Renungan - Saat Teduh Yusuf Digembleng Dan Dilatih Oleh Allah
Di dalam Kitab Suci kita akan
mendapati terdapat beberapa tokoh alkitab yang dipakai oleh Allah dengan
dahsyatnya – tidak hanya menceritakan bagaimana mereka di pakai oleh Allah
tetapi kita juga diijinkan untuk melihat bagaimana Allah membentuk kehidupan
mereka dengan begitu rupa.
Alkitab mencatat dengan jelas
bagaiamana perjalanan kehidupan kerohanian mereka dibentuk, bagaimana mereka
“ditarik” oleh Allah dan dimasukkan ke dalam sekolah-Nya. Sekolah yang sangat
menyiksa keinginan daging, sekolah yang membentuk akan watak dan karakter
ilahi, sekolah yang di dalamnya sang tokoh ditempa, digembleng dan dimurnikan.
Hal ini sangatlah bertentangan dengan
apa yang dikatakan oleh motivator-motivator, oleh para penasehat-penasehat yang
tidak mengetahui akan cara kerja Allah – mereka berkata Tuhan akan memakaimu
dengan cara yang istimewah, cara yang terbaik dari yang terbaik dan bimsalabim
adakadabra jadilah seorang yang dipakai Allah dengan dahsyatnya – oh tidak! Itu
hanya khayalan belaka.
Tentang hal ini nasehat Bruce Larson
sangatlah bijak dan alkitabiah “Terkadang
kita ingin Tuhan memakai kita dengan cara yang istimewah, untuk kemuliaan kita
sendiri tanpa kita menyadari bahwa pemenuhan sejati ada ketika kita membiarkan
Tuhan memakai kita menurut cara apa saja yang Ia inginkan, untuk kemuliaanNya” Biarkan Dia dan
ijinkan Dia membentuk serta memakai kita dengan cara yang tepat dan yang sesuai
dengan kehendakNya.
Bila Allah hendak menggembleng seseorang,
membakar semangatnya dan menjadikannya terlatih, bila Allah hendak membentuk
seseorang untuk melakukan peranan yang mulia; Bila Allah dengan segenap hati,
ingin menjadikan dia gagah berani, sehingga seluruh dunia heran dan kagum
sekali, perhatikan caraNya, perhatikan jalanNya!
Bagaiamana Ia dengan tidak segan-segan
menyempurnakan orang yang dipilihNya. Bagaimana Ia menempa dan melukai dan
membongkarnya habis-habisan dan mengubahNya, bagai penjunan membentuk tanah
liat, menurut maksud yang hanya dapat dimengerti olehNya; sementara hati yang
terluka itu menangis, menjerit, dan tangannya terulur memohon pertolonganNya!
Lihatlah bagaimana Allah menekuk, namun tidak
pernah mematahkan. Bila yang baik pada seseorang hendak dikembangkan, bagaimana
Allah memakai orang pilihanNya dan menyiapkan diri sesuai dengan tujuan ilahi.
Setiap perbuatan Allah memperlengkapi dia agar dapat memancarkan kemuliaanNya. TUHAN
TAHU BENAR APA YANG DIPERBUATNYA. (disadur dari buku bahan PA Navigator).
Kita akan belajar bersama tentang bagaimana
seorang Yusuf mengijinkan dirinya untuk digembleng dan dimasukkan ke dalam
sekolah Allah dan ia dimurnikan di dalam sekolah itu – hingga tiba waktunya
Allah memunculkan dirinya bak sinar mentari pagi yang menerangi dan memberi
warna baru dalam sejarah kerajaan Mesir. Kita akan melihat bagaimana Allah
membentuk dirinya, cara kerja Allah dan pelajaran-pelajaran hidup yang dapat
kita tarik dan kita aplikasikan di dalam kehidupan Kekristenan kita hari ini.
Seorang Yang sangat dikasihi
oleh Ayahnya
Alkitab memberi kesaksian kepada kita mengenai
hal ini dalam Kejadian 37:3 “Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya
yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia
menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia”.
