Renungan - Khotbah Mazmur 90:12 Menjalani Hari-Hari Hidup Dengan Bijaksana
Mazmur 90:12 (TB) Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Mazmur 90:12 (FAYH) Ajari kami menghitung hari-hari kami dan menyadari betapa sedikitnya hari-hari itu! Tolonglah kami untuk menjalani hidup sebagaimana patutnya!
Secara umum kitab Mazmur dibagi menjadi 5 kitab (istilahnya yang
digunakan oleh para penulis survei Perjanjian Lama dan LAI memakai istilah
jilid). Dan bagian yang akan kita renungkan bersama hari ini terdapat pada
jilid yang ke empat.
Mazmur 90 merupakan tulisan dan doa Musa dengan beberapa point penting yang dapat kita cermati di dalam doanya. Ia memuji-muji Allah “Sebelum gunung diciptakan, sebelum bumi dibentuk, Engkau adalah Allah yang kekal, tanpa awal dan tanpa akhir” ia juga mengungkapkan fakta tentang kehidupan manusia kepada Allah bahwa “Kami meluncur secepat waktu yang berlalu, secepat arus deras yang mengalir, dan menghilang secepat mimpi yang berlalu. Kami bagaikan rumput yang segar pada pagi hari, tetapi dipotong dan layu sebelum malam tiba”
Selain itu ia juga mengungkapkan akan keMahatahuan Allah dengan berkata “Engkau membeberkan semua dosa kami di hadapan-Mu. Dosa-dosa kami yang tersembunyi pun Engkau melihatnya”. Di bagian selanjutnya Musa mengungkapkan sesuatu yang sulit kita mengerti “asal buah pemikiran ini muncul” yang tentunya kita akan memahami bahwa ini merupakan ilham dari Allah, tentang kehidupan manusia yaitu - “Kami diberi hidup selama tujuh puluh tahun. Beberapa dari kami mungkin hidup sampai delapan puluh tahun. Tetapi tahun-tahun yang terbaik sekalipun sering hampa dan penuh penderitaan. Dengan cepat tahun-tahun itu berlalu dan kami pun lenyaplah”.
Karena kehidupan yang kita jalani akan berakhir doa Musa selanjutnya
merupakan doa yang agung, doa yang tulus, permintaan yang dalam kepada Allah
agar manusia diberi – “Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”.
Jika kita memperhatikan doa Salomo dan Musa yang merupakan dua abdi
Allah yang dipakai secara luar biasa, doa mereka tidak lain adalah untuk
meminta pengertian yang dari Allah bukan malah kekayaan harta benda dan
sejenisnya. Perhatikan juga bahwa apa yang tidak diminta oleh mereka, Allah
tahu bahwa mereka membutuhkan itu dan hal itu diberikan kepada mereka dengan
begitu limpahnya.
Bagaimana isi doa kita hari-hari ini?
Dan bagian yang menjadi perenungan kita hari ini adalah “Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana”. Jika
kita kilas balik dan mengamati kehidupan Musa maka terdapat tiga fase yang
dilalui olehnya – periode 40 tahun pertama ia berada di Mesir dan menjadi
seorang pangeran, politikus, seorang pemimpin militer yang kuat dan serangkaian
jabatan mentereng lainnya, periode 40 tahun kedua ia harus melarikan diri dari
Mesir dan tinggal di padang belantara dan hidup sebagai seorang pengembala
domba dan periode 40 tahun ketiga Allah memanggil dia dan mengutus Ia pergi dan
membebaskan bangsa Israel dan memimpin mereka selama perjalanan di padang gurun
menuju tanah perjanjian.
40 tahun terakhir kehidupan Musa didedikasikan untuk menjadi
perpanjangan tangan Tuhan bagi bangsa Israel. Ia dengan sukarela memberi
dirinya untuk dipakai Allah menjadi pelayan-Nya, ia bertugas untuk menyampaikan
akan kerinduan-kerinduan dan kehendak Allah bagi bangsa Israel. Seorang yang
telah dilatih oleh Allah di padang gurun, mungkin ia tidak menyangka bahwa
padang gurunlah tempat dimana Allah memasukkan dirinya ke dalam sekolah-Nya dan
memurnikan dia disana.
Sekolah yang kurikulumnya tidak dibuat oleh pribadi yang terbatas dan
dengan pikiran-pikirannya yang terbatas pula, tetapi sekolah yang kurikulumnya
dibuat oleh pribadi yang tak terbatas dan juga memiliki pikiran yang tidak
dapat diselami oleh manusia.
