Ayat Alkitab - Renungan Harian; Mazmur 9:1 (Charles H. Spurgeon)
Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku (TB), Ya Tuhan, aku akan memuji Engkau dengan segenap hatiku dan menceritakan kepada semua orang mengenai segala perbuatan-Mu yang ajaib (FAYH), Dengan segenap hatiku aku mau bersyukur kepada-Mu, Ya Tuhan (BIMK) Mazmur 9:1.
Doa yang terjawab
haruslah selalu diikuti dengan puji syukur; seperti halnya kabut rasa syukur
bumi naik saat matahari kasih surga menghangatkan tanah. Sudahkah Tuhan
bermurah hati kepadamu, dan menyendengkan telinga-Nya kepada suara
permohonanmu? Maka pujilah Dia selama engkau hidup.
Biarlah buah yang matang
jatuh ke atas tanah subur yang darinya buah itu sudah mendapatkan hidup. Jangan
meniadakan lagu untuk-Nya, yang telah menjawab doamu dan memberikan kepadamu
apa yang diinginkan hatimu [Mazmur 37:4].
Berdiam diri atas belas
kasih Allah berarti mendatangkan dosa tidak tahu berterima kasih; yang sama
kejamnya dengan kelakuan kesembilan penderita kusta, yang setelah disembuhkan
dari kustanya, tidak kembali untuk berterima kasih kepada Tuhan yang
menyembuhkan [Lukas 17:17-18].
Lupa mengucapkan puji
syukur kepada Allah berarti menolak kebaikan bagi diri kita sendiri; karena
puji syukur, sama seperti halnya doa, adalah satu sarana yang hebat untuk
meningkatkan pertumbuhan hidup rohani kita. Puji syukur membantu kita
menyingkirkan beban-beban kita, membangkitkan harapan, meningkatkan iman kita.
Puji syukur adalah
latihan yang menyehatkan dan menyegarkan, yang akan menghidupkan denyut nadi
orang percaya, dan memberanikan dirinya dalam usaha-usaha baru untuk melayani
Tuannya.
Memuji Allah atas
kemurahan yang diterima juga merupakan jalan untuk menguntungkan sesama kita;
"biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita."
[Mazmur 34:2] Mereka yang berada dalam situasi yang mirip akan ikut merasakan
penghiburan jika kita bisa mengatakan, "Muliakanlah TUHAN bersama-sama
dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! [Mazmur 34:3]
Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar." [Mazmur 34:6]
Hati yang lemah akan
dikuatkan, dan orang-orang suci yang terkulai akan dibangkitkan saat mereka
mendengar "lagu pembebasan" kita. Keraguan dan ketakutan mereka akan
ditegur, selagi kita mengajar dan menegur seorang akan yang lain sambil
menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani. [Kolose 3:16]
Mereka juga akan
"menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN," [Mazmur 138:5] ketika mereka
mendengar kita mengagungkan nama-Nya yang kudus. Memuji Allah adalah tugas
orang Kristen yang paling surgawi. Para malaikat tidak berdoa, tetapi mereka
tak henti-henti menaikkan pujian siang dan malam; dan yang ditebus, memakai
jubah putih, dan daun-daun palem di tangan mereka, tidak pernah lelah
menyanyikan nyanyian baru, "Layaklah Sang Anak Domba!" [Wahyu 5:12]
Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan. Bacaan perikop di atas versi aslinya memakai terjemahan TB sedangkan versi FAYH dan BIMK merupakan tambahan penulis.
Refleksi Untuk Kita Semua
Renungan kali ini menyadarkan kita akan kebernilaian ucapan syukur kita
kepada Allah. Charles H. Spurgeon memberi kita angin segar dan wawasan baru
tentang mengapa kita harus bersyukur, untuk apa kita melakukannya dan dampak
dari ucapan syukur kita, yang kita naikkan kepada Allah di dalam anak-Nya Yesus
Kristus penebus dosa-dosa kita.
Hanya orang-orang hiduplah yang menaikkan syukur-Nya kepada Allah. Orang-orang
yang syarat dengan kelemahan dan ketidakberdayaan-lah yang menaikkan akan
syukur serta memuji dan berterima kasih kepada Pribadi yang tidak terbatas dan
melampaui akan apapun.
