Renungan - Saat Teduh Filipi 4:6 Kekuatiran Dapat Melemahkan Bahkan Membunuh Semangat Doa, Permintaan Dan Ucapan Syukur Kita Kepada-Nya
Ketika menulis akan surat kepada
orang-orang percaya di Filipi Paulus bukanlah seorang yang sedang menikmati
kebebasan (dalam pengertian fisik) – ketika itu ia sedang berada di dalam
penjara di kota Roma. Meskipun ia sedang berada di dalam penjara, namun
sukacita dan damai sejahtera yang dari Allah tidak ikut terpenjara.
Paulus menikmati akan kehidupan dan
kedamaian batin yang begitu dalam – terlihat dari tulisan-tulisannya kepada
orang-orang di Filipi, misalkan - Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua,
aku selalu berdoa dengan sukacita (Fil 1:3-4).
Karena bagiku hidup adalah Kristus
dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu
berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak
tahu (Fil 1:21-22). Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi,
karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.
Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus, Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Fil
3:7-8,10,14).
Kedamaian batin Paulus tetaplah sama
baik itu ketika ia menjadi seorang yang bebas ataupun ketika berada di dalam
penjara – masih tetap sama bahkan berlimpah-limpah. Seorang yang menyerahkan
hidupnya kepada keTuhanan Kristus – terfokus pada kemajuan injil tidak perduli
dengan situasi dan kondisi yang sedang ia alami.
Bayangkan seorang saudara anda yang tidak bersalah, tetapi didakwa bersalah lalu dipenjarakan – di penjara ia mengirimkan surat kepada anda, anda tentu sudah bisa menebak isinya, mengajak naik banding, mencari pengacara yang terkenal dll. Sedikit saja orang yang akan menuliskan kalimat-kalimat “tetaplah berdoa, jangan kuatir, tetaplah bersukacita, kita harus mengampuni, tetaplah memandang kepada Allah dll.
Paulus tidak terfokus pada apa yang sedang ia alami,
tetapi terfokus pada bagaimana jemaat terus dibangun – bagaimana jemaat tetap
memelihara persekutuan mereka di dalam kasih Kristus. Kita bisa menyimpulkan
bahwa Paulus hidup untuk Kristus dan jemaatNya – Paulus hidup bagi orang lain,
istilah yang digunakan oleh The Navigator “berbagi hidup dengan orang lain”.
Penjara hanya membatasi dirinya
secara fisik, tetapi tidak dengan sukacita yang ia peroleh di dalam Allah –
sukacita itu diekspresikan kepada orang-orang di Filipi termasuk anda dan saya
pembaca hari ini. Paulus menjadi teladan yang hidup bahwa kesulitan, tantangan
bahkan penjara sekalipun tidak dapat membelenggu diri kita di dalam Allah –
semua hal itu tunduk di bawah kasih karunia Allah. Di dalam Penjara Paulus
masih menuliskan kalimat-kalimat yang hidup dan berkuasa – berhentilah
kuatir ditulis di dalam penjara - kita akan merenungkannya bersama,
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohoman dengan ucapan syukur.(TL)Jangan kamu kuatir akan barang sesuatu hal, melainkan di dalam tiap-tiap sesuatu biarlah segala kehendakmu dinyatakan kepada Allah dengan doa dan permintaan serta dengan mengucap syukur (Fil 4:6).
Pada dasarnya kita sering kuatir bahkan kerap kali
kita berlangganan dengannya, hehehe. Kita kuatir akan pendidikan, kesehatan,
keuangan, karir, masa depan, orang tua, istri, suami, anak dan masih banyak hal
lainnya – pernahkah kita kuatir tidak bertemu Tuhan barang sehari saja atau
kita malah merasa baik-baik saja dan tidak memedulikannya.
Kehidupan kekristenan membuat perbedaan yang besar dan
dampak yang besar dengan dunia – seorang Kristen tidak akan dapat merasakan
sukacita dan damai sejahtera yang dari Allah ketika ia sedang kuatir. Sukacita
di dalam Allah dan damai sejahtera di dalam Allah tidak dapat tumbuh
berdampingan dengan kekuatiran kita.
Sukacita dan damai sejahtera adalah pemberian Allah di
dalam batin kita yang tidak bisa tinggal disana ketika kita sedang kuatir. Ini
adalah suatu perintah yang penting, bahkan Yesuspun ketika berkhotbah di bukit menyinggung
akan hal ini - Siapakah
di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada
jalan hidupnya? (Mat 6:27).
Kekuatiran mendapat perhatian yang
sangat serius dari Kristus – tidak bisa disepelekan dengan hal-hal lainnya.
Kekuatiran dapat melumpuhkan, merampas bahkan membunuh akan sukacita, damai
sejahtera dan rasa syukur kepada Allah.
Kita tidak dapat melarikan diri dari
kekuatiran – ia akan datang kapan saja, namun kita dapat menghentikannya. Di
dalam bahasa aslinya memakai frase “berhentilah kuatir” bukan “janganlah
kuatir. Kekuatiran kerap kali menyelinap masuk ke dalam kehidupan setiap orang
percaya dan kita perlu menghentikannya dengan cara “nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan Syukur”.
