Ajaran Tentang Jagalah Lidahmu Oleh William MacDonald
Percakapan atau
pembicaraan kita menunjukkan ukuran sifat dan karakter kita. “Sebab, dari
kelimpahan isi hati, mulut berbicara” (Mat. 12:34). Dengan hanya mendengarkan
pembicaraan seseorang, Anda dapat menilai keadaan rohani dia.
Meski pun lidah itu
kecil, ia mampu menghasilkan kebaikan yang begitu besar sekaligus mampu berbuat
kejahatan yang dahsyat (Yak. 3:5-6). Manusia mampu menjinakkan segala jenis
binatang yang liar, namun tak seorang pun dapat menjinakkan lidahnya.“Lidah
...tidak dapat dikendalikan, penuh dengan racun yang mematikan“ (Yak. 3:7-8).
Tidak seperti hal-hal lain di alam, lidah dapat
menghasilkan hal-hal yang bertentangan, seperti yang manis dan yang pahit,
berkat dan kutuk- (Yak. 3:1-12). Meskipun kita tidak dapat menjinakkan lidah
kita, Tuhan mampu melakukannya melalui kuasa Roh Kudus.
Bagian kita adalah tunduk pada otoritas Roh Kudus dan selalu mengisi
akan hati dan pikiran kita dengan kebenaran-kebenaran firman-Nya – tanpa kebenaran-Nya
kita tidak memiliki landasan untuk berpijak dan mudah kehilangan arah. Roh Kuduslah
yang memeteraikan akan kebenaranNya di dalam kita dan semua yang telah Ia
ajarkan kepada kita.
Berikut ini adalah beberapa
sifat yang seharusnya memberikan ciri pada percakapan dan pembicaraan kita menurut William MacDonald;
Kita
Harus Selalu Berbicara dengan Jujur Menurut Kebenaran
Tuhan Yesus selalu berbicara secara
benar dan jujur. Ia tidak pernah berbohong dan tidak pernah mengaburkan kebenaran.
Tidak pernah Ia membesar-besarkan atau melebih-lebihan sesuatu. “Biarlah kamu
menjadi marah, tetapi janganlah kamu berbuat dosa. Janganlah kamu menyimpan
kemarahanmu hingga matahari terbenam” (Ef. 4:26).
Karena Tuhan tidak dapat
berbohong (Tit. 1:2), Ia tidak menginginkan orang lain berbohong. Larangan itu
mencakup kebohongan-kebohongan yang dianggap “kecil saja”, yang dilakukan untuk
mengakibatkan “sesuatu yang baik”, membesar-besarkan sesuatu atau
mengecil-ngecilkan sesuatu, bujukan yang berlebih-lebihan, puji-pujian yang
sifatnya menjilat, dan janji-janji yang tidak digenapi. Larangan itu berlaku di
mana pun, dalam segala bidang kehidupan kita. Di mana pun. Senantiasa.
Kita
Harus Selalu Berbicara Berfaedah
“Janganlah ada perkataan
busuk yang keluar dari mulutmu...“ (Ef. 4:29a). Kata “busuk” dalam ayat itu
berarti “tidak bernilai”, “busuk sekali”, dan “tak bermanfaat”. Tuhan Yesus memperingatkan kita bahwa,
“setiap kata sia-sia yang dikatakan orang-orang, harus mereka
pertanggungjawabkan pada hari penghakiman.“ (Mat. 12:36).
Oleh karena itu, omong
kosong dan obrolan yang terburu-buru atau bodoh selalu harus diakui sebagai
dosa yang harus ditinggalkan selama-lamanya! Ingatlah, “Orang-orang yang
berjiwa besar merundingkan ide-ide. Orang-orang yang berjiwa biasa merundingkan
peristiwa-peristiwa. Orang-orang yang berjiwa picik merundingkan orang lain.
Dan orang-orang yang berjiwa paling luar biasa merundingkan kebenaran-kebenaran
yang kekal.“
Kita
Harus Selalu Berbicara untuk Membangun Iman
“... melainkan apa yang
baik untuk membangun iman“ (Ef. 4:29b). Dengan kata lain, kita harus selalu
berusaha untuk membangun iman orang lain melalui hal-hal yang kita katakan.
Misalnya, Anda dapat bertanya, “Apa arti ayat ini menurut pikiran Anda?” Kalau
pikiran orang itu kurang jelas, Anda dapat menambahkan, “Apakah Anda berpikir
bahwa arti ayat tersebut mungkin seperti ini... ?“ Anda juga dapat bertanya,
“Nas dan kebenaran apa yang telah Anda baca dan renungkan tadi pagi?” Kemudian,
Anda dapat bercerita tentang suatu kebenaran yang telah Anda renungkan.