Yakub lebih
mengasihi Yusuf dari anak-anaknya yang lain, kasihnya ia tunjukkan dengan
membuatkan bagi Yusuf sebuah jubah yang maha indah, selain itu Yusuf juga
merupakan seorang yang suka memberi tahu kepada Yakub akan kejahatan-kejahatan
yang dilakukan oleh saudara-saudaranya (Kej 37:2).
Di dalam bagian
yang lain misalkan di dalam (ayat 13), kita bisa melihat bagaimana keistimewaan
yang Yusuf dapatkan dari ayahnya – “Lalu Israel berkata kepada Yusuf: Bukankah
saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau
kusuruh kepada mereka.” Sahut Yusuf: ”Ya bapa.”
Sementara
saudara-saudaranya mengembalakan domba di padang Yusuf malah sedang asyik di
rumah, berdampingan dengan ayahnya – tenang di bawah atap rumah - berbeda
dengan saudara-saudaranya yang lain.
Allah Memberi Tahu Gambaran Akan Masa Depannnya (Yusuf)
Kita “mungkin” sejak
kecil bermimpi akan menjadi seperti ini dan itu, namun ketika dewasa perjalanan
hidup kita kok sepertinya tidak sesuai dengan apa yang ada di mimpi kita waktu
kecil. Kalau itu tidak sesuai, berarti kita bukan Yusuf! Namun, yang perlu kita
ketahui Tuhan punya rencana bagi masing-masing kehidupan kita, so tidak usah
berharap seperti Yusuf – Tuhan tahu yang terbaik buatmu!
Alkitab memberi
tahu kita di dalam Kejadian 37: 6-7 “Karena katanya kepada mereka: Coba
dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang
di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak
berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud
menyembah kepada berkasku itu.”
Dan yang menarik
adalah respon dari saudara-saudaranya “Lalu saudara-saudaranya berkata
kepadanya: Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin
berkuasa atas kami? (Kej 37:8a). Ayat-ayat
selanjutnya menceritakan akan mimpi Yusuf untuk kedua kalinya “Lalu ia memimpikan
pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya:
”Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah
kepadaku.” (Kej 37:9).
Mimpi Yang
membuat saudara-saudaranya semakin membenci dirinya tetapi tidak bagi Yakub ia
malah menyimpan mimpi ini di dalam hatinya – Yakub menyadari akan cara kerja
Allah, ia menyadari bahwa kerap kali Allah memberi tahu akan maksud-maksud dan
apa yang hendak Ia lakukan melalui mimpi karena iapun (Yakub) pernah
mengalaminya (Baca Kejadian 31).
Kisah Yusuf belum
berakhir disini, ini baru dimulai – Di dalam pandangan Allah, Ia tidak
segan-segan menjadikan hambanya seorang yang besar dan diurapi, namun, ada
proses yang harus dilalui – jika proses itu instan dan sesuai dengan mimpi
Yusuf maka ia hanya akan menjadi raja untuk saudara-saudaranya dan orang tuanya
– tetapi tidak bagi Allah, Yusuf harus masuk ke dalam sekolahNya karena Ia
punya rencana yang jauh lebih baik dan mulia bagi Yusuf. Ia harus dilatih,
digembleng dan didewasakan di dalam sekolah itu – melalui hal-hal yang tidak
sesuai dengan keinginan dan harapan banyak orang – kita mungkin akan
bertanya-tanya, mengapa ia harus dijual dan dijual lagi, difitnah dan dipencarakan,
kok ribet amat, itulah cara kerja Allah!
Jika Yusuf masih
tinggal bersama-sama dengan orang tuanya, ia tidak akan pernah menjadi dewasa –
ia anak kesayangan Yakub! Ia harus dibawah keluar dan dilatih di tempat-tempat
dimana ia tidak mengenal siapapun selain Allah.
Dijual oleh Saudara-Saudaranya
Anda pernah
merasakan rasanya dijual oleh saudara sendiri? Jika belum pernah, Puji Tuhan.
Pernah merasakan rasanya dikhianati oleh saudara sendiri? Jika sudah pernah itu
baik, setidaknya kita belajar untuk tidak berharap lebih kepada manusia.
