Latar Belakang Kitab Ibrani
Beberapa pakar alkitab menganggap bahwa kitab ini adalah salah satu
kitab yang unik – mengapa unik? Karena butuh banyak waktu untuk mendiskusikan
tentang kitab ini, banyak hal yang didiskusikan salah satu yang paling mencolok
adalah “siapa penulis kitab ini”.
Seorang penafsir atau seseorang yang hendak menelaah kitab suci mestinya
selalu belajar atau melihat terlebih dahulu latar belakang kitab itu ditulis –
untuk siapa, siapa penulisnya – situasi yang dialami oleh penulis dan penerima
surat, dan hal-hal lainnya. mengapa demikian?, karena sang penafsir hidup di
zaman dan situasi yang berbeda dengan penulis kitab dan penerima kitab pada
waktu itu.
Ia harus menyelaminya lebih dekat untuk mengetahui dan melihat apa
sebenarnya maksud surat ini ditulis barulah menarik pesan yang relate dengan
kehidupan jemaat masa kini.
Alkitab ditulis dalam kerangka tempat, waktu dan situasi yang sudah
pasti berbeda dengan kita hari ini (penafsir), untuk itu dengan memahami dunia
kitab yang akan ditafsir atau dipelajari sang penafsir akan dapat mengerti
maksud ayat, perikop atau buku itu. Biarkanlah alkitab menafsirkan dirinya
sendiri.
Latar Belakang Kitab Ibrani
Kitab Ibrani merupakan salah satu kitab di dalam Perjanjian Baru,
menurut para ahli kitab ini adalah kitab yang gaya sastranya paling baik di
dalam Perjanjian Baru. Surat ini sangat puitis dan penuh kutipan dari
Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama ke dalam Bahasa Yunani). Surat ini
menggunakan kosa kata yang banyak dan menggunakan (tense) dan bahasa Yunani yang
sangat baik.
Meskipun demikian surat Ibrani memerlukan waktu yang lama untuk dapat
dinyatakan sah sebagai bagian dari kanon Perjanjian Baru. Daftar tertua memuat
nama-nama kitab Perjanjian Baru yaitu kanon Muratoria, yang disusun kira-kira
tahun 170 M tidak menyebut adanya surat Ibrani.
Para ilmuwan Aleksandria yaitu Clement dan Origenes mengenal dan
menyukainya, tetapi mereka setuju bahwa tempat untuk surat Ibrani di dalam
Perjanjian Baru masih terus dipersoalkan. Para Bapa gereja lainnya seperti Siprianus,
tidak pernah menyebut adanya surat Ibrani. Tertulianus yang dikenal dengan Bapa
Gereja Latin juga mengatakan bahwa kedudukan kitab ini di dalam Perjanjian Baru
masih dipersoalkan. Eusebius dari Kaisarea yang adalah seorang ahli sejarah
yang terkenal mengatakan bahwa surat Ibrani termasuk di dalam kumpulan
buku-buku yang masih menjadi perdebatan.
Kitab ini mendapat angin segar pada masa Athanasius pada pertengahan
abad 4 M. surat ini mulai diterima dan diterapkan secara pasti sebagai bagian
dari Perjanjian Baru. Meskipun demikian Luther yang hidup sepuluh abad kemudian
masih belum yakin mengenai surat ini. Memang tampaknya aneh karena memerlukan
waktu yang lama bagi surat ini untuk diterima sebagai bagian dari surat-surat
dalam Perjanjian Baru.
Penulis Kitab Ibrani
Bukti Eksternal
Tentang siapa penulis kitab ini masih menjadi polemic hingga kita –
salah satu alasan mengapa surat ini memerlukan waktu yang lama untuk diterima
adalah karena ketidakjelasan siapa penulis kitab ini. Dari semula surat ini
dikirim dengan judul yang sederhana saja “untuk orang-orang di Ibrani”. Clement
dari Aleksandria berpendapat bahwa Paulus-lah yang menulis surat ini dalam
bahasa Ibrani lalu diterjemahkan oleh Lukas ke dalam bahasa Yunani, sebab gaya
bahasanya berbeda sekali dengan gaya bahasa Paulus.