Bersyukur untuk hal-hal sederhana yang sedang dan terus Ia kerjakan di
dalam kehidupan setiap pengikut-pengikut-Nya. Kehidupan yang selalu mensyukuri
akan hal-hal yang Tuhan kerjakan dan kita yang alami dalam kehidupan nyata,
tidak muncul dengan sendirinya, butuh latihan – yang mana harus ditumbuhkan di
dalam kasih karunia Allah.
Di dalam budaya kita hari ini rasa syukur atau kehidupan yang bersyukur
sulit ditemukan – kita berada di dalam sistem kehidupan yang individual, egois
dan ketidakpuasan.
Kita tidak puas terhadap segala hal (anda bisa merincinya sendiri), kita
merasa kurang, kurang dan kurang. Mestinya pengikut-pengikut Kristus tidak
terpengaruh karena mereka telah belajar tentang “Aku
mau bersyukur kepada TUHAN
dengan segenap hatiku” dan
bersama dengan Paulus kita sama-sama mengatakan;
“Saya mengatakan ini bukan karena saya dalam kekurangan, sebab saya telah belajar tetap bersukacita, baik saya memiliki banyak maupun sedikit. Saya dapat hidup seadanya. Saya telah mempelajari rahasia untuk merasa puas dalam segala keadaan, baik kenyang atau lapar, baik berkelebihan atau berkekurangan; sebab saya dapat melakukan segala kehendak Allah dengan pertolongan Kristus, yang memberi saya kekuatan dan kuasa (Fil 4:11-13 FAYH).
Baik mereka yang belum mengenal Kristus maupun yang sudah menerima
Kristus tidak akan merasa puas, jika kita tidak bertumbuh di dalam latihan mencukupkan
diri di dalam kasih karunia-Nya, dan hal yang samapun akan terjadi di dalam
kehidupan bersyukur kita – Pria dan wanita Kristen yang rindu untuk mengenal
Kristus semakin nyata dalam perjalanan imannya, ia harus datang kepada Kristus
dan belajar untuk menumbuhkan, menajamkan dan meng-alamikan kehidupan yang
bersyukur dalam hatinya, di dalam kasih karunia Kristus disetiap kondisi dan
situasi apapun itu.
Kehidupan yang bersyukur bukan bawaan lahir kita dan itu tidak terjadi
secara otomatis ketika seseorang menerima Kristus – ini perlu latihan dan
belajar (bentukan) dan ini merupakan sikap rohani yang ditumbuhkan oleh Roh
Kudus di dalam hati kita.
Ketika sikap hati ini tidak bertumbuh, pertanyaan Kristus berikut juga
ditujukan untuk kita – “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi
tahir? Dimanakah yang Sembilan orang itu? tidak adakah diantara mereka yang
kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? (Luk 11:18-19).
Kerap kali kita menaikkan syukur kepada-Nya karena apa yang kita minta dijawab
oleh-Nya, kita beryukur karena berkat-berkat Allah yang telah kita nikmati dan
bukan pribadi Allah – di titik ini sebenarnya pengenalan kita akan Allah sedang
tidak baik-baik saja.
Sikap ini mestinya mengalir dengan bebas dan sukarela dari hati yang
telah diampuni oleh Kristus. Dia menciptakan segala sesuatu yang ada di alam
ini dan penguasa segala sesuatu. Pengakuan kita akan kedaulatan-Nya seharusnya
membawa kita untuk bersyukur kepada-Nya.
Dan jika kita tidak memiliki sesuatu untuk disyukuri, ingatlah bahwa
karena Kristus di salib bagi kita adalah ungkapan syukur yang harus selalu kita
dengungkan kepada Allah atas karya yang telah dikerjakan oleh anak-Nya Yesus
Kristus.
Semakin dalam pemahaman kita tentang keberdosaan kita dan terhadap kekudusan Allah serta semua yang telah Dia lakukan untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya, semakin dalam rasa syukur kita kepada-Nya (Lukas 7:47). Rasa syukur ini kemudian akan meluap menjadi pujian, penyembahan, nyanyian dan pengorbanan kepada-Nya. Rick Cowan
Kehidupan yang bersyukur perlu ditumbuhkan di dalam kasih karunia Allah disetiap harinya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus