Renungan - Saat Teduh 2 Samuel 5:17-25 Di Dalam Kasih Karunia Allah Daud Memiliki Hidup Dan Cerita Yang Bermakna Bersama Dia
Anda mungkin sudah sering mendengar akan kisah Daud anak Isai itu. Di
lingkungan Kristen cerita tentang Daud sangatlah familiar – persahabatan Daud
dan Yonatan, Daud mengalahkan Goliat hingga Daud dan Betsyeba dan kisah-kisah
lainnya.
Daud dipilih oleh Allah untuk menggantikan Saul – alkitab menceritakan bahwa
Saul adalah “seorang
muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang
lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap
orang sebangsanya (1 Sam 9:2). Saul adalah seorang
yang sangat istimewa secara fisik di tengah-tengah kaumnya.
Kelebihan itu dianugerahkan oleh
Allah kepadanya dan itu istimewa. Terpilihlah Saul menjadi Raja – cerita selanjutnya
hingga ia ditolak menjadi raja bisa di baca di dalam (1 Sam 13,15). Tentang Daud
alkitab menceritakan kepada kita bahwa, ia adalah seorang yang biasanya
membantu ayahnya untuk menggembalakan kambing domba – berbeda dengan kakak-kakaknya
yang adalah seorang prajurit.
Ketika
Saul ditolak menjadi Raja Israel Allah memerintah Samuel untuk pergi dan mengurapi
seorang dari anak Isai. Hal yang menarik dari pemilihan siapakah yang akan dipilih
oleh Allah untuk memerintah bangsaNya adalah Allah tidak melihat bentuk tubuh,
fisik tetapi Ia melihat hati - Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat
Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang
diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ”Janganlah pandang
parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang
dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata,
tetapi Tuhan melihat hati” (1 Sam 16:6-7).
Allah memilih
Daud untuk memimpin umat pilihanNya bukan berdasarkan apa yang Daud miliki –
perawakan yang bagus dan tubuh yang tinggi, tetapi hatinya. Allah juga sedang
mengajar Samuel agar ia tidak terperdaya dengan apa yang kelihatan. Allah
memilih orang-orang biasa agar mereka bergantung penuh padaNya – Allah memilih
orang-orang yang syarat dengan kekurangan dan kelemahan agar mereka tidak
meninggikan diri, tetapi semakin dalam terhisap di dalam Dia.
Tidak ada sesuatu
yang harus Daud banggakan dengan terpilihnya dia menjadi Raja dan tidak ada hal
yang harus dia sombongkan – Daud tidak ada kesempatan untuk membusungkan dada selain
- SEMUA KARENA KASIH KARUNIA ALLAH. Secara kasat mata manusia dia tidak
layak - anggapan Samuel orang yang gagah itulah yang dipilih oleh Allah “Ketika mereka itu
masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang
berdiri yang diurapi-Nya. Kata Tuhan
kepada Samuel “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab
Aku telah menolaknya”. Daud menjadi layak karena kasih
karunia Allah dan ia dilayakkan untuk menjadi raja. Daud tidak terlahir untuk
menjadi raja Israel, dia menjadi raja karena kasih karunia Allah.
Bukankah keselamatan
dan kesempatan melayani yang kita dapatkan hari ini adalah kasih karunia Allah
semata? Semua itu hanya kasih karuniaNya – jangan memegahkan diri atau berkata
karena aku layak dan punya kemampuan. Tanpa Allah Daud tetaplah Daud dan anda
tetaplah anda – tidak ada cerita. Di dalam Allah dan kasih karuniaNya Daud memiliki
hidup dan cerita yang bermakna bersama Allah, begitupun dengan anda dan saya. Kisah
D.L Moody memperlengkapi pengertian kita, berikut kisahnya.
Ia tidak pernah mendapat pendidikan
sekolah. Surat-suratnya yang banyak diantaranya masih tersimpan penuh dengan
kesalahan tata bahasa. Bentuk tubuhnya tidak terlalu mengesankan. Suarannya
bernada tinggi dan sangau. Tetapi rintangan-rintangan ini tidak menghalang-halangi
Allah memakainya untuk menggoncangkan dua benua.
Seorang wartawan diutus oleh surat
kabarnya untuk menulis tentang kampanye pekabaran injil yang diselenggarakan
oleh Moody di Inggris dan untuk mencari tahu apa gerangan rahasianya sehingga
ia memiliki kuasa untuk membawa begitu banyak orang kepada Kristus, baik dari
golongan bangsawan maupun golongan rakyat jelata.
Setelah mengadakan pengamatan yang
saksama, ia melaporkan; “saya tidak dapat melihat sesuatu apapun dalam diri
Moody yang dapat menjelaskan pekerjaannya yang mengangumkan itu”. Pada waktu
Moody membaca laporan itu, ia tertawa kecil dan berkata “justru itulah rahasia
kebangunan rohani yang telah terjadi. Kuasa Allah telah bekerja di dalamnya. Pekerjaan
itu pekerjaan Allah, bukan pekerjaan saya.
