Cerita Nyata Kristen Yang Menginspirasi - Romo Lavueva
Dalam kitab Suci kita akan melihat dan membaca bagaimana proses atau
perjalanan seseorang datang kepada Kristus, sebut saja Paulus ketika ia di
tangkap oleh Kristus. Kisahnya adalah kisah yang hidup karena bukan hanya
berisi tentang seorang Paulus tetapi kisah tentang Yesus Kristus – Dialah yang
dipermuliakan di dalam setiap kisah perjalanan seseorang datang kepada-Nya.
Kisah perjumpaan orang-orang dengan Kristus terus hidup di dalam rentang
kehidupan umat manusia. Peristiwa yang serupa belum berakhir, peristiwa itu
masih terus terjadi setiap harinya di bumi ini – Kuasa Kristus masih terus
bekerja dengan nyata, kerinduan-Nya agar setiap orang mengalami dan memiliki
kisah dengan-Nya masih terus hidup dan bertumbuh hingga kini.
Tidak ada satupun hal atau kondisi yang dapat menghalangi serta
membendung diri-Nya untuk berjumpa dengan orang-orang yang dikasihi-Nya. Ia
memakai ragam cara yang begitu kreatif dan menakjubkan. Itulah Allah kita.
Kisah-kisah itu begitu hidup, berkuasa serta menginspirasi dan membangun
akan batiniah kita – Ia membangun akan diri-Nya di dalam orang-orang yang
sederhana dan biasa untuk memperkenalkan akan pribadi yang luar biasa dan Agung
itu.
Rasanya tidak ada cerita yang lebih menarik untuk dibaca selain membaca
tentang kisah perjalanan orang-orang biasa yang datang kepada-Nya. Kiranya
kisah di bawah ini menolong kita untuk semakin dalam memikirkan tentang Yesus
Kristus itu sendiri.
Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia
mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada
Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian
yang diberikan Allah tentang Anak-Nya (1 Yoh
5:10).
Jalan
Damsyik-ku
Kesaksian
Romo Lavueva yang Akhirnya Ditemukan oleh Tuhan Yesus
Saya dilahirkan dalam
keluarga Roma Katolik, pada tanggal 28 September 1911, di kota San Celoni, di
propinsi Barcelona, Spanyol. Ayah saya meninggal pada tahun 1918 pada usia yang
masih muda oleh karena adanya epidemi influenza yang menyerang banyak penduduk
di daerah kami.
Pada saat itu saya baru
berumur 6 tahun dan ibu saya harus bekerja keras karena ayah saya tidak
meninggalkan banyak kekayaan ketika ia meninggal. Dua tahun kemudian, teman
keluarga kami menawarkan pekerjaan sebagai pembantu pada suatu susteran/biara
Conceptionist-Fransiscan, di kota Tarazona di daerah Aragon, di propinsi
Zaragosa.
Sustersuster di biara
tersebut mau menerima ibu saya untuk bekerja, namun sebagai syaratnya saya
harus masuk sekolah untuk menjadi pastor Katolik, oleh karena biara tersebut
tidak bisa menerima anak laki-laki untuk tinggal di situ jika ia kelak tidak
akan sekolah di seminari. Jadi pada usia 8 tahun, saya berkomitmen pada suatu
tujuan di kemudian hari yang sebenarnya saya tidak tahu menahu mengenai hal
tersebut.
Para biarawati itu
memberi pengaruh yang sedemikian memaksa, sehingga selama karir saya di
Seminari, meskipun saya berkali-kali mengatakan kepada ibu saya bahwa saya
tidak menginginkan pekerjaan yang menuntut saya untuk hidup selibat (tidak
menikah), ibu mengancam saya untuk mengirim saya ke panti asuhan Civil Guard
yang dia gambarkan sebagai tempat yang sangat mengerikan.
Ketika saya berumur 10
tahun, saya memasuki sekolah seminari di Tarazona untuk belajar sebagai pastor
Katolik. Selama sekolah di seminari, saya tidak belajar dengan sungguh-sungguh
kecuali pada tingkat lanjut. Tapi walaupun begitu setiap ujian saya selalu
mendapatkan nilai tertinggi. Saya merasa hal ini sebagai kompensasi saya atas
kesombongan saya sebagai balasan terhadap daya tarik pekerjaan normal, yang
jika seandainya saya masuki maka saya akan bisa memenuhi keinginan saya untuk
membangun rumah tangga.
