Cerita Motifasi Kristen Yang Menyentuh - Salvatore Gargulio Bertemu Kristus
Dalam kitab Suci kita akan melihat dan membaca bagaimana proses atau
perjalanan seseorang datang kepada Kristus, sebut saja Paulus ketika ia di
tangkap oleh Kristus. Kisahnya adalah kisah yang hidup karena bukan hanya
berisi tentang seorang Paulus tetapi kisah tentang Yesus Kristus – Dialah yang
dipermuliakan di dalam setiap kisah perjalanan seseorang datang kepada-Nya.
Kisah perjumpaan orang-orang dengan Kristus terus hidup di dalam rentang
kehidupan umat manusia. Peristiwa yang serupa belum berakhir, peristiwa itu
masih terus terjadi setiap harinya di bumi ini – Kuasa Kristus masih terus
bekerja dengan nyata, kerinduan-Nya agar setiap orang mengalami dan memiliki
kisah dengan-Nya masih terus hidup dan bertumbuh hingga kini.
Tidak ada satupun hal atau kondisi yang dapat menghalangi serta
membendung diri-Nya untuk berjumpa dengan orang-orang yang dikasihi-Nya. Ia
memakai ragam cara yang begitu kreatif dan menakjubkan. Itulah Allah kita.
Kisah-kisah itu begitu hidup, berkuasa serta menginspirasi dan membangun
akan batiniah kita – Ia membangun akan diri-Nya di dalam orang-orang yang
sederhana dan biasa untuk memperkenalkan akan pribadi yang luar biasa dan Agung
itu.
Rasanya tidak ada cerita yang lebih menarik untuk dibaca selain membaca
tentang kisah perjalanan orang-orang biasa yang datang kepada-Nya. Kiranya
kisah di bawah ini menolong kita untuk semakin dalam memikirkan tentang Yesus
Kristus itu sendiri.
Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia
mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada
Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian
yang diberikan Allah tentang Anak-Nya (1 Yoh
5:10).
Seorang
Pemimpin Buta Dari Orang Buta
Kesaksian
Biarawan Salvatore Gargulio Yang Bertobat
Nama saya Salvatore
Gargiulo. Saya bertobat kepada Injil Tuhan Yesus pada tahun 1977 dan saya
sekarang melayani Dia di tempat yang sama di mana saya sebelumnya mengikuti
panggilan seorang pastor Roma Katolik.
Pertobatan saya terjadi
secara perlahan, selangkah demi selangkah, selama bertahun-tahun dan hal itu
merupakan salah satu dari keajaiban-keajaiban besar yang hanya dapat dilakukan
oleh Tuhan.
Saya ditahbiskan menjadi
seorang pastor Katolik pada tahun 1951 dan saya berkemauan kuat untuk menjadi
anak Paus yang setia sepanjang hari seumur hidup saya. Saya yakin sepenuhnya
bahwa dia adalah penerus Petrus, kepala yang kelihatan dari seluruh Gereja dan
wakil Kristus yang berotoritas di atas bumi.
Gereja Roma Katolik
sesungguhnya adalah suatu gereja yang lebih mengikuti Maria daripada menjadi
sebuah Gereja Kristen, dan itulah yang dahulu juga saya lakukan. Dahulu saya
tidak pernah berhenti mendorong orang untuk berdoa Rosario (doa-doa kepada
Maria yang monoton dan diulang-ulang).
Dengan sangat antusias
saya menceritakan ke orang-orang
lain tentang mujizat-mujizat yang seolah-olah telah dia (Maria) lakukan, tapi
yang sebenarnya tidak lain daripada pekerjaan kuasa-kuasa kegelapan, yang
bertujuan untuk menyesatkan jutaan jiwa dan mencegah mereka mengenal kebenaran (II
Korintus 11:14, II Tesalonika 2:9-12).
Meskipun demikian,
kehidupan saya dahulu telah dibentuk dalam sistem yang salah ini dan saya hanya
memiliki pengetahuan yang dangkal tentang Alkitab. Saya telah menipu diri saya
sendiri dan orang-orang lain (II Timotius 3:13). Pada
kenyataannya studi-studi
teologis saya dahulu sesungguhnya hanya berdasarkan pada pelajaran filsafat dan
tidak pada Firman Tuhan.
Dalam kefanatikan
keagamaan dan kesetiaan saya terhadap ketetapan-ketetapan dari peraturan resmi yang
menyatakan hak-hak pastor katolik, pada suatu hari saya membakar sebuah Alkitab “Protestant” karena Alkitab tersebut tidak
memiliki ijin resmi untuk dicetak atau otoritas tercetak yang membuatnya boleh
dibaca. Namun semua kepastian dan iman saya terhadap institusi Roma Katolik
tidak mencegah saya dari ketidakpuasan yang ada di dalam hati.
Saya mengurusi sakramen-sakramen jika tiba giliran saya,
tapi saya tidak memiliki pemberian terbesar yang Tuhan ingin berikan kepada
manusia, yaitu pengertian bahwa dia telah diterima oleh Tuhan karena dosa-dosanya
telah diampuni sekali untuk selamanya di atas kayu salib.