Cara Allah memakai hamba-hambanya
sulit terpahami oleh manusia, Ia memakai mereka dengan caraNya yang unik di
dalam kekurangan mereka, sehingga mereka semakin terhisap untuk berserah diri
kepadaNya dan mengijinkan Dia dengan leluasa memakai mereka dengan cara yang
tidak terpikirkan atau dibayangkan oleh mereka. Ini merupakan rahasia Allah!
Adalah bahwa Allah selalu membangun kerajaanNya justru di atas kehinaan dan kelemahan manusia dan Ia tidak saja dapat menggunakan kita sekalipun kita orang biasa dan tidak berdaya dengan kelemahan yang menjadikan kita tak berguna, melainkan justru karena kelemahan-kelemahan itu… tidak ada sesuatu apapun yang dapat mengalahkan suatu jemaat atau jiwa yang diambil, bukan kekuatannya melainkan kelemahannya dan mempersembahkan kelemahan itu kepada Allah sebagai senjataNya”. J.S Stewart
Di dalam kelemahan kita disadarkan
bahwa kita perlu Allah – kita perlu tangan Yang Kuat itu menopang kita. Kesadaran
bahwa semua adalah kasih karunia Allah membawa Daud pada satu sikap pengandalan
dan hubungan yang semakin dalam bersama Allah. Bacaan berikut memberitahu kita
akan pengandalan Daud akan Allah…
(17)Ketika didengar orang Filistin, bahwa Daud telah diurapi menjadi raja atas Israel, maka majulah semua orang Filistin untuk menangkap Daud. Tetapi Daud mendengar hal itu, lalu ia pergi ke kubu pertahanan.(19) bertanyalah Daud kepada Tuhan: “Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?” Tuhan menjawab Daud: ”Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.”(20) Lalu datanglah Daud di Baal-Perasim dan memukul mereka kalah di sana. Berkatalah ia: ”Tuhan telah menerobos musuhku di depanku seperti air menerobos.” Sebab itu orang menamakan tempat itu Baal-Perasim.(22) Ketika orang Filistin maju sekali lagi dan memencar di lembah Refaim,(23) maka bertanyalah Daud kepada Tuhan, dan Ia menjawab: ”Janganlah maju, tetapi buatlah gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka, sehingga engkau dapat menyerang mereka dari jurusan pohon-pohon kertau.(24) Dan bila engkau mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah engkau bertindak cepat, sebab pada waktu itu Tuhan telah keluar berperang di depanmu untuk memukul kalah tentara orang Filistin.(25) Dan Daud berbuat demikian, seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya, maka ia memukul kalah orang Filistin, mulai dari Geba sampai dekat Gezer.(2 Sam 5:17,19-20,22-25).
Daud baru saja
diurapi menjadi Raja Israel – tantangan kini berada di hadapanNya. Ia tidak
bisa mengelak dari orang-orang Filistin yang ingin menangkapnya, memang ia
tidak bisa mengelak, tetapi Ia tidak sendirian – ada Allah yang akan menolongnya.
Daud mengetahui kepada siapakah Ia harus meminta tolong – Daud menyadari bahwa
ia harus mengandalkan Allah diatas segala-galanya – termasuk pasukan dan
orang-orang yang ia miliki.
Mungkin masih segar
diingatakan Daud tentang bagaimana jalannya ia bisa terpilih menjadi raja
Israel – secara fisik dan kasat mata ia tidak masuk hitungan manusia, tetapi di
dalam sudut pandang Allah – ia orang pilihanNya. Inilah yang membuat Daud menyadari
bahwa mengandalkan Allah – bertanya pada Allah merupakan jalan terbaik yang
bisa ia lakukan. Daud meletakkan hatinya dan kepemimpinannya kepada Allah!
Daud Seorang Yang Membangun Komunikasi Dengan Allah
Ayat 19
memberitahu kita akan hal ini – “Bertanyalah Daud kepada Tuhan: “Apakah aku harus maju melawan orang
Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?” Tuhan menjawab
Daud: ”Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam
tanganmu.
Ketika mendengar
bahwa Ia akan ditangkap, Daud tidak segera mengumpulkan akan panglima
perangnya, serdadu-serdadunya dan orang-orangnya untuk mengatur strategi yang
tepat di dalam melawan orang-orang Filistin, tetapi Daud memilih untuk bertemu
dengan pribadi yang sudah memilihnya menjadi raja. Daud meletakkan hatinya
kepada Allah. Kepercayaan dirinya kepada Allah. Kemenangan melawan orang Filistin
ada di tangan Allah.
Tanpa Allah Daud
tidak bisa melakukan apa-apa – ia juga tidak memiliki kepercayaan diri untuk
maju berperang melawan orang Filistin, kekalahan mungkin berada di hadapannya. Ketika
ia memilih untuk meletakkan semuanya dan bertanya kepada Allah apa yang harus
dilakukannya, segalanya berubah – Daud mendapat kepercayaan diri yang baru dan
kokoh, karena janji Tuhan kepadaNya - janji Allah membesarkan hati Daud - Majulah, sebab Aku
pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.