Kita
Harus Selalu Berbicara dengan Tepat dan Pantas
“Jangan mengeluarkan perkataan yang busuk dari
mulutmu, tetapi pakailah apa yang baik untuk membangun iman sesuai dengan keperluan” (Ef. 4:29). Tuhan Yesus menjawab pencobaan dari
setan di padang belantara dengan mengutip tiga nas dari Kitab Ulangan secara
tepat.
Karunia yang sangat
besar adalah karunia untuk mengatakan hal yang tepat pada saat yang pantas.
“Perkataan yang diucapkan dengan tepat pada waktunya seperti buah apel emas
dalam pinggan perak.“ (Ams. 25:11). “Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada
waktu yang patut.“ (Ams. 15:23b)
– jangan gegabah.
Kita
Harus Selalu Melakukan Pembicaraan yang Penuh dengan Anugerah
Perkataan kita tidak
hanya harus tepat pada waktunya, tetapi juga harus penuh dengan anugerah.
“Hendaklah perkataanmu senantiasa penuh dengan anugerah...“ (Kol. 4:6). Tuhan Yesus penuh dengan kemurahan,
sehingga orang-orang “heran akan perkataan anugerah yang diucapkan-Nya“ (Luk.
4:22).
Kemurahan hati mencegah
diri kita dari penggunaan perkataan-perkataan yang tajam, yang menyakiti, dan
yang tidak membangun iman.
Kita
Harus Selalu Berbicara Sebagai Orang yang Telah Digarami
“Hendaklah perkataanmu
senantiasa ...diasinkan dengan memakai garam” (Kol. 4:6). Tuhan Yesus yang mengatakan, “berilah
Aku minuman“ adalah tuan yang juga mengatakan, “pergilah, panggillah suamimu”
(Yoh. 4:16).
Ia yang mengatakan, “aku
pun tidak menghukum engkau“ adalah Dia yang menambahkan “pergilah dan jangan
berbuat dosa lagi” (Yoh. 8:11). Kata-kata tersebut benar-benar tajam dan pedas.
Garam juga berguna untuk mengawetkan bahan makanan supaya tidak rusak. Garam
juga menyebabkan kehausan.
Oleh sebab itu,
perkataan-perkataan kita selalu harus “mengawetkan” ketulusan hati, kejujuran,
dan kekudusan. Dan, perkataan-perkataan kita juga harus selalu menyebabkan
suatu rasa haus akan air kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus Kristus.
Kita Harus Selalu Berbicara Secara
Murni
“Tetapi percabulan dan
segala perbuatan yang cemar atau serakah jangan disebut pun jangan di antara
kamu, sebagaimana yang sepatutnya bagi orangorang kudus, demikian juga
perkataan yang keji, yang kosong, atau yang sembrono. Sebaliknya ucapkanlah
syukur” (Ef.5:3-4).
Semakin bebas kita
membicarakan dosa-dosa atau tunasusila, hal-hal tersebut semakin kita anggap
tidak berat. Akan tetapi, kita harus berusaha untuk takut akan akibat dosa! Tak
seorang pun yang tidak menyukai humor yang bersih. Akan tetapi, yang benar
adalah sesungguhnya kelucuan yang berlebihan akan melemahkan dan merusak daya rohani
kita!
“Janganlah kamu
mendukakan Roh Kudus Tuhan” (Ef. 4:30). Roh Kudus di dalam pertemuan-pertemuan
sering didukakan atau bahkan dipadamkan oleh cerita-cerita lucu. Dengan cara
ini, orang-orang merasa senang secara jasmani, walaupun Injil hilang. Kita
tidak dipanggil untuk menjadi penghibur-penghibur yang lucu, sebaliknya kita
dipanggil untuk menjadi penyebar berita Injil yang serius.
Jangan
Mengatakan Sumpah Serapah
“Janganlah sekali-sekali
bersumpah, baik demi langit, …maupun demi bumi ...janganlah bersumpah demi
kepalamu... Akan tetapi biarlah perkataanmu: ya, jika ya, atau tidak, jika
tidak. Apa yang lebih daripada hal itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:34-37).
“Tetapi yang terutama, Saudara-saudaraku, janganlah kamu bersumpah, baik demi
Surga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Sebaliknya, biarlah 'ya'
adalah 'ya', dan 'tidak' adalah 'tidak', supaya kamu jangan kena penghukuman“
(Yak. 5:12).
Percakapan orang Kristen
harus selalu jujur dan tidak perlu dipertegas dengan mengadakan sumpah. Akan
tetapi, bagaimana tentang keharusan bersumpah di pengadilan? Ketika Tuhan Yesus ada di ruang pengadilan,
Imam Besar berkata kepada-Nya, “Aku menuntut sumpahmu demi Tuhan yang hidup,
katakanlah kepada kami, apakah Engkau Kristus [Mesias], Putra Tuhan, atau tidak (Mat. 26:63).
Sebagai seorang Yahudi
yang tunduk kepada hukum, Yesus wajib menjawab pertanyaan tersebut dengan
bersumpah (Im. 5:1). Yesus menaati perintah hukum itu dan melakukannya. Hal ini
telah menjadi suatu teladan yang baik bagi orang Kristen.