Berharap lebihlah kepada Allah!
Kisah Yusuf kali
ini benar-benar kisah yang mungkin paling tragis, jika anda mampu untuk
membayangkannya. Berikut kisahnya “Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita
lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang
buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya
itu!” (Kej 37:20).
Para frase
kalimat terakhir “Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya
mimpinya itu!” saudara-saudaranya masih mengingat
akan mimpi Yusuf, artinya mereka semacam “mempercayai” akan mimpi itu. Mereka
berpikir bahwa dengan melakukan hal itu maka mimpi Yusuf tidak akan pernah
terjadi, jika dilihat dari sudut pandang Allah maka saudara-saudaranya ingin
menggagalkan rencana Allah atas hidup Yusuf. Yang mereka tidak ketahui bahwa
itulah salah satu cara Allah mendewasakan, mempertajam dan menggembleng
hambaNya – rencana Allah tidak dapat digagalkan oleh siapapun dan dengan cara
apapun.
Mereka berubah
pikiran dari ingin membunuh Yusuf sekarang mereka lebih memilih untuk
menjualnya kepada orang Ismael “(25) Kemudian duduklah mereka untuk makan.
Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang
Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar
ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir. (27) Marilah kita jual
dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia
saudara kita, darah daging kita.” Dan saudara-saudaranya mendengarkan
perkataannya itu. (28) Ketika ada
saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu,
kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak.
Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir (Kej 37:25,27-28).
Babak baru
kehidupan Yusuf di negeri asing akan segera dimulai, ia yang dulunya merupakan
seorang anak yang dikasihi dan disayangi oleh ayahnya kini ia harus sendiri –
pakaian maha indah yang dulu dikenakan olehnya, kini telah diganti dengan
pakaian-pakaian biasa – segalanya telah berubah, ia bukan anak kesayangan Yakub
- ia kini seorang budak.
Kini ia tidak
lebih dari barang dagangan, ia tidak berkuasa atas dirinya sendiri – ia adalah
seorang budak yang tidak berkuasa atas hidupnya - Adapun Yusuf, ia
dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana
Firaun, kepala pengawal raja (Kej 37:36). Situasi dan kondisi kehidupan Yusuf boleh berubah tetapi Allah dan
rencananya atas hidup Yusuf tidak berubah.
Dilatih Oleh Allah Di Rumah Potifar
Yusuf dibeli dan
dijual lagi ke Potifar yang merupakan seorang pegawai di istana Firaun. Kali
ini Yusuf telah jauh dari orang tua yang disayanginya, ia berada di negeri yang
jauh dan hidup serta bekerja dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah
ayahnya. Sekali lagi Allah memakai cara ini untuk melatih hambaNya.
Meskipun Yusuf
tidak berada dekat dengan ayahnya tetapi ia tidak ditinggalkan sedikitpun oleh
Allah ayahya - Tetapi Tuhan menyertai Yusuf (Kej 39:2a). Ini merupakan kunci dari seluruh perjalanan kehidupan
Yusuf – Dia Imanuel. Sekalipun keadaan tidak memungkinkan dan orang-orang
disekeliling berlaku tidak adil, Allah tetap menyertai.
Yusuf menjadi
terang dan berkat di rumah Potifar. Setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya
dikerjakannya dengan sebaik-baiknya dan berhasil. Ia mengerjakan setiap
pekerjaan dengan tekun dan teliti, selain disertai oleh Allah, Yusufpun
melakukan semua tugas yang diberikan dengan kesadaran bahwa “Apa pun juga yang
kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia (Kol 3:23).
Ketekunan dan
kesetiaan di dalam mengerjakan apapun yang dilakukan olehnya membuat Potifar
dapat melihat “bahwa Yusuf disertai Tuhan dan bahwa Tuhan membuat berhasil
segala sesuatu yang dikerjakannya” (Kej 39:3). Sulit untuk
menggambarkan cara kerja Yusuf sehingga Potifar dapat menyadari bahwa “orang
ini memang disertai oleh Allahnya”. Tetapi yang pasti bukan Yusuf yang dengan
kemampuan dirinya dapat melakukan semua itu dan berhasil tetapi karena Allah
menyertai dan memampukan dia untuk dapat mengerjakan setiap tugas yang
diberikan dengan baik.