Saya ditahbiskan sebagai
pastor Katolik pada tanggal 10 juni 1934 oleh Dr. Goma, Uskup untuk daerah
Toledo. Selama 15 tahun pelayanan, saya melayani gereja, belajar, mengejar di
kelas seminari dan pribadi, dan tentu saja memimpin upacara penguburan,
pembabtisan, pernikahan, dan upara keagamaan lainnya. Di bulan September 1948,
saya dipromosikan oleh Uskup saya untuk mengepalai bagian Teologi Dogmatik
Spesial, pada Seminari Diosesan Tarazona di Aragon.
Satu tahun kemudian saya
juga dipromosikan untuk menjadi Magister Canon, Pengkhotbah resmi di Katedral.
Sampai saat itu, saya selalu berhasil menekan semua keraguan dan kebingungan
yang saya miliki terhadap banyak doktrin di Gereja Katolik Roma, yang dengan
tekun diajarkan dan wajib dipercayai.
Keberhasilan tersebut
juga disebabkan oleh karena ketaatan yang tanpa syarat, dibawah ancaman
ekskomunikasi, terhadap Paus. Sampai suatu hari saya membaca artikel di majalah
Biblical Culture, sebuah majalah Roma Katolik, tentang nama seorang pendeta
injili Kristen dari Spanyol yang bernama Don Samuel Vila.
Pendeta ini dikritik
oleh karena tulisan yang dia tulis pada bukunya yang berjudul: “To the Fountain
of Christianity”(Menuju Sumber Kekristenan), yang merujuk kepada murid-murid
Yesus. Sampai bertahuntahun saya selalu ingat akan nama pendeta Injili
tersebut. Kemudian saya mencari alamatnya di daftar telepon dan menulis surat
kepadanya yang berisi tentang banyak keraguan dan kebingungan saya mengenai
masalah-masalah rohani.
Pendeta Villa membalas
dengan sepucuk surat yang penuh pengertian, penjelasan, ketulusan, dan kuasa
Roh Kudus, di mana beliau menjelaskan kebenaran fundamental dari Firman Tuhan,
yang tentu saja sangat menakjubkan saya, berlawanan dengan segala hal yang saya
mengerti sebelumnya. Mr. Vila tidak meminta saya untuk menjadi Kristen
Protestan, tetapi dengan penuh hikmat menjelaskan kepada saya, bahwa solusi
dari masalah spiritual saya tidaklah dengan berpindah agama dari agama satu ke
agama lainnya melainkan dengan pertobatan yang sejati kepada Tuhan.
Hal tersebut menjadi
kejutan yang pertama buat saya, dan bukan hanya itu. Mr. Vila menambahkan bahwa
keselamatan saya bergantung pada respos sederhana, oleh iman, kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat pribadi dan bahwa saya harus memandang kehidupan
Kekristenan saya sebagai hubungan rohani dengan Tuhan. Hal ini sangatlah
luarbiasa bagi saya.
Saya terus
berkorespondensi dengan pendeta Vila, dan pendeta Vila mengirimkan banyak
literatur Injili terpilih kepada saya. Saya akan selalu mengingat kesan yang
saya dapat ketika saya membaca buku karangan Mr. Vila: To the Fountain of
Christianity. Di buku tersebut saya menemukan eksposisi yang logis dari solusi
takut-takut dari riset pribadi saya, yang diperhadapkan dengan dogma-dogma
Katolik Roma.
Mengapa sebelumnya saya
tidak melihat hal tersebut dengan jelas dan dalam? Hal tersebut disebabkan oleh
karena saya tidak memilki pengetahuan Alkitab yang lengkap dan sejarah yang
lengkap, seperti yang telah terbukti dimiliki oleh pendeta Vila.
Oleh karena itu, saya
memutuskan untuk melakukan studi yang dalam dan meditasi yang sungguh-sungguh
akan Firman Tuhan, dibarengi dengan banyak doa dimana saya meminta kehadiran
yang penuh dari Roh Kudus untuk menemukan kebenaran yang sejati sebagaimana
ketika Ia menuliskanNya, untuk menyimpannya dalam ingatan dan hati saya, untuk
menghidupi Firman itu dalam kehidupan saya, dan untuk mengkomunikasikan
kebenaran itu dengan mulut saya.