Tidak ada batas tertentu bagi kita
untuk mengungkapkan semua keinginan kita kepada Allah – kita bebas untuk
menyatakan akan segala hal itu termasuk di dalamnya kekuatiran kita. Berikut
beberapa point penting dan praktis yang dapat kita pelajari guna menolong kita
menghentikan akan kekuatiran kita – dan menjadi seorang Kristen yang terus melaju
di dalam kasih Karunia Allah.
“Nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa”
Artinya kita perlu membangun komunikasi
yang baik dan indah di dalam Allah. Doa adalah bentuk komunikasi yang paling
ampuh dari seorang Kristen – dengan berdoa Ia sedang membangun hubungan
komunikasinya dengan pemilik alam dan kehidupan ini.
Doa adalah senjata terbaik yang kita
miliki – Allah mengijinkan dirinya untuk berkomunikasi dengan umatNya melalui
doa. Melalui doa seorang berdosa bertemu dengan Allah dan mengungkapkan akan
keinginannya kepada pribadi yang Kudus dan Mulia. Doa adalah mediasi manusia
menyelaraskan keinginannya dengan keinginan Allah sebagaimana Kristus menjadi
mediasi hubungan kita dengan BapaNya. Kerap kali Allah memurnikan motifasi dan
apa yang kita perlukan di dalam doa – kita berdoa dan kitalah yang diubahkan.
Frase “Nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa”. Apa yang harus kita
nyatakan kepada Allah – segala hal. Tidak ada batasan – Allah memberi kebebasan
kepada kita untuk mengungkapkannya, tapi ingat jawaban ada di tanganNya.
Sebenarnya yang membuat kita kuatir
adalah ketika kita tidak berani untuk mengungkap keinginan dan permintaan kita,
tetapi kita memilih untuk memendamnya – kunci untuk tidak kuatir “beritahukan
apa saja yang ada di benak anda kepada Allah melalui doa”. Seorang teman
saya mendefenisikan doa sebagai curhatan dia kepada Allah dan ketika selesai
curhat dia akan puas dan lega – bentuk menghentikan kekuatiran.
Dan permohoman
dengan ucapan syukur
Kita menyatakan akan permohonan atau
maksud kita kepada Allah – membawa permasalahan dan kebutuhan kita yang
mendesak kepadaNya. Yesus juga memerintah kita untuk memohon kepadaNya dengan
hati yang tulus dan sungguh-sungguh. Di dalam kitab Ibrani kita mendapati bahwa
“Tetapi pada waktu Kristus berada di dunia ini, Ia berdoa dengan air mata
dan kesedihan jiwa-Nya, menyampaikan permohonan kepada Allah, yang dapat
meluputkan Dia dari kematian. Allah mendengar doa-doa-Nya, sebab
keinginan-Nya yang kuat untuk menaati Allah setiap saat (Ib 5:7 Versi FAHY).
Kristus juga memohon dan menyatakan
akan maksud hatiNya kepada BapaNya “menyampaikan permohonan kepada Allah,
yang dapat meluputkan Dia dari kematian” - apakah permohonan itu
dijawab oleh BapaNya? Tidak. Justru di dengan permohonan yang tidak dijawab
itulah anda dan saya mendapat kehidupan. Kerap kali doa dan permohonan yang
tidak dijawab itu baik – contohnya Kristus!
Dengan mengungkapkan akan keinginan
diriNya kepada Allah – Kristus mendapat kekuatan untuk menggenapkan akan
kehendak BapaNya. Begitupun dengan setiap permohonan kita dengan
menceritakanNya kepada Allah – kita beroleh kekuatan untuk menerima setiap
jawaban-jawaban dariNya, di dalamnya ketika Ia menjawab tidak – kita akan tetap
bersyukur.
Hal yang utama yang harus menjadi
konsen kita ketika berdoa dan memohon kepada Allah adalah “ucapan syukur”. Ini
merupakan syarat mutlak di dalam kehidupan doa dan permohonan Kristen –
dilandasi oleh ungkapan syukur yang dalam kepada Allah atas setiap
pemeliharaan, kasihNya dan terlebih karyaNya di salib demi pengampunan dosa
kita.
Ketika kita menerima apa yang kita
minta di dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur – maka kita bersyukur
bukan karena pemenuhan yang Kristus berikan, tetapi kita bersyukur atas karya
penebusanNya di salib. Kita mengarahkan apa yang telah kita terima dari Dia
untuk kemuliaan namaNya saja.
Kita belajar untuk mengasihi
pribadiNya lebih dari mengasihi berkat-berkat pemenuhan yang Ia berikan.
Tuhan memiliki “suaka ilahi”. Itu sebabnya Dia menyarankan, ketika gangguan, ancaman, godaan datang menyerang – betapapun beratnya secepatnya larilah kepada perlindungan-Nya, dengan cara berdoa. Ketenangan pikiran bisa diperoleh ketika, seseorang melatih diri untuk terbiasa membawa segala pergumulan-Nya dalam doa yang disertai ucapan syukur yang melimpah. Sikap yang penuh syukur memberikan kontribusi penuh untuk kedamaian dalam batin. John Calvin – disadur dari teologiareformed.blogspot.com)
Posting Komentar untuk "Renungan - Saat Teduh Filipi 4:6 Kekuatiran Dapat Melemahkan Bahkan Membunuh Semangat Doa, Permintaan Dan Ucapan Syukur Kita Kepada-Nya"