Karena disertai
oleh Allah sehingga Yusuf dapat mengerjakan semua tugas dengan berhasil dan Potifar
menyaksikan sendiri bahwa Yusuf disertai oleh Allah maka tugas yang lebih besar
lagi diberikan kepadanya - Maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh
melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya
diserahkannya pada kekuasaan Yusuf (Kej 39:4).
Untuk pertama
kalinya Yusuf mendapat tugas yang lebih besar – inipun cara kerja Allah. Allah
ingin melatih Yusuf dari hal-hal yang kecil, Allah ingin melatih Yusuf
mengelola rumah Potifar dan apa yang ia miliki. Latihan Allah dimulai dari
hal-hal yang sederhana dan kerap kali dianggap sepele – namun, serius dan
sangat bernilai!. Allah memasukkan Yusuf ke dalam sekolahnya, sekolah tanpa
kurikulum dan tanpa diketahui apa yang menjadi rencana pelajaran selanjutnya –
kuncinya taat saja!
Dituduh Dan Dilatih Oleh Allah Di Penjara
Godaan akan
datang kapan saja dan dari mana saja. Masa dimana Yusuf sedang menikmati akan
pekerjaan menjadi orang kepercayaan Potifar. Bekerja, melakukan yang terbaik
bagi sang tuan, menjaga integritas dan nama baik – mungkin ini yang ada di
benak Yusuf setiap harinya. Namun, suasana tiba-tiba berubah “(7) Selang beberapa
waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: Marilah tidur
dengan aku.” (8) Tetapi Yusuf menolak
dan berkata kepada isteri tuannya itu: Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi
mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya
pada kekuasaanku, (9) bahkan di rumah ini
ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya
kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin
aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah? (Kej 39:7-9).
Alkitab juga
mencatat bahwa godaan yang dilakukan oleh istri Potifar tidak hanya dilakukan
sehari, dua hari ataupun tiga hari tetapi “Walaupun dari hari
ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu
untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia (Kej 39:10). Yusuf menjaga
akan integritas dirinya, amanah tuannya dan lebih dari itu “Bagaimanakah mungkin
aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?”.
Takut untuk
berbuat dosa terhadap pribadi yang sudah menyertai dia dan kesadaran bahwa
perjalanan hidupnya serta pencapaiannya sejauh ini karena kasih karunia Allah
menolong dia untuk menolak godaan itu. Integritas diri dan takut akan Allah
harganya sangat mahal. Yusuf menyadari bahwa ia tidak boleh berkompromi dengan
dosa – ia menjauhkan diri dari dosa, sekalipun konsekuensinya ia harus difitnah
dan dimasukkan ke dalam penjara. Apakah skenario Allah atas hidup Yusuf
berakhir? Tidak!
Sebelum kita melanjutkan mari kita sedikit berprasangka. Bagaimana jika Yusuf menerima tawaran untuk tidur dengan istri Potifar? Apa yang akan terjadi – akankah kisah hidup Yusuf dilanjutkan? Dugaan saya kisah Yusuf akan berakhir pada pasal ini (Kej 39) dan selanjutnya Kejadian 40-50 tidak akan tercatat.
Skenario Allah
masih terus berlanjut, kali ini Allah memakai penjara sebagai tempat latihan
yang baru bagi hambaNya. Sekalipun Yusuf di dalam penjara, sekali-kali Allah
tidak pernah meninggalkan dia – penyertaan Allah masih sama, tempatnya saja
yang berbeda - Tetapi Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya
kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu (Kej 39:21).