Jerome berpendapat bahwa karakteristik penulisan kitab dalam bahasa
Yunani, anggapan ini diperkuat dengan adanya kebergantungan Paulus pada LXX
(septuaginta). Corak penulisan yang halus serta cara mempernalkan kutipan Perjanjian
Lama yang disampaikan melalui setiap argumentasi dalam setiap ajarannya
merupakan corak dari kepenulisan Paulus.
Tidak dicantumkannya nama Paulus dimengerti karena Paulus melayani atau
rasul bangsa non-Yahudi. Clement dari Aleksadria mengemukakan bahwa Yesus adalah
rasul bangsa Yahudi sedangkan Paulus rasul untuk bangsa non-Yahudi.
Gereja-gereja Timur menerima surat ini sebagai salah satu dari tulisan rasul
Paulus. Dalam papyrus chester beatty (AD 200) menempatkan surat Ibrani setelah
surat Roma.
Origenes misalnya meragukan akan corak serta bentuk penulisan jika kitab
ini ditulis oleh Paulus. Pernyataan Origenes yang terkenal mengenai penulisan
kitab Ibrani adalah “hanya Tuhan yang tahu”. Lebih jauh lagi ia beranggapan
bahwa corak salam dan pemikiran dalam surat Ibrani tidak menunjukkan
kepenulisan Paulus.
Sedangkan di gereja-gereja Afrika (sekitar abad ke 3) setuju dengan
pendapat Tertulianus (AD 150-220), yang menyakini bahwa Barnabas-lah penulis
kitab Ibrani karena secara fakta Barnabas adalah rekan pelayanan Paulus. Dalam
manuskrip Werstern (codex claramontanus) surat Ibrani ditulis dengan nama
“Surat dari Barnabas”.
Dibalik “keraguan” ini beberapa tokoh seperti Caius salah seorang
anggota dari gereja Roma menyebutkan bahwa kitab Ibrani merupakan tulisan rasul
Paulus – pendapat ini di pengaruhi oleh Irenius yang menyatakan bahwa kandungan
isi dan bentuk surat Ibrani secara tidak langung mengarah kepada rasul Paulus.
Beberapa tokoh lainnya yang menyetujui bahwa surat Ibrani adalah surat yang
keempat belas dari Rasul Paulus adalah Hillary dari Poetiers dan Ambros dari
Milan.
Terlepas dari polemic yang berkepanjang siapa penulis kitab ini untuk
dapat diterima ke dalam kanon, surat Ibrani telah menyebar dan telah dikenal
dan disenangi oleh semua gereja. Lalu banyak orang bersikap seperti Origenes
“hanya Tuhan yang tahu siapa penulis surat ini”. Mereka merasa bahwa surat ini
harus masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru dan bahwa satu-satunya jalan untuk
mencapai hal itu adalah bahwa surat ini harus digabungkan dengan tiga belas
surat Paulus lainnya.
Sebenarnya surat Ibrani berhasil masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru
adalah karena keagungannya sendiri.
Oke sekarang marilah kita mengira-ngira siapakah penulis kitab ini.
Banyak nama sudah diajukan dan kita akan melihatnya beserta argument-argumen
pendukungnya.
.
Menurut Tertulianus, penulis kitab ini adalah Barnabas. Barnabas berasal
dari Siprus. Penduduk Siprus terkenal sangat mahir di dalam bahasa Yunani; dan
surat Ibrani ternyata di tulis dalam bahasa Yunani yang sangat baik. Barnabas
adalah seorang Lewi (Kis 4:36), dan dari semua orang di dalam Perjanjian Baru
dialah yang paling tahu dan akrab dengan tata cara imamat dan tata cara korban
yang kebetulan juga menjadi dasar pikiran surat Ibrani.
Barnabas disebut “anak nasehat” kata bahasa Yunaninya adalah paraklesis
dan surat Ibrani disebut sebagai “kata-kata nasehat” oleh penulisnya (Ib
13:22). Dia termasuk dalam sejumlah orang yang diterima dengan baik oleh bangsa
Yahudi maupun bangsa Yunani dan sudah terbiasa dengan alam pemikiran kedua
bangsa itu. jadi mungkin Barnabaslah penulis surat Ibrani itu.