Satu tindakan
aktif Daud untuk bertanya kepada Allah membawanya kepada janji kemenangan
melawan orang Filistin - Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu
ke dalam tanganmu.
Mari kita sedikit membayangkan hal yang sebaliknya – bagaimana kalau Daud tidak bertanya kepada Allah dan membuat keputusan yang lain. Misalkan bertanya kepada orang-orangnya tentang strategi yang tepat untuk dapat mengalahkan orang Filistin – apa yang akan terjadi? Saya menduga bahwa merekalah yang akan diserahkan ke tangan orang-orang Filistin – janji yang indah ini tidak kita temui “Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu”
Allah tidak
mengajar Daud membuat srategi perang, namun Allah ingin melihat Daud berserah
diri dan mengandalkan Dia di atas strategi dan segalanya. Kitapun demikian
adanya – mengandalkan Allah dan meletakkan semua beban hidup di kaki Kristus adalah
tindakan yang tepat dan jalan keluar yang terbaik.
Kerap kali Allah
mengijinkan setiap persoalan agar kita belajar meletakkan dimanakah hati kita –
siapakah yang kita andalkan – diri kita, orang lain ataukah Tuhan sendiri. Seorang
Kristen akan selalu menemukan jalan untuk datang dan berserah diri di kaki Kristus
– dalam kondisi dan situasi apapun.
Tindakan kecil
Daud untuk bertanya kepada Allah berdampak besar bagi dirinya dan orang-orang
yang ia pimpin – Allah memberinya janji yang pasti bahwa, Ia (Allah) akan menyerahkan
orang Filistin kepada Daud. Sekali lagi Daud mengalahkan orang Filistin
karena kasih karunia Allah – bukan kemampuan Daud!
Seorang Yang Tetap Mengandalkan Allah
Ayat 22 “Ketika orang
Filistin maju sekali lagi dan memencar di lembah Refaim”. Orang Filistin maju sekali lagi untuk melawan Daud dan orang-orangnya
– kemenangan pertama sudah Daud lewati bersama Allah.
Kali ini sikap
dan tindakan Daud masih tetap sama - maka bertanyalah Daud kepada Tuhan, dan
Ia menjawab: “Janganlah maju,
tetapi buatlah gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka, sehingga engkau
dapat menyerang mereka dari jurusan pohon-pohon kertau….(ay 23-24).
Meskipun ia sudah
menang dalam pertempuran yang pertama – ia tidak sombong atau membusungkan dada
dan lupa bahwa kemenangan yang ia peroleh adalah bantuan Allah. Daud masih
tetap mengandalkan Allah. Tindakan ketaatan kecil Daud membuat dirinya disertai
oleh Allah.
Daud tidak
membesar-besarkan kemenangan pertama – ia masih menganggap bahwa peperangan ini
masih tetap sama – harus melibatkan Allah. Daud tidak menjadikan kemenangan
pertama sebagai tolak ukur untuk yang kedua, tetapi Daud dengan inisiatif bertanya
kepada Allah – bolehkan kami maju atau tidak? Buatlah gerakan melingkar dan
ketika kamu mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau itu
bertindaklah cepat, sebab Tuhan telah keluar dan berperang di depanmu untuk
memukul kalah tentara Filistin (24-25). Janji Tuhan kepadanya untuk kedua kalinya.
Hari itu Allah
ingin mengajar Daud bahwa selama engkau mengandalkan-Ku, maka jalan-jalanMu dan
kepemimpinanMu akan tetap. Akulah yang akan berperang untukmu selama engkau
tunduk, taat dan berserah kepadaKu. Takhta kerajaan itu milikKu. Bangsa inipun
umat pilihanKu – Akulah yang membawamu ke takhta itu dan Aku pula yang
memilihMu untuk memimpin umat pilihanKu. Tetaplah menjadi Daud yang
mengandalkan-Ku seperti yang engkau lakukan hari ini.
Pengalaman itu
membawa Daud kepada pengalaman - pengalaman baru lainnya bersama dengan Allah. Setiap
hal yang terjadi Allah perlu dilibatkan didalamnya. Kisah orang Filistin
berkumpul dan menyerang Daud untuk kedua kalinya tidak berjarak waktu yang lama
dan Daud bisa saja tetap percaya diri pada janji kemenangan yang pertama ia
terima dari Allah, tetapi Daud memilih hal yang sebaliknya – tetap bertanya
kepada Allah.
Dari kisah Daud
kita belajar untuk tidak terus membesar-besarkan dan menyamakan penyertaan
Allah di masa lalu dan masa kini – kita perlu terus bertanya dan memohon
pertolonganNya. Apa yang Ia ingin kita lakukan dan apa rencanaNya bagi kita –
cara kerja Allah di masa lalu dan masa kini kerap kali berbeda. Lihat kisah Daud!
Posting Komentar untuk "Renungan - Saat Teduh 2 Samuel 5:17-25 Di Dalam Kasih Karunia Allah Daud Memiliki Hidup Dan Cerita Yang Bermakna Bersama Dia"