Renungan - Saat Teduh Filipi 4:4 Kristus Adalah Sumber Dan Tujuan Sukacita Kekristenan Kita
Sukacita adalah kepuasan dan kepuasan
yang mendalam dalam pribadi Yesus Kristus yang tersalib itu dan semua yang
telah Dia lakukan bagi kita. Kesenangan, kebahagiaan, kepemilikan, reputasi dan
keadaan semuanya akan berubah, tetapi Yesus dan sukacita-Nya tidak akan pernah
berubah. Rick Cowan
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!(FAYH) Bersukacitalah selalu di dalam Tuhan. Sekali lagi saya katakan: Bersukacitalah! (Fil 4:4).
Bagi dunia
sukacita merupakan sesuatu yang asing – kerap kali disamakan dengan
kebahagiaan, kesenangan dll – sukacita Kristen itu berbeda. Kekristenan
mendefenisikan sukacita sebagai anugerah dari Allah. Motor penggerak sukacita
Kristen adalah pribadi Kristus yang sudah mati demi pengampunan dosa kita –
diluar Kristus tidak ada sukacita! Kristus adalah sumber dan tujuan sukacita
Kekristenan kita.
Apa yang
diungkapkan oleh Paulus dalam suratnya kepada orang-orang di Filipi memiliki
makna yang sangat dalam dan perintah yang sudah ia hidupi di dalam seluruh
kehidupan pelayanannya semenjak ia ditangkap oleh Kristus. Paulus telah
mengalami dan menghidupi akan kehidupan yang bersukacita di dalam Allah –
kehidupan sukacita yang melampaui akan apapun, termasuk situasi dan kondisi.
Paulus tidak
hanya mengajak mereka untuk mengembangkan kehidupan yang bersukacita di dalam
Allah – ia telah melewati dan tetap hidup di dalam sukacita yang dianugerahkan
oleh Roh di dalam batinnya. Di dalam seluruh bingkai pelayanan Paulus kita akan
melihat satu kisah dari banyaknya kisah lainnya yang akan menolong kita
mengetahui bahwa kehidupan sukacita Paulus adalah sukacita yang kudus dan
berasal dari Allah. Berikut kisahnya,
(22) Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar
kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka.(23)Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke
dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan
sungguh-sungguh.(24) Sesuai dengan
perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling
tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.(25) Tetapi kira-kira
tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah
dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
Bayangkan jika saat ini anda sedang berada di dalam penjara dan dibelenggu. Apa yang akan anda lakukan dan apa yang akan terjadi? Akankah anda akan memuji-muji Tuhan atau malah berteriak histeris…
Posisi Paulus dan
Silas sedang berada di dalam penjara dengan kaki yang dibelenggu, apakah mereka
sedih? Apakah mereka menyalahkan Allah karena apa yang sedang mereka alami?
Tidak. Mereka tetap bersukacita – mereka memuji-muji Tuhan. Sukacita mereka
tidak dipengaruhi oleh situasi yang mereka alami. Sukacita Paulus dan Silas di
dalam penjara merupakan sukacita yang dihasilkan oleh Roh di dalam batin mereka
- Sukacita mereka di dalam Allah tidak dapat dibelenggu oleh jerusi besi.
Ini adalah sesuatu yang paradoks yang sukar dipikirkan, khususnya dimana orang percaya harus bersukacita sementara mengalami kesusahan dan kesulitan. Dalam diri manusia tidak ada kesanggupan untuk bersukacita sementara mengalami penderitaan, namun ada sumber yang memberikan kesanggupan dan itu hanya ada di dalam Kristus Yesus. Adina Chapman
Kita tidak dapat
merasakan apa yang Paulus dan Silas alami saat itu, jika kita tidak punya
pengenalan akan Kristus. Sukacita seorang Kristen merupakan sukacita yang
dibangun di dalam dan diatas Kristus dan karyaNya. Inilah yang membuat
perbedaan besar antara kehidupan Kristen dan kehidupan dunia.
Dunia meletakkan
kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan pada situasi, kondisi dan kepemilikan –
kehidupan Kristen mendasarkan sukacitanya di dalam pengenalan akan Kristus yang
terus dibangun dan dirawat setiap harinya. Sukacita Kristen dipelihara oleh Roh
dan akan tetap ada walaupun keadaan lahiriah sedang baik ataupun tidak –
sukacita Kristen akan tetap mengalir dari dalam jiwa. Sukacita Kristen adalah suatu
keyakinan yang beroperasi tanpa memandang suasana hati. Sukacita adalah
kepastian bahwa segalanya baik, apapun perasaan kita dan situasi kita (pendapat
dari Ken L. Williams dan Gaylyn William Whalin).