Namun, perlu mempertimbangkan beberapa hal, dimana Barnabas tidak pernah
memberikan keterangan secara jelas mengenai dirinya dalam Ibrani 2:3. Keyakinan
tradisi yang berkembangpun tidak pernah menjelaskan kepenulisan Barnabas.
Selain itu kewibawaan nama Barnabas tidak dapat mendukung masuknya surat Ibrani
ke dalam kanon PB – seperti adanya injil palsu yang juga memakai nama Barnabas.
.
Menurut Clement dari Alexandria, Lukas adalah penulis kitab ini. Dengan
alasan, Lukas adalah teman perjalanan rasul Paulus dan mengoleksi akan seluruh
khotbah-khotbah Paulus. Corak bahasa yang santun dan halus merupakan ciri khas
kepenulisan dokter Lukas yang juga adalah seorang sastrawan.
Secara terkait kesusastraan Ibrani sangatlah mirip dengan kesusastraan
Kisah Para Rasul. Terutama bentuk kesusastraan khotbah Stefanus (Kis 7).
Meskipun secara kebangsaan Lukas bukan orang Yahudi, namun pola keagamaan
Yahudi dikenalnya sebagai rekan seperjalanan dalam pekabaran injil bersama
Paulus – Lukas banyak belajar darinya.
.
Martin Luther menyakini bahwa Apolos-lah penulis surat ini. Menurut
Pernjanjian Baru Apolos adalah orang Yahudi, lahir di Alexandria, seorang yang
fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal kitab suci (Kis 18:24; 1 Kor
1:12; 3:4). Orang yang menulis surat Ibrani memahami benar akan isi kitab suci,
dia fasih berbicara dan berpikir seperti lazimnya seorang Alexandria yang
terpelajar. Orang yang menulis surat Ibrani adalah orang yang benar-benar
seperti Apolos itu, baik dalam berpikir maupun dalam latar belakang hidupnya.
Apolos adalah seorang yang sering mengutip akan septuaginta (LXX) di dalam
setiap argument-argumennya – selain itu ia juga memiliki pengaruh yang besar di
berbagai gereja.
.
Harnack seorang ilmuwan terkenal Jerman berpendapat
bahwa penulis surat Ibrani mungkin adalah Akwila dan Priskila. Akwila adalah
seorang guru (Kis 18:26). Rumah mereka di Roma di pakai untuk gereja (Rm 16:5).
Menurut Harnack, karena kenyataan tentang Akwila dan Priskila itulah maka surat
ini tidak diawali dengan ucapan salam. Akwila sebagai penulis utama surat
Ibrani adalah seorang wanita dan wanita tidak diijinkan mengajar. Itulah
sebabnya makan namanya tidak disebutkan sama sekali.
Bukti Internal
Beberapa bukti dari dalam surat Ibrani yang dapat menolong kita untuk
“sedikit” memahami tentang penulis, meskipun masih ada keraguan disana-sini.
-
Penulis
kemungkinan adalah seorang Yahudi. Sebab penulis sudah terbiasa dengan
kitab-kitab Perjanjian Lama bahkan seluk-beluk Yudaisme dan kehidupan Yahudi di
abad pertama.
-
Penulis
bisa jadi telah mengetahui ilmu menafsir alkitab (hermeneutic) di abad pertama
(midrash dan pesher).
-
Surat
Ibrani tidak menyebut secara langsung penulis dan tujuan alamat penulis.
Beberapa argumentasi mendukung akan kepenulisan Paulus, khususnya
merujuk pada Ibrani 2:3; 4:8, meskipun demikian beberapa teolog modern sulit
untuk menghubungkan surat Ibrani dengan Paulus. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal yaitu;
-
Surat
Ibrani ditulis tanpa nama sehingga sangat sulit untuk mengkonfirmasikan bahwa
Paulus adalah penulis kitab ini. Hal ini mendapat angin segar di abad 19 para
teolog konservatif berkeyakinan bahwa Paulus adalah penulis kitab ini. Mereka
menganggap bahwa kemungkinan besar tidak dicantumkannya nama Paulus dalam surat
Ibrani sebagai bentuk kerendahan hatinya sebagai rasul non Yahudi dan hal ini
juga sebagai bentuk antisipasi ditolaknya surat Ibrani oleh orang Yahudi.