Saya dahulu juga
memiliki ketakutan yang besar terhadap kematian dan penghakiman Tuhan. Agama
saya memacu saya untuk melakukan segala sesuatu dengan tujuan untuk mendapat
pahala (Misa, sakramen-sakramen, doa Rosario, pengakuan dosa, tindakan-tindakan
penyangkalan diri, dll) tetapi dalam hati saya merasa bahwa saya terhilang.
Yang menyedihkan,
meskipun saya memiliki gelar dalam teologi, saya tidak mengerti apa-apa tentang
damai sejahtera dan kesederhanaan yang diberikan oleh keselamatan karena
anugerah. Sumber air yang rusak, yaitu sakramen-sakramen, tidak bisa memberikan
kepada saya Air Hidup yang sangat dibutuhkan oleh jiwa saya. Pada tahun 1960
saya mulai tertarik pada gerakan eukumene.
Wajar bahwa saya punya
harapan yang besar bahwa gerakan tersebut dapat membuat “saudara-saudara yang terpisah” mengakui
Kepala Gereja Roma Katolik dan untuk menerima bahwa adalah kehendak Yesus bahwa
Paus seharusnya menjadi gembala tertinggi dari semua domba sehingga dengan
mentaati dia maka kehendak Tuhan akan tercapai, yaitu adanya satu kawanan domba
dan satu gembala.
Karena hal tersebut,
maka penting bagi saya untuk mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh
orang-orang Kristen yang memisahkan diri dari Roma ini. Karena itu saya mulai
mendengarkan siaran-siaran penginjilan di radio dan televisi.
Saya khususnya teringat
suatu seri khotbah pagi yang diberikan oleh seorang penginjil Kristen Jerman,
Werner Euchelbach, yang disiarkan oleh radio Luxemburg.
Pesan-pesan dalam
khotbahnya tidak pernah gagal untuk diakhiri dengan seruan yang menyentuh hati
ketika dia berkata, “Apa yang anda benar-benar butuhkan adalah Yesus”. Bagi
saya, dia hanyalah semata-mata perwakilan dari suatu sekte, suatu bidat, tapi
kesungguh-sungguhan dalam suaranya menyentuh saya dan pusat dari kotbahnya
hanyalah Yesus saja.
Suatu hari pada tahun
1975, ketika saya sedang berjalan sepanjang jalan di Florence, saya tertarik
oleh sebuah toko buku rohani Kristen. Saya masuk ke toko itu untuk sekedar
melihat-lihat dan saya terpaku oleh sebuah buku berjudul, “Roma Katolik di
dalam Terang Alkitab”.
Saya membeli satu kopi,
tapi tidak mudah bagi saya untuk menghilangkan dalam sekejap semua
doktrin-doktrin palsu yang telah berakar kuat di dalam pikiran saya. Namun
sedikit demi sedikit Roh Kudus membuat Cahaya Kebenaran itu menembus pikiran
saya yang gelap. Setelah dua tahun ketidakpastian, keraguan dan pencarian saya
berhenti.
Pada akhirnya hanya ada
Firman Tuhan, yang benar-benar adalah Pedang Roh, yang akhirnya membongkar
sampai keakar-akarnya semua kesesatan yang telah membelenggu saya selama
bertahun-tahun. Beberapa penginjil sekarang berpikir bahwa jaman telah berubah
dan bahwa sekarang ada kemungkinan untuk berdialog dan bekerja sama dengan Gereja
Roma Katolik dalam rangka mencapai kesatuan Kristen.
Ini adalah tipu daya
Setan. Doktrin-doktin dari organisasi gerejawi ini sama sekali tidak berubah.
Pada kenyataannya mereka sekarang menambah kesesatan-kesesatan baru kepada
kesesatan-kesesatan yang lama dan khususnya mereka sedang bekerja ke arah
membawa semua agama-agama lain, yang segera akan berakhir dengan pendirian
Babilon yang Besar, seperti yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu pasal 17.
Karena itu sangatlah
penting bagi kita pada saat ini untuk mentaati peringatan Firman Tuhan,
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.
Sebab persamaan apakah
terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat
bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial?
Apakah bagian bersama orang-orang
percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Tuhan dengan
berhala? Karena kita adalah bait dari Tuhan yang hidup menurut firman Tuhan
ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah
mereka, dan aku akan menadi Tuhan mereka, dan mereka akan menadi umatKu.
Sebab itu: Keluarlah
kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dari mereka, firman Tuhan, dan
janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan aku akan
menadi Bapamu, dan kamu akan menadi anak-anakKu lakilaki dan anak-anakKu
perempuan, demikianlah firman Tuhan yang Mahakuasa” (II Korintus 6:14- 18).
Bagi saya sendiri,
ketika saya melihat ke belakang kepada tahun-tahun ketika saya hidup di bawah
kuasa dusta dan kesesatan, saya hanya dapat berterima kasih kepada Bapa di
Surga dengan sukacita dan rasa syukur dalam hati bahwa Dia telah membebaskan
saya dari kuasa kegelapan dan membawa saya ke dalam Kerajaan AnakNya yang
terkasih, Yesus Kristus.
Disadur dari Christliche Literatur- und Kassettenvermittlung (CLKV), Pfäffikon (ZH), Schweiz ini. Dan diterjemahkan oleh ini
Posting Komentar untuk "Cerita Motifasi Kristen Yang Menyentuh - Salvatore Gargulio Bertemu Kristus "