Saat Teduh - Renungan Harian; Yohanes 18:36 (Oswald Chambers)
Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini;” — Yohanes 18:36
Bukan kegiatan-kegiatan
yang menjadi kekuatan persiapan pelayanan pengutusan, tetapi pada kenyataan
sejauh mana kita membenamkan diri dalam kebenaran Allah dalam masa tersebut.
Dan, jika kita membuang waktu dalam kegiatan yang terlampau banyak
(overactivity), daripada membenamkan diri dalam kebenaran dasar yang agung dari
penebusan Allah, kita akan terempas ketika kesukaran dan kesulitan datang
menimpa kita.
Rahasia
Pelayanan Yang Tidak Diindahkan
Musuh besar bagi Tuhan
Yesus Kristus dewasa ini adalah konsep kerja serba cepat dan praktis, yang
tidak berasal dari Perjanjian Baru, tetapi dari sistem dunia. Sistem kerja ini
menekankan pengerahan tenaga dan kegiatan yang tak habis-habisnya, tetapi tidak
ada kehidupan pribadi dengan Allah.
Penekanannya diletakkan
pada hal yang salah. Yesus berkata, “Kerajaan Allah datang bukan tanpa
tanda-tanda lahiriah ... Sebab, sesungguhnya kerajaan Tuhan ada di antara
kamu.” Hal itu merupakan hal yang tersembunyi.
Seorang pekerja Kristen
yang aktif terlalu sering hidup untuk dilihat orang-orang lain, padahal segi
batin yang terdalamlah (the innermost), yang menyingkapkan kuasa kehidupan
seseorang. Kita harus menyingkirkan wabah roh zaman keagamaan tempat kita kini
hidup.
Dalam kehidupan Tuhan
kita, Yesus, tak ada tekanan dan kesibukan luar biasa dari kegiatan yang kita
pandang tinggi masa kini, dan seorang murid harus menjadi seperti Tuannya. Titik pusat dari kerajaan
Yesus Kristus adalah suatu hubungan pribadi dengan Dia, bukan kemanfaatan
lahiriah bagi orang lain.
Bukan praktik
kegiatan-kegiatan yang menjadi kekuatan pembelajaran Alkitab dalam persiapan
pelayanan pengutusan, melainkan seluruh kekuatannya terletak pada kenyataan
sejauh mana Anda membenamkan diri dalam kebenaran Allah di hadapan Allah dalam
masa persiapan (konteks renungan ini, saat itu disampaikan kepada peserta Bible
Training College, tempat Oswald Chambers melayani).
Anda tidak tahu tentang
tempat dan cara Allah merancang situasi di hadapan Anda sebagai pekerja-Nya,
dan kesulitan serta ketegangan yang akan Anda alami nantinya. Dan, jika Anda
membuang waktu dalam kegiatan yang “overactivity” daripada membenamkan diri
dalam kebenaran dasar yang agung dari Penebusan Allah, Anda akan terempas ketika
kesukaran dan kesulitan datang menimpa Anda.
Akan tetapi, jika masa
membenamkan diri di hadapan Allah digunakan untuk berakar dan berdasar dalam
Dia, yang bisa jadi tampak tidak berguna, Anda akan tetap setia kepada-Nya apa
pun yang terjadi.
Refleksi Untuk
Kita Semua
Banyak orang membuat kesalahan dengan mengartikan “tantangan untuk melayani” sebagai perintah untuk melakukan sesuatu, menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan, mengurus sesuatu dan sebagainya. Namun kurang memahami apa yang ada di dalam hati Allah. Anonym
Inilah
kecenderungan hati kita – kerap kali kita lebih tertarik atau lebih senang
membagikan kisah tentang Allah kepada orang lain ketimbang menyerap energi bagi
kehidupan batiniah kita di dalam firman-Nya.
Kita
memakai banyak waktu untuk menjadi saksi-Nya bagi sesama kita, tetapi sedikit
sekali waktu yang kita pakai untuk duduk diam di kaki-Nya dan mendengar
suara-Nya. Yang Dia inginkan adalah pengenalan kita akan Dia – kita puas dengan
Dia dan seperti apa yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada
orang-orang di Korintus “…..,namun manusia batiniah kami (Kita) dibaharui
dari sehari ke sehari (2 Kor 4:16 tulisan dalam kurun merupakan tambahan
penulis).
Tapi
kerap kali kita terjebak pada cara kerja dunia yang selalu beranggapan bahwa
seorang yang sibuk secara tampilan public adalah dia yang paling rohani – oh tidak.
Kehidupan Kekristenan adalah masalah keserupaan dan kerinduan untuk mengenal
Dia secara pribadi dan hal itu terjadi di ruang-ruang yang sunyi. Kita perlu
Dia untuk menyegarkan akan kehidupan batiniah kita setiap harinya.
Hubungan
dengan Allah harus mendapat prioritas utama di dalam kehidupan kekristenan kita
– titik utama dan rahasia kehidupan serta pelayanan kita adalah hubungan
pribadi dengan Dia. Ketika hubungan dengan Allah semakin mendalam maka kerinduan-Nya
agar setiap suku, bahasa, kaum dan bangsa menyembah Dia akan secara alamiah
bertumbuh di dalam diri kita.
Kedekatan
kita dengan diri-Nya menjadi titik awal dimana kerinduan-Nya menjadi kerinduan
kita juga. Tidak ada apapun di dalam kehidupan rohani kita yang berasal dari
diri kita sendiri. Semuanya berasal dan bersumber dari Allah saja.
Dalam
hal ini kita perlu mengikuti akan beberapa kehidupan kaum puritan yang secara
kontinu membatasi akan interaksi dan kegiatan mereka dengan orang-orang dan secara
teratur mengatur akan kehidupan solitude mereka dengan Allah. Dalam hal ini Ruth
Haley Barton di dalam bukunya Sacred Rhythms (Irama Kudus), mengambarkan
solitude sebagai sebuah tindakan dan tempat yang dikhususkan hanya bagi Allah
dan bagi Allah saja.
Sebuah
waktu dimana kita mencabut dan menarik diri dari kebisingan interaksi dengan
orang disekitar, dari stimulasi kebisingan, kesibukan dan keteraturan yang
terkait dalam konteks melayani dan hidup bersama dengan orang lain. Dengan kata
lain solitude berarti suatu tempat di dalam diri kita dimana Roh Allah dan Roh kita
tinggal bersama-sama dalam persekutuan dan kita dipuaskan serta disegarkan
oleh-Nya.
Kiranya kutipan ini menjadi reminder bagi kita – faktanya adalah tidak ada apapun yang kita lakukan yang tidak bisa Tuhan lakukan sendiri. Kesadaran ini menempatkan kita di tempat yang sesungguhnya. Namun, supaya jangan kita tersandung karena kesadaran akan betapa tidak pentingnya diri kita, biarlah saya cepat-cepat menambahkan bahwa ada satu hal yang hanya kita sendiri dapat berikan bagi Tuhan…dan itu adalah kasih pribadi kita terhadap Dia. Inilah nilai yang sangat penting dari keberadaan kita. disadur dari M. Basil Pennington, dari buku Sacred Rhythms oleh Ruth H. Barton.
Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian; Yohanes 18:36 (Oswald Chambers)"