-
Perbedaan
gaya tulisan mempersulit para teolog memberi dukungan terhadap kepenulisan
Paulus.
-
Ciri
khas dalam setiap tulisan Paulus adalah karakteristik pengalaman rohani Paulus.
Dalam surat Ibrani karakteristik ini tidak ditemukan.
-
Adanya
perbedaan teologi antara surat Ibrani dan surat-surat Paulus.
Pada akhirnya kita semua saran-saran ini kembali kepada apa yang
dikatakan oleh Origenes bahwa “hanya Tuhanlah yang mengetahui siapa penulis
surat ini”. Lebih dari itu kita harus mengucap syukur kepada Allah atas penulis
tanpa nama ini yang telah menolong kita untuk melihat lebih dekat kepada Allah.
Kita juga bersyukur pengarang ini memuat akan keindahan yang tanpa tara tentang
Yesus yang adalah jalan ke sejati kepada Allah dan kebenaran-kebenaranNya.
Waktu Penulisan
Kitab Ibrani
Meskipun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa penulis surat
ini, tetapi kita dapat melacak waktu penulisan surat ini. Bukti eksternal menyatakan
bahwa surat ini ditulis pada abad pertama hal ini dikarenakan Clement dari Roma
menggunakan surat ini kira-kira tahun 95 M.
Satu-satunya keterangan mengenai penulisan surat Ibrani terdapat di
dalam surat itu sendiri. Yang jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Kristen
generasi kedua (2:3; 13:7). Kisahnya disampaikan oleh orang-orang yang telah
mendengar ajaran Tuhan kepada penerima surat ini. Persekutuan Kristen yang
menjadi alamat surat ini bukanlah orang-orang yang baru mengenal iman Kristen.
Beberapa bukti yang kuat tentang tahun penulisan kitab ini adalah di
dalam kitab Ibrani tidak disebutkan tentang peperangan Yahudi (mulai tahun 66),
selain itu persembahan di bait Allah masih terus dilakukan (8:4; 9:6; 12:27;
13:10), waktunya mungkin sebelum tahun 66 dan tentunya sebelum kejatuhan
Yerusalem (tahun 70).
Penganiayaan disebutkan (12:4) tetapi orang-orang percaya “belum sampai
mencucurkan darah”. Jika Italia menjadi tujuan dari surat ini, maka
penganiayaan berdarah pada masa Nero (tahun 64 M) memberikan tanda bahwa surat
ini ditulis sebelum peristiwa tersebut yaitu paling lambah pada pertengahan
tahun 64 M. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa surat ini kemungkinan besar
ditulis antara tahun 63-65 M.
Penerima Surat
Surat ini tidak ditulis untuk suatu gereja besar – karena untuk suatu
gereja yang besar pastilah nama tempatnya akan disebut. Namun, ternyata di
dalam surat ini sama sekali tidak ada petunjuk mengenai hal itu.
Surat ini ditulis untuk suatu jemaat yang sudah lama berdiri (5:12) dan pernah mengalami akan penganiayaan (10:32-34). Surat
ini ditulis untuk suatu jemaat yang mempunyai sejarah yang besar dengan guru
dan pemimpinnya yang besar (13:7). Surat ini dialamatkan kepada suatu jemaat
yang tidak didirikan oleh penulis kitab secara langsung (2:3). Surat ini ditujukan
kepada sebuah jemaat yang terkenal karena kemurahan hati dan keterbukaan
warganya (6:10).
Di atas semuanya itu kita mempunyai satu petunjuk yang jelas dan tegas. Dalam
salam penutupnya kita temukan ayat yang harusnya diterjemahkan demikian “terimalah
salam dari semua saudara dari Italia” (13:24). Berdasarkan bunyi kalimat itu
maka dapat dipastikan bahwa surat ini ditulis dari Italia atau kepada Italia. Kemungkinan
besarnya surat ini ditulis kepada Italia dan bukan dari Italia.