Jika Allah
adalah sukacita Kekristenan kita, maka Kristus adalah gambar sempurna sukacita
yang kita lihat di dalam kemanusiaanNya – alkitab menggambarkan atau melukiskan
penderitaan Kristus di kayu salib dengan atmosfir sukacita begitu agung dengan
berkata “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada
Yesus, yang memimpin kita dalam iman,
dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan
kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah
(Ib 12:2).
Sukacita
memilih untuk tidak menjauhkan atau melarikan diri dari penderitaan, tetapi
dengan tekun menghadapinya – keunikan iman Kristen. Aleksander Maclaren
menuliskan akan ungkapan yang mulia tentang pribadi Kristus dengan pernyataan “sukacita terbesar orang Kristen selalu datang
melalui penderitaan. Tidak ada bunga yang dapat mekar di taman Firdaus bila
tidak dicangkok dari taman Getsemani. Tak ada orang yang dapat merasakan buah
dari pohon kehidupan bila dia belum dapat merasakan buah dari pohon Kalvari.
Mahkoda ada sesudah kayu salib.
Sukacita di
dalam Allah melampaui akan Kondisi. Situasi dan Diksi – di dalam penderitaanpun
ada sukacita yang semakin meluap-luap disana. Kita tidak dapat menghasilkan
sukacita dengan kekuatan diri kita – sehebat dan dengan kemampuan usaha apapun.
Kita perlu memupuk sukacita kita di dalam kasih karunia Allah melalui firman
yang sudah diwahyukanNya dan di dalam doa.
Berikut
beberapa hal yang menolong kita untuk tetap mengembangkan kehidupan sukacita
kita di dalam kasih karunia Allah;
Sukacita
Akan Berlipat Ganda Jika Ditambah Dengan Raya Syukur
Sudahkah
kita bersyukur atas nafas hidup dan semua organ tubuh yang masih berfungsi
dengan baik di hari ini? – kehidupan bersyukur dilatih dari hal-hal yang
sederhana. Ketika seorang Kristen memilih untuk bersyukur atas apapun yang ia
alami, terlebih karya keselamatan yang telah ia terima dari Kristus, maka hal
itu akan mendorongnya dengan spontan bersukacita dan bersyukur atas
kejadian-kejadian dahsyat yang telah dikerjakan oleh Kristus bagi dirinya dan
untuk kemuliaan Bapa-Nya.
Sukacita
Adalah Kasih Karunia Allah
Jika
sukacita adalah kasih karunia Allah, maka lawan darinya adalah legalisme atau
usaha kita membuat strategi-strategi untuk tetap bersukacita. Sekali lagi
sukacita adalah pemberian Allah yang dalam pengertian kita tidak dapat
bersukacita dengan usaha pribadi kita.
Kita harus
tetap merendah di dalam kasih karunia Allah dan tidak meninggikan akan tekad,
strategi atau teknik yang kita miliki untuk mengembangkan kehidupan yang
bersukacita. Strategi dan Teknik yang kita miliki harus dimaknai sebagai sarana
anugerah Allah. Sarana anugerah selalu ditempatkan dibawah kasih karunia Allah.
Kita boleh menggunakan semua sarana yang ada dan kita miliki, tetapi tidak
beriman padanya - beriman pada Allah.
Sukacita
Kita Adalah Karunia Allah Dan Untuk Kemuliaan Namanya
Inti dari
kehidupan sukacita Kristen adalah memuliakan Allah – Allah menganugerahkan
sukacita kepada kita dengan tujuan untuk diriNya dimuliakan di dalam kita –
bukan untuk kemuliaan diri kita.
Menyadari
bahwa kita tidak layak untuk menerima sukacita yang kudus dan mulia menolong
kita untuk tetap merendah di hadapanNya. Kesadaran ini memampukan kita untuk
hidup dengan cara yang menunjukkan Allah sebagai pribadi yang paling
mengangumkan dan spektakuler dalam kehidupan Kekristenan kita - Jika ada orang yang
berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;
jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang
dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena
Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya! Amin (1 Pet 4:11).
Ada sukacita yang tidak diberikan kepada yang tidak beriman, tetapi kepada siapapun yang mengasihi Tuhan untuk kemuliaan Tuhan saja, yang sukacitanya berasal dari Tuhan sendiri. Inilah yang hidup yang berbahagia - Bersukacita di dalam Tuhan sendiri. Inilah hidup yang berbahagia – bersukacita di dala Tuhan, dari Tuhan, bagi Tuhan, hanya ini dan tidak ada yang lain. Augustinus, Disadur dari buku John M. Drescher, Melakukan Buah Roh).
Posting Komentar untuk "Renungan - Saat Teduh Filipi 4:4 Kristus Adalah Sumber Dan Tujuan Sukacita Kekristenan Kita"