakim
supaya gereja diam saja.
Namun aktivitas tim tetap berjalan. Bahkan
akhirnya, tim Bala Keselamatan mendapat dukungan dari parlemen Inggris dan
masyarakat, sehingga aktivitas mereka semakin meluas bahkan sampai ke luar
negeri.
Tanggal 4
Oktober 1890, Catherine, istri Booth, meninggal dunia. Kesedihan tidak
membuatnya berhenti berjuang dalam pelayanannya, dia terus melayani Tuhan
dengan gigih hingga tanggal 12 Agustus 1912 Booth kembali ke pangkuan Bapa di
surga dengan sukacita dalam usia 83 tahun.
Sepeninggalnya,
dalam waktu yang tidak terlalu lama, gerakan Bala Keselamatan sudah tersebar ke
seluruh dunia dengan misi dalam bidang sosial, pendidikan, dan pelayanan
kesehatan. Pelayanan Booth sangat diberkati dan menjadi monumental, baik gereja
maupun panti-panti asuhan yang didirikannya, termasuk di Indonesia.
Disadur dari;
Judul artikel : William Booth (1873 -- 1945)
Judul buku : Pekan Misi Penginjilan ke-29 Gereja Injili Indonesia Hok Im Tong – 2005
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Gereja Injili Hok Im Tong
Halaman : 53-54
Dan https://misi.sabda.org/william-booth-1873-1945
Posting Komentar untuk "Cerita Inspirasi Kristen Tentang Kesetiaan Dalam Pelayanan - William Booth (1873-1945)"