Harus dikatakan bahwa surat ini secara pasti tidak ditujukan kepada gereja
di Roma secara menyeluruh. Mengapa? Karena surat ini tidak ada judulnya. Lebih lanjut
dapat dikatakan bahwa ada kesan yang kuat bahwa surat ini dialamatkan kepada sekelompok
kecil orang yang mempunyai kesamaan pemahaman. Juga Nampak jelas bahwa surat
ini ditujukan kepada sekelompok orang yang terpelajar.
Dari Ibrani 5:12 kita dapat mengetahui bahwa kelompok kecil ini telah
lama menuntut pelajaran dan mempersiapkan diri untuk menjadi pengajar iman
kristen. Lebih jauh dari itu surat Ibrani menuntut persyaratan pengetahuan
tentang Perjanjian Lama sedemikian rupa sehingga tidak salah lagi untuk mengatakan
bahwa surat ini ditulis oleh seseorang yang terpelajar untuk kelompok yang juga
ingin belajar (terpelajar).
Tujuan Penulisan Surat
Menentukan maksud kitab sangatlah penting karena berhubungan secara
langsung tentang bagaimana kita melihat atau nantinya menafsirkan akan ajaran-ajaran
yang terdapat di dalam surat Ibrani itu sendiri.
·
Maksud
pertama surat ini adalah untuk menunjukkan superioritas Kristus terhadap
pola-pola yang dilakukan dalam Perjanjian Lama. Ini merupakan tantangan bagi
orang Yahudi Kristen untuk meninggalkan pola ibadah lama, sebab ibadah Perjanjian
Baru lebih tinggi. Yang utama bukanlah rasa tidak puas terhadap pola ibadah Perjanjian
Baru melainkan kurangnya pemahaman terhadap ajaran kristen yang sebenarnya.
·
Peringatan
terhadap kemurtadan akibat Yudaisme. Pada umumnya surat Ibrani merupakan peringatan
terhadap kemurtadan akitab Yudaisme. Orang Yahudi menilai bahwa rekan
sebangasanya yang telah menjadi Kristen tidak lagi peduli terhadap ajaran Yudaisme
serta pola Perjanjian Lama. Akibatnya mereka mengucilkan orang Yahudi Kristen. Surat
Ibrani ditulis supaya orang Yahudi Kristen dikuatkan imannya dalam menghadapi
Yudaisme. Karena murtad yang sebenarnya bukanlah menyangkal Yudaisme tetapi menyangkal
akan firman Tuhan (bdg Ib 6 dan 10:29)
·
Larangan
membatasi Misi ke seluruh dunia. Orang kristen merasakan perlindungan di tengah
rekan sebangsanya, meskipun harus mengalami akan tantangan dari rekan sebangsa
yang memaksakan ajaran Yudaisme. Waktu itu agama Kristen belum mendapat persetujuan
pemerintahan Romawi. Pemerintah Romawi menganggap bahwa agama Kristen merupakan
bentuk agama yang mewarisi tradisi dan nilai-nilai agama Yahudi. Di samping
alasan tersebut, bentuk ibadah di dalam PL menarik perhatian orang Yahudi
Kristen. Surat Ibrani ditulis dengan maksud untuk mengingatkan bahwa bagian
terpenting dalam iman Kristiani adalah memberitakan keselamatan kepada semua
suku bangsa. Dan bukan zamannya lagi untuk mengingat bentuk pola ibadah Perjanjian
Lama, sebab Kristus telah mendirikan sebuah dasar untuk bentuk ibadah baru.