Seperti Allah
memakai rumah potifar untuk melatih dan mengembleng hambaNya kali inipun Allah
memakai penjara untuk melatih hambaNya. Yusuf dilatih oleh Allah untuk
mengelola penjara dan orang. Latihan Allah masih sama, tempatnya saja yang
berbeda, belajar mengelola! Latihan Allah terjadi dimanapun bahkan di penjara
sekalipun. Yusuf hanya taat dan mau diajar oleh Allah – satu keuntungan dari
latihan Allah adalah hambanya tidak dibiarkan sendirian, hambanya tidak
dibiarkan jatuh tergeletak - karena Tuhan menyertai dia dan apa yang
dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil (Kej 39:23b). Allah sedang
mempersiapkan hambaNya.
Tukang Mimpi Yang Menjadi Penafsir Mimpi
Loncatan yang
luar biasa, Yusuf dulunya dijuluki sebagai seorang tukang mimpi sekarang ia
menjadi penafsir mimpi. Menafsirkan akan mimpi dua orang pegawai Firaun –
itulah cara kerja Allah, Ia memakai setiap situasi untuk mempromosikan
hambaNya.
Jika dulunya saudara-saudara
akan berteriak dan saling berbisik “lihat si tukang mimpi itu” kini orang-orang
akan berbisik “lihat orang itu hebat dia dapat menafsirkan mimpi – dia memiliki
kemampuan khusus – mereka tidak mengetahui bahwa Yusuf disertai oleh Allah”.
Allah membesarkan nama Yusuf secara perlahan-lahan. Kita bisa belajar bahwa
Allah tetap berdaulat atas kehidupan Yusuf, rencananya atas hidup Yusuf masih
terus berlanjut. Meskipun ia harus dilupakan oleh sang juru minum raja, itu
artinya Allah ingin melatih Yusuf bahwa tidak perlu mengandalkan orang lain
untuk membawamu keluar dari penjara ini “Aku sendirilah yang akan membawamu
keluar dengan caraKu”.
Yusuf masih
berada di dalam penjara itu dua tahun lagi setelah sang juru minum raja
dikembalikan ke posisinya semula. Hingga suatu ketika Firaun bermimpi dan mimpi
itu mencemaskan akan hatinya, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat
mengartikan mimpi itu baginya. Beginilah mimpinya “(2) Tampaklah dari
sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk badannya;
lalu memakan rumput yang di tepi sungai itu. (3) Kemudian tampaklah juga tujuh ekor lembu yang
lain, yang keluar dari dalam sungai Nil itu, buruk bangunnya dan kurus
badannya, lalu berdiri di samping lembu-lembu yang tadi, di tepi sungai itu. (4) Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan
kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk
itu. Lalu terjagalah Firaun (Kej 41:2-4).
Semua orang
berilmu dan ahli di Mesir tidak ada seorangpun yang dapat mengartikan akan
mimpi Firaun. Lalu teringatlah juru Minum bahwa dulu ketika ia berada di dalam
penjara ada seorang Ibrani yang mengartikan akan mimpi mereka (ia dan juru
roti) dan arti mimpi mereka yang Yusuf sampaikan terjadi kepada mereka.
Lalu raja menyuruh
memanggil Yusuf untuk mengartikan akan arti mimpinya (Kej 41:25-36). Melalui
skenario Allah, Yusuf tidak hanya mengartikan akan mimpi dua pegawai Firaun
tetapi kini mimpi Firaun sendiri. Allah mempromosikan hambaNya, Allah membawa
hambaNya terbang lebih tinggi dari apa yang dapat dibayangkan dan dicapai
dengan kemampuan dirinya sendiri – tapi ingat Yusuf harus menunggu dua tahun
dulu di dalam penjara.
Latihan dan
Proses Allah bagi hambaNya tepat pada waktunya. Allah yang memiliki proyek ini
– Allah ingin memuliakan diriNya di dalam kehidupan Yusuf. Satu hal yang dapat
kita pelajari adalah pelayanan hari ini adalah milik Allah – apapun yang kita
lakukan dan bermotifkan kasih itu adalah milik Allah. Tidak usah kita
mempromosikan/menunjukkan diri bahwa kita bisa, kita mampu dll biarkanlah Dia
yang mempromosikan kita, Dia kepala pekerjaan pelayanan ini – waktu Allah itu
tepat!.