Kita
Harus Selalu Berbicara Tanpa Mengeluh
Keluhan-keluhan adalah
suatu penghinaan kepada Tuhan yang memelihara kita dengan baik. Pada waktu
mengeluh, kita mengatakan bahwa Dia tidak mengetahui apa yang baik. Atau, bahwa
Dia tidak peduli kepada kita. Jangan lupakan hal itu waktu Anda digoda untuk
menggerutu atau mengeluh. Lebih baik Anda mengatakan, “Jalan Tuhan itu sempurna
adanya!“ (Maz. 18:31-32).
Kita
Harus Selalu Berbicara dengan Singkat, Langsung, dan Jelas
Di dalam banyak perkataan
pasti ada pelanggarannya, tetapi siapa yang menahan lidahnya, dialah yang
bijaksana.“ (Ams. 10:19). Semakin banyak kita berbicara, semakin besar
kemungkinan untuk berdosa.
Kita dapat menghindari
dosa ini dengan menahan dorongan untuk senantiasa berbicara. “Janganlah
terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan
perkataan di hadapan Tuhan, karena Tuhan ada di Surga dan engkau ada di bumi.
Oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit“ (Pkh. 5:1-2).
Seorang yang suka banyak
berbicara benar-benar membosankan orang lain. Tidak seorang pun yang mendapat
kesempatan untuk berbicara. Lidah harus selalu mengikuti dan menuruti pikiran,
bukan memimpinnya. Ia yang berbicara menanam, tetapi ia yang mendengarkan
memanen.
Kita
Tidak Boleh Menggunjing
“Kita semua bersalah
dalam banyak hal. Barangsiapa yang tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah
orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya“ (Yak. 3:2).
Memang kita begitu mudah dan begitu biasa bergunjing atau bergosip.
Kita begitu sulit
meninggalkan kebiasaan tersebut. Apakah gosip itu? • Gosip adalah kegiatan
membagikan informasi kepada orang yang tidak menjadi bagian dari permasalahan
tersebut dan tidak dapat menolong kita untuk memecahkannya. • Gosip adalah
berbicara dengan cara mengkritik dan merendahkan orang lain yang tidak hadir
dalam suatu percakapan.
• Gosip berarti
seseorang mengatakan hal-hal yang tidak baik, tidak membangun, dan tidak
terlalu penting. • Gosip berarti seseorang lebih suka berbicara secara tidak baik
atau memburuk-burukkan orang lain daripada langsung berhadapan dengan dia. •
Gosip itu adalah salah satu bentuk pembusukan sifat dan karakter seseorang.
Renungan; Mati
dan hidup ada dalam kuasa lidah dan orang yang mencintainya akan memakan
buahnya” (Ams. 18:21). “Janganlah kamu menyebarkan fitnah di antara bangsamu...
Akulah Tuhan!” (Im. 19:16a). “Siapa mengumpat, ia membuka rahasia, tetapi siapa
yang setia, ia melindungi perkara” (Ams. 11:13, lihat juga 20:19).
“Seorang penentang
menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan persahabatan.“
(Ams. 16:28). “Perkataan pemfitnah seperti sedap sedapan, maka turunlah itu ke
dalam hati dengan manis-manisnya.“ (Ams. 18:8). “Bila kayu habis, api pun
padam; bila pengumpat tak ada, pertengkaran berhenti.“ (Ams. 26:20).
Dalam Roma 1:29 Paulus
menyebutkan para penghasut sejajar dengan para pembunuh dan orang-orang yang
tidak bermoral. Kita semua tahu bagaimana fitnah dan gospip itu berkembang
ketika beralih dari satu orang kepada orang yang lain. Tiap orang menambahkan
sentuhan yang negatif hingga kisah yang asli akhirnya sudah menjadi suatu kisah
yang berbeda. Sering para pemimpin perlu membicarakan orang-orang tertentu
kalau memang hal itu diperlukan untuk mengadakan tindakan pendisiplinan atau
bantuan.
Namun, hal tersebut
dimaksudkan untuk menolong orang-orang yang terlibat di dalamnya dan bukan
untuk menjatuhkan mereka. Hal ini tentulah tidak sama dengan fitnah atau gosip.
Para pemimpin dan para pengajar pun wajib memperingatkan anggotaanggota jemaat
Yesus yang sudah menyimpang dan menyebarkan ajaranajaran yang tidak sesuai
dengan “ajaran sehat” dari Firman Tuhan (1Tim 1:19-20; 2Tim 1:15; 4:4; 3Yoh
9-10).
Disadur dari buku Jagalah Perilaku Anda “Perilaku Sebagai Pengikut Yesus dalam Umat Tuhan” oleh William MacDonald. Sumber Link
Posting Komentar untuk "Ajaran Tentang Jagalah Lidahmu Oleh William MacDonald"