Dalam satu tahun
kemudian saya membaca seluruh Alkitab sebanyak 2 kali dan berulang kali
perjanjian baru. Saya juga mempelajari komentari-komentari terbaik dari Katolik
Roma maupun Protestan.
Saya kemudian menikmati
buah dari tugas yang menyenangkan ini. Para mahasiswa saya sering tercengang
oleh karena kekayaan referensi Alkitab yang saya pakai ketika menjelaskan
masalah teologi.
Tetapi diatas semuanya,
saya melihat dengan jelas, untuk pertama kalinya, kesalahan doktrin di Gereja
Roma Katolik, yaitu dalam hal iman. Mengapa saya tidak mengetahui sebelumnya?
Alasan mudahnya adalah oleh karena saya tidak pernah berusaha untuk mempelajari
Firman Tuhan secara detail dan menyeluruh.
Itulah sebabnya mengapa
mayoritas orang Roma Katolik tetap berada pada doktrin yang salah ini, tanpa
mau membuka matanya terhadap kemurnian kebenaran Injil yang sejati. Walaupun
terang telah memasuki hati saya sejak Januari 1961, bahkan saya juga yakin tentang
kesalahan-kesalahan Roma Katolik, saya secara pribadi tetap belum diselamatkan.
Saya memutuskan untuk
bergabung dengan Gereja Injili. Saya sangat dikuatkan pada tahap pertobatan
saya ini, oleh kunjungan pribadi saya kepada Pendeta Samuel Vila di Tarrasa
(Barcelona) pada bulan Mei tahun itu.
Kegairahan dan
kesungguhan di dalam cara dia berbicara kepada saya, khususnya ketika dia
berdoa kepada Tuhan bersama-sama dengan saya dan iparnya Don Jose M. Martinez,
sangat berkesan dan menggugah hati saya. Saya mengikuti saran Pendeta Vila
untuk menguji Tuhan dalam masa-masa kesulitan saya yang besar, dan hasilnya
sangatlah memuaskan.
Akhirnya, pada tanggal
16 Oktober 1961 yang mulia, dan di tengah-tengah suatu cobaan yang mengurung
saya seperti seekor Bateng sungguhan dari Bashan, saya mengangkat mata dan hati
saya ke Surga dan memutuskan untuk memberikan hati saya kepada Kristus sekali
untuk selamanya, untuk membuka lembaran baru, meninggalkan hidup saya yang
penuh dosa, dan menyerah tanpa syarat kepada Kristus, siap untuk memikul
SalibNya dan mengikuti langkah-langkahNya dengan setia, tidak bersandar pada
kekuatan saya sendiri, tapi yakin pada kekuatan anugerah Tuhan, yang menuai
kemenangannya yang terbesar dalam kelemahan dan ketidak mampuan manusia.
“Tetapi jawab Tuhan
kepadaku: “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasaKu menjadi sempurna”. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas
kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. (II Kor 12:9). Sejak
saat itu saya melihat dengan cukup jelas bahwa saya telah dilahirkan dalam
kehidupan baru.
Setiap hari saya berdoa
supaya Roh Kudus membuat saya terus siap sedia, untuk mentaati kehendakNya
termasuk dalam hal-hal kecil, dan agar saya dapat menjadi alat di bawah
pimpinanNya yang penuh kuasa. Dari Oktober 1961 sampai Juni 1962, teman-teman,
murid-murid, dan orang-orang yang terdekat dengan saya dapat melihat perubahan
yang telah terjadi dalam diri saya.
Khotbah-khotbah saya
memiliki api keyakinan yang tidak pernah ada dalam kotbah-kotbah sebelumnya.
Hati saya dipenuhi dengan semangat, dan sukacita yang dari dalam, kebahagiaan
yang tiada tara, dan kegairahan saya yang terbesar adalah dalam berdoa dan
dalam pembacaan dan belajar Alkitab secara kontinu.
Saya mulai membaca
Alkitab dengan metode, dan saya memberi banyak Alkitab dan Kitab Perjanjian
Baru kepada teman-teman pada hari ulang tahun dan hari libur mereka. Setelah
beberapa saat saya menyadari, bahwa dengan keadaan saya yang baru tidak mungkin
untuk terus berada dalam Gereja Roma Katolik.