Mimpi Yang Menjadi Kenyataan
Jika kita kilas
balik dan mengingat akan ucapan-ucapan dari saudara-saudara Yusuf kepadanya “Apakah engkau ingin
menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami? (Kej 37:8b). Yusuf telah
sampai di titik dimana ia tidak hanya menjadi raja bagi saudara-saudaranya,
ayahnya, tetapi kini menjadi penguasa atas seluruh Mesir – inilah keagungan
Allah.
Allah membawa
Yusuf keluar dari negerinya, Allah melatih Dia, menggembleng dia, memproses dia,
mempersiapkan dia – waktunya tidak singkat, Allah perlu 13 tahun untuk melatih
dan mematangkan seorang Yusuf.
Allah memakai
rumah Potifar dan penjara untuk melatih Yusuf dan Yusuf sendiripun belajar
banyak hal disana. Allah perlu mengasah kemampuan Yusuf agar dia semakin hari
semakin kompeten sebelum dia memimpin dan mengelola kehidupan seluruh bangsa.
Yusuf harus masuk ke dalam masa-masa krisis terlebih dahulu sebelum dia
menolong kehidupan seluruh bangsa melewati masa-masa krisis karena kekurangan
makanan.
Berdamai Dengan Saudara-Saudaranya
Rasanya di titik
ini mimpi masa kecilnya telah tercapai, bahkan melampaui mimpi masa kecilnya.
Perjalanan rohani Yusuf bersama dengan Allah dan bagaimana Yusuf menyaksikan
sendiri akan pemeliharaan dan penyertaan Allah baginya – menolong dia untuk
memaafkan akan saudara-saudaranya.
Hal ini hanya
bisa terjadi karena Yusuf telah berdamai dengan dirinya sendiri dan keadaan
yang dia alami. Perjalanan yang Panjang bersama dengan Allah mematangkan akan
kehidupannya, tidak hanya kehidupannya tetapi pola pikirnya juga. Hingga ia
meringkaskan akan kalimat yang agung dan sekaligus sebagai tanda kedewasaan dan
kedalaman batin di dalam Allah dengan berkata “Memang kamu
telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi
sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar (Kej 50:20).
Yusuf
memandang apa yang dilakukan oleh saudara-saudaranya di masa lalu sebagai
bentuk proses Allah – bagian dari rencana Allah atas dirinya. Allah membawa
Yusuf jauh dari rumah ayahnya agar dia melukis atau membuat sejarah hidupnya sendiri
bersama dengan Allah – agar Yusuf juga mengalami sendiri Allah di dalam
hidupnya dan bukannya membesar – besarkan kisah bagaimana Allah memelihara, Allah
menyertai leluhur dan ayahnya tetapi Allah ingin Yusuf punya cerita sendiri
bersama dengan Dia.
Secara
Ringkas kehidupan Yusuf; Dikasihi Oleh Ayahnya – dijual oleh saudara-saudaranya
– dijual oleh Orang Ismael – dibeli dan dikasihi oleh Potifar – dikhianati oleh
Istri Potifar – dipenjarakan Potifar – dikasihi kepala penjara – dilupakan oleh
juru Minum – menafsirkan mimpi firaun – diangkat menjadi penguasa – berdamai dengan
saudara-saudara – bertemu ayahnya. Beberapa bagian saya tidak masukkan, karena
bagi saya hanya sebagai bonus bagi Yusuf dari Allah – Allah menghibur hatinya.
Dalam kisah
Yusuf ini kita tidak akan mendapati bagaimana Yusuf sedang membina hubungan pribadinya
dengan Allah baik itu melalui solitude, doa dll, seperti yang terjadi pada
tokoh-tokoh alkitab lainnya sebut saja Daud, Daniel, Musa dll. Pada kisah
Yusuf, Allah ingin menunjukkan bagaimana Ia menggembleng, memurnikan seorang
anak manusia untuk dipakai menjadi alatNya dan menjadi terang di tengah-tengah
bangsa yang tidak mengenal Dia. Allah ingin menunjukkan keseriusan diriNya di
dalam memurnikan hambaNya!
Posting Komentar untuk "Renungan - Saat Teduh Yusuf Digembleng Dan Dilatih Oleh Allah"