·
Mencengah
pengajaran Bidat. Surat Ibrani ditulis untuk mencegah ajaran sesat Gnostik
Yahudi dan bidat yang merongrong ajaran Kristen. Kekristenan diperhadapkan
ajaran berbagai aturan tentang makanan dan minuman serta ajaran Yudaisme dari
bidat gnostic Yahudi. Di samping itu bidat Kolese mengajarkan bahwa malaikat
adalah perantara Allah dan manusia serta memberikan ajaran bentuk ibadah kepada
malaikat. Penulis surat Ibrani berusaha untuk menyanggah ajaran Gnostik Yahudi
dan bidat Kolose dengan argumentasi superior Kristus disbanding para malaikat;
ajaran tentang keselamatan dan pelbagai ajaran makan dan minum (Ib 13:9) serta
adat upacara pembasuhan (Ib 9:10). Secara terperinci penulis menjawab masalah
perantara Allah dan manusia (bdg Kol 2:18; Ib 1-4; 1-10) penulis memberikan
penjelasan ibadah yang sejati. Surat Ibrani memberikan peringatan agar tidak
murtad terhadap iman kristen. Dengan memperlihatkan supremasi Kristus serta sistem
ibadah sejati sebagai dasar yang teguh bagi pembaca di tengah serangan ajaran
sesat.
·
Peneguh
dan penguat iman Kristen. Keyakinan mengenai tujuan kepenulisan yang
dialamatkan kepada orang-orang Kristen Yahudi sebagai dasar dugaan bahwa surat
Ibrani ditulis untuk meneguhkan dan menguatkan iman orang Kristen yang
dianiaya. Penulis kitab menjelaskan Yesus Kristus sebagai penyataan Allah yang
sempurna merupakan kegenapan nubuat dalam Perjanjian Lama. Kedatangannya untuk
menetapkan Perjanjian Baru. Sehingga hal ini diharapkan para pembaca tertantang
untuk mempertahankan iman percayanya. Penulis Ibrani menyajikan tokoh-tokoh
terkenal dalam sejarah Israel, tokoh-tokoh tersebut adalah pahlawan iman. Dengan
merujuk kepada pasal 11, penulis ingin memberikan sebuah nasihat agar pembaca
tetap setia di dalam Kristus. kemudian di lanjutkan dalam pasal 12 yang
merupakan kata-kata kekuatan penulis agar pembaca sabar dalam menanggung
tekanan dan aniaya.
Kata Kunci Kitab
Ibrani
Keutamaan Kristus
Thema Kitab Ibrani
Bagi mereka yang telah mengaku sebagai orang Kristen, harus berhati-hati
tentangnya adanya bahaya kemurtadan. Setelah menyatakan menerima Kristus,
mereka mungkin dapat menolakNya dan kembali kepada agamanya yang bersifat
ritual. Ini sama dengan menghianati Kristus, mengotori darah-Nya dan menghina
Roh Kudus. Untuk dosa yang disengaja ini tidak ada pertobatan ataupun
pengampunan.
Ada peringatan ulang dalam surat Ibrani untuk melawan dosa ini. Dalam Ibrani
2:1 hal ini digambarkan seperti “hanyut dibawah arus dari pesan Kristus”.
Dalam 3:7-9 disebut sebagai dosa pemberontakan atau mengeraskan hati. Dalam
6:6 disebut murtad lagi. Dalam 10:25 disebut menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah. Dalam 10:26 disebut sengaja berbuat dosa. Dalam 12:16
disebut menjual hak keselungan untuk sepiring makanan dan akhirnya dalam
12:25 disebut menolak untuk mendengar Dia yang berbicara dari surga. Tetapi
semua peringatan ini sebenarnya melawan aspek-aspek yang berbeda dari dosa yang
sama – dosa murtad.
