Saat Teduh - Renungan Harian; Yohanes 20:21 (Oswald Chambers)
Maka kata Yesus sekali lagi: “... Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” — Yohanes 20:21
Terdapat kecenderungan
dalam pelayanan atau pengabaran Injil dan menjadi pemikiran kita bahwa inspirasi
kita ada di depan. Lalu, kita menjadikannya patokan dan ukuran keberhasilan.
Namun, dalam Perjanjian Baru, inspirasi terletak di belakang kita, di belakang
Tuhan Yesus sendiri. Sasarannya ialah berkenan dan setia kepada-Nya dan
melaksanakan rencana-Nya.
Apakah
Tugas Seorang Misionaris?
Seorang misionaris ialah
seseorang yang diutus oleh Yesus Kristus sama seperti Dia diutus oleh Allah.
Faktor pengendalinya bukanlah kebutuhan orang-orang, melainkan perintah Yesus.
Sumber inspirasi dalam pelayanan kita bagi Allah itu ditempatkan di belakang,
bukan di depan kita.
Kecenderungan masa kini
ialah meletakkan inspirasi itu di depan, lalu kita menjadikannya sebagai
patokan dan ukuran keberhasilan kita. Akan tetapi, dalam Perjanjian Baru,
inspirasi terletak di belakang kita, di belakang Tuhan Yesus sendiri.
Sasarannya ialah berkenan dan setia kepada-Nya dan melaksanakan rencana-Nya.
Ikatan pribadi dengan
Tuhan Yesus dan sudut pandang-Nya merupakan satu hal yang tidak boleh
diabaikan. Bahaya besar dalam tugas misionaris adalah panggilan Allah
digantikan dengan kebutuhan orang banyak, yaitu simpati manusiawi bagi
kebutuhan itu akan sepenuhnya menggeser makna tugas dari Yesus.
Padahal, kebutuhan
begitu sangat besar dan keadaan atau kondisi begitu sulit sehingga setiap
kemampuan atau daya
pikiran gagal dan tidak akan berhasil. Kita cenderung melupakan bahwa alasan
besar di balik semua tugas misionaris terutama bukanlah peninggian derajat
manusia, peningkatan pendidikan, atau pemenuhan kebutuhan mereka, melainkan
pertama-tama dan terutama perintah Yesus Kristus: “Karena itu, pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku ...” (Matius 28:19).
Bila menoleh kembali
pada kehidupan para pria dan wanita milik Allah, kita cenderung berkata,
“Betapa baik dan mengherankan hikmat mereka dan betapa sempurnanya mereka
memahami yang Allah kehendaki!” Akan tetapi, kecerdasan pikiran di balik mereka
ialah pikiran Allah, bukan hikmat manusia.
Kita memberikan pujian
kepada hikmat manusia padahal seharusnya kita memberi pujian kepada tuntunan
ilahi dan Allah, yang dipertunjukkan melalui orang-orang seperti anak-anak yang
cukup “bodoh” untuk memercayai hikmat Allah dan perlengkapan-Nya yang
adikodrati.
Refleksi Untuk Kita Semua
Kali ini Oswald Chambers memberi kita penyegaran baru di dalam Allah
yang Kudus, Mulia dan Pemilik apapun serta segala yang kita lakukan di dalam
nama-Nya. Renungan kali ini menyadarkan kita kembali untuk mengevaluasi diri
dan apapun yang kita lakukan dalam nama-Nya, dengan menitik beratkan pada “Siapakah
Pemilik Pelayanan Ini?”
Dengan memberi gambaran “Kristus diutus oleh Bapa-Nya untuk datang dan
mendamaikan anda dan saya serta membawa kita kembali kepada posisi kita semula”-
hal ini pula-lah yang mendorong kita yang adalah penerima berkat keselamatan
itu untuk membagikan akan sukacita, damai sejahtera dan kehidupan baru yang
telah dinikmati di dalam Dia kepada orang lain.
Kita adalah utusan-utusan Kristus di dunia ini dan secara spesifik di
tempat dimana kita tinggal saat ini. Yang oleh Paulus “…bagi Allah kami adalah
bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di
antara mereka yang binasa (2 Kor 5:15).
Menyadari bahwa pelayanan ini adalah milik Dia dan tanpa-Nya kita tidak
dapat melakukan apapun, mendorong kita untuk semakin melekat pada-Nya. Bawasannya
pengenalan kita akan diri-Nya lebih utama dari apapun yang dapat kita lakukan
untuk Dia.
Sebagai seorang utusan kita tidak sedang memberitakan akan diri kita,
tetapi kita sedang memberitakan akan Yesus Kristus Pria Nazareth itu yang telah
mati bagi kita di kayu salib. Inilah inti pemberitaan kita – agar Dia dikenal
oleh setiap orang dan membuat diri-Nya hidup di dalam orang-orang itu.
Seorang utusan tidak sedang membangun dirinya di dalam orang-orang yang
dilayani, tetapi dia sedang membangun akan Diri Yesus Kristus di dalam orang-orang
itu, sebagaimana dia telah melihat dan mengalami Kristus itu sendiri.
Dalam hal ini Paulus memberi kesaksian bahwa “Kami pergi ke sana sini
bukan memberitakan diri kami sendiri, melainkan Yesus Kristus sebagai Tuhan.
Yang kami katakan mengenai diri kami hanyalah ini: kami adalah hamba Saudara
sekalian oleh sebab apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi kami (2 Kor 4:5
FAYH).
Lantas bagaimana seorang utusan harus bersikap? Dia harus kembali kepada
Yesus Kristus yang adalah pemilik pelayanan ini dan bukan melihat ke depan pada
orang-orang yang sedang ia layani - Yang mana ia berusaha untuk memenuhi akan
kebutuhan mereka.
Kebutuhan yang mendesak bagi mereka saat ini adalah pribadi Yesus Kristus
dan kebutuhan yang mendesak pula bagi seorang utusan adalah pribadi Yesus Kristus
sendiri.
Namun, dalam hal ini seorang utusan perlu menumbuhkan akan kerinduannya
pada Pemilik pelayanan itu setiap harinya di dalam Doa dan Firman – menikmati-Nya
dan puas di dalam Dia, ketika dia terpuaskan maka kepuasan yang begitu
meluap-luap akan mendorong dia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
saudara-saudaranya yang lain.
Kerinduan Paulus kiranya juga menjadi kerinduan seorang yang diutus “Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Fil
3:10).
Yang membuat kita melakukan ini semua bukanlah melihat pada orang-orang, tetapi itu adalah perintah Kristus. Kristus adalah factor utama dan penggerak apa yang sedang kita lakukan di tengah-tengah dunia ini. Ia adalah sumber dan tujuan kita melakukan semua ini.
Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian; Yohanes 20:21 (Oswald Chambers)"