Pada tanggal 21 Juni
1962 saya menulis beberapa surat kepada Presiden dari Canonical Council of the
Cathedral di Tarazona, kepada siapa saya telah tergabung selama 13 tahun
sebagai Canon Magister. Dalam surat-surat itu saya melepaskan semua tanda jasa
dan jabatan saya dan mengatakan kepada mereka bahwa saya keluar dari Gereja
Roma Katolik.
Saya mengatakan kepada
Uskup bahwa saya tidak ingin untuk jatuh ke dalam kutuk seperti yang tertulis
dalam Galatia 1:8-9, “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga
yang memberitakan kepad kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah
kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami
katakana dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang
memberitakan kepadamu suatu injil yang berbeda dengan apa yang telah kamu
terima, terkutuklah dia.” Di dalam pandangan keyakinan saya terhadap banyak
kekeliruan di dalam Roma Katolik, saya menambahkan bahwa pada Hari Penghakiman,
Dia tidak akan menyesali keyakinan yang telah ditempatkanNya dalam diri saya.
Pada hari yang sama
tanggal 21 Juni itu saya melewati perbatasan PerancisSpanyol di Port-Bou, dan
pada siang hari tanggal 22 Juni, kapal saya mendarat di pelabuhan Newhaven, di
pantai selatan Inggris, di mana saya telah dinanti dengan tangan terbuka oleh
hamba Tuhan itu dan temannya Mr. Luis de Wirtz.
Saya tidak ingin
melupakan, bahwa pada hari Minggu 17 Juni, untuk pertama kalinya saya mengikuti
suatu pertemuan Penginjilan di sebuah gereja di Barcelona, dan berbicara pada
suatu kebaktian sore di sebuah kapel yang lain di Tarrasa. Lalu saya menikmati
keramahtamahan dan kebaikan pembimbing rohani saya Don Samuel Vila.
Saya tidak akan
mengakhiri tanpa memberikan kesaksian saya yang bersemangat tentang pertobatan
saya kepada Yesus Kristus. Dengan sukacita yang besar saya telah melepaskan
jabatan yang tinggi yang sebelumnya menjadi milik saya di dalam Gereja Roma
Katoilk dan hidup nyaman yang menyertainya.
Saya mengikuti dengan
penuh keyakinan di bawah tuntunan dari Bapa Surgawi saya, kepada tujuan yang
pasti dari keselamatan saya. Sejak meninggalkan Gereja Roma Katolik saya dapat
melihat dengan cukup jelas, bahwa untuk mendapatkan semuanya perlu untuk lebih
dulu menyerahkan semuanya.
Kepada kalian, mantan
teman-teman saya di dalam kepastoran, saya berkata dengan sepenuh hati saya:
”Saya sangat bahagia dengan hidup baru yang telah saya peroleh di dalam Kristus
dan InjilNya, saya ingin agar kalian semua disentuh oleh anugerah yang sama
yang telah disediakan sejak dulu kala.
Saya tidak akan
melupakan kalian di dalam doa-doa saya dan saya percaya saya memiliki tempat di
antara semua orang yang mencari kebenaran dengan tulus dan sungguh hati.
Yakinlah bahwa keselamatan adalah masalah pribadi antara Tuhan dengan
masing-masing kalian.
Keselamatan tidak
terletak pada keanggotaan dalam suatu gereja, atau praktekpraktek kesalehan,
pelayanan, doa rosasio, pesan-pesan Fatima, dsb. Jelas keliru untuk mempercayai
bahwa seseorang dapat diselamatkan dengan cara menghormati “Jumat pertama” atau
“Sabat pertama”.
Hanya penerimaan kita
secara pribadi oleh iman kepada satu-satunya fakta Penebusan oleh Kristus Yesus
dapat menyelamatkan jiwa kita, karena kita “semua adalah orang berdosa dan
membutuhkan kemuliaan Tuhan”. Ini bukan hanya doktrin Protestan, ini adalah
doktrin Paulus dalam Kitab Roma.
Pelajarilah Alkitab dan
engkau akan dituntunnya kepada Kebenaran. Hatihatilah supaya tidak mengikuti
jalan yang salah. Pikirkan hal ini hari ini juga, karena besok mungkin
terlambat.
Disadur dari Christliche Literatur- und Kassettenvermittlung (CLKV), Pfäffikon (ZH), Schweiz ini. Dan diterjemahkan oleh ini
Posting Komentar untuk "Cerita Nyata Kristen Yang Menginspirasi - Romo Lavueva"