Garis Besar Kitab Ibrani
Kristus Pernyataan Diri Allah Yang Sempurna
-
Kata
pengantar (Ib 1:1-4)
-
Superior
Kristus di atas malaikat (Ib 1:5-14)
Kristus Tuhan Dan Juruselamat
-
Peringatan
(Ib 2:1-4)
-
Kristus
di dalam kemanusian-Nya (Ib 2:5-9)
-
Kesetiaan
Yesus terhadap umat-Nya (Ib 2:10-18)
Yesus Pengantara Perjanjian Baru
-
Panggilan
untuk setia (Ib 3:1-6)
-
Belajar
dari kegagalan Israel (Ib 3:7-19)
Janji Perhentian
-
Waspada
(Ib 4:1-3)
-
Perhentian
di hari ketujuh (Ib 4:4-5
-
Perhentian
yang lain (Ib 4:6-11)
-
Kuasa
firman Tuhan (Ib 4:12-13)
-
Imam
besar yang telah menang (Ib 4:14)
-
Imam
besar yang empatik (Ib 4:15-16)
Superior Kristus Sebagai Imam Besar
-
Kualifikasi
imam besar (Ib 5:1-4)
-
Panggilan
keimamatan Kristus (Ib 5:5-10)
-
Ketidakdewasaan
rohani (Ib 5:11-14)
Berpengang Teguh Pada Pengharapan
-
Menuju
kepada kedewasaan rohani (Ib 6:1-2)
-
Bahaya
kemurtadan (Ib 6:3-6)
-
Kehidupan
yang bertumbuh (Ib 6:7-10)
-
Janji
Allah ia dan amin (Ib 6:11-18)
-
Hidup
dalam pengharapan (Ib 6:19-20)
Imam Besar Yang Superior
-
Keimamatan
Allah (Ib 7:1-3)
-
Keimamatan
anak Allah kekal (Ib 7:4-14)
-
Keimamatan
anak Allah bukan berdasarkan peraturan duniawi (Ib 7:13-19)
-
Keimamatan
anak Allah menjamin hidup orang percaya (Ib 7:20-22)
-
Keimamatan
anak Allah abadi (Ib 7:23-25)
-
Karakteristik
keimamatan Anak Allah (Ib 7:26-28)
Pelayanan Yang Superior
-
Pelayanan
imam besar (Ib 8:1-6)
-
Perjanjian
yang superior (Ib 8:7-13)
Keimamatan Dan Ibadah Yang Superior
-
Sistem
ibadah dalam Perjanjian Lama (Ib 9:1-5)
-
Tata
cara dalam ibadah Perjanjian Lama (Ib 9:6-10)
-
Kristus
pengantara Perjanjian Baru (Ib 9:11-15)
-
Perjanjian
dan wasiat (Ib 9:16-28)
Superior Korban Kristus
-
Efektivitas
keimamatan yang superior (Ib 10:1-18)
-
Peringatan
awal (Ib 10:19-25)
-
Peringatan
yang meningkat (Ib 10:26-31)
-
Pembaharuan
motifasi (Ib 10:32-39)
Para Saksi Iman
-
Pendahuluan
(Ib 11:1-3)
-
Tanggapan
terhadap iman (Ib 11:4-16)
-
Berbagai
pengalaman iman (Ib 11:17-40)
Peringatan Terakhir
-
Pendahuluan
(Ib 12:1-2)
-
Didikan
dan hajaran Tuhan (Ib 12:3-9)
-
Kepenundukan
diri terhadap didikan Tuhan (Ib 12:10)
-
Panggilan
memperbaharui kehidupan rohani (Ib 12:11-17)
-
Peringatan
terakhir (Ib 12:18-29)
Penutup
- Nasehat dan doa (Ib 13:1-25)
Ayat-Ayat Terkenal Dalam Kitab Ibrani
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,
tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang
hari Tuhan yang mendekat (Ib10:24-25)
Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ib11:1)
Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan
dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa (Ib
2:17)
Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh
Kudus: ”Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan
hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun (Ib 3:7-8)
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan
lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita (Ib 4;12)
Dan tidak ada suatu makhluk pun yang
tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan
mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab (Ib 4:13)
Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ib 4:16)
Sebab Imam Besar yang
demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang
terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat
sorga (Ib 7:26)
Karena itu marilah kita
menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh,
oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh
kita telah dibasuh dengan air yang murni
(Ib 10:22)
Tetapi tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,
ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang
yang sungguh-sungguh mencari Dia
(Ib 11:6)
Karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya
sebagai anak (Ib 12:6)
Memang tiap-tiap
ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita.
Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada
mereka yang dilatih olehnya
(Ib 12:11)
Berusahalah hidup damai
dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang
pun akan melihat Tuhan
(Ib 12:14)
Kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin (13:21)
Beberapa Bahan Rujukan
William Barclay “Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat Ibrani”, BPK
Gunung Mulia, 2008
Posting Komentar untuk "Latar Belakang Kitab Ibrani"