Mazmur 90 secara keseluruhan dan secara khusus ayat 12 ditulis oleh Musa
di penghujung hidupnya sebagai bentuk kilas balik perjalanan rohaninya bersama
dengan Allah, yang mana ia memohon kepada Allah agar diberi hikmat untuk
menghitung setiap hari-hari hidupnya dan tentunya kepada kita pembaca hari ini.
Lalu pertanyaannya mengapa seorang Nabi besar di dalam doanya ia masih
meminta Allah untuk memberikan kepadanya hikmat untuk dapat mengawasi setiap
hari-harinya? Apa maknanya dan apa yang sedang hendak ia tekankan?
Namun sebelum kita masuk ke dalam bahasan yang lebih dalam saya ingin
memasukkan riset penggunaan waktu yang kutip dari buku “Manejemen Waktu
Edisi Revisi 1” karya Ibrahim
Elfiky.
Aktifitas |
Waktu |
Mengikat Tali Sepatu |
8 Hari |
Menunggu Isyarat Yang
Lewat |
1 Bulan |
Waktu Yang Digunakan
Untuk Bercukur |
1 Bulan |
Naik Lift Di Kota-Kota
Besar |
3 Bulan |
Membersihkan Gigi Dengan
Sikat Gigi |
3 Bulan |
Menunggu Perayaan Di
Kota-Kota |
5 Bulan |
Waktu Yang Dihabiskan Di
WC |
6 Bulan |
Membaca Buku |
2 Tahun |
Waktu Makan |
4 Tahun |
Bekerja |
9 Tahun |
Tidur |
20 Tahun |
Jika kita memperhatikan daftar diatas apa yang tidak kita temukan? - Sepertinya waktu-waktu yang kita jalani hanya untuk hal-hal yang sifatnya sementara dan yang tidak kekal. Dimanakah waktu untuk berdiam diri bersama Allah, waktu dimana Allah berbicara secara pribadi kepada kita, waktu dimana kita menarik diri dari hiruk-pikuk dunia dan segala tawarannya dan berdiam diri bersama dengan Allah saja?
Setelah kita membaca akan hasil riset diatas kita mulai memikirkan ulang
dan membuat ulang jadwal aktifitas harian kita dan berusaha dengan keras untuk
menaruh perhatian lebih kepada apa yang kekal dan kita perlu menjadikan hal itu
sebagai konsen utama aktifitas kita setiap harinya dan seumur hidup. Oke
kembali ke pertanyaan di atas. Hal yang disadari oleh Musa adalah bahwa:
Hari Hidup Kita Itu Terbatas
Kita perlu menyadari bahwa kehidupan ini sangatlah terbatas – hidup ini
tidaklah kekal, kita juga memahami bahwa kehidupan ini akan berakhir yang mana
tidak ada seorangpun dapat melarikan diri dari hal ini, dengan usaha apapun dan
dengan kemampuan apapun. Karena kehidupan kita di dunia ini akan berakhir maka ada
hal yang perlu kita lakukan dan kita beri perhatian lebih, yang mana hal ini
melampaui akan apa yan dapat kita cari atau kita kejar dengan kekuatan diri
kita. Penulis kitab Amsal memberi pernyataan singkat yang menguatkan kita serta
mestinya menjadi konsen utama kehidupan kita setiap hari dengan berkata “dan
mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (Ams 9:10).
Hal yang menjadi konsen utama kita setiap harinya adalah usaha untuk
mengenal Kristus, usaha untuk mengalami Kristus dalam kehidupan kita setiap
harinya dan menjadikan kehidupan Kristus itu nyata di dalam kehidupan kita. Karena
keserupaan dengan Kristus dan bertumbuh ke arah Kristus itu terjadi di bumi dan
saat ini.
Setiap hari kehidupan batiniah kita perlu di bangun, diperbaharui di
dalam persekutuan yang ilahi di dalam Kristus melalui doa dan firmanNya – Bersihkan
dan sucikan mereka dengan mengajarkan kebenaran-kebenaran firman-Mu kepada
mereka (Yoh 17:17 fersi FAH).
Hanya dengan demikian apa yang dikatakan oleh Paulus kepada
jemaat-jemaat di Korintus menjadi nyata di dalam perjalanan rohani kita setiap
hari bersama denganNya - Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun
manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui
dari sehari ke sehari (2 Kor 4:16)
Jalani Setiap Hari Dengan Bijaksana
Betapapun hebatnya pengalaman seorang beriman, tidaklah mungkin baginya untuk selalu berada dalam keadaan yang benar dengan Allah jika ia tidak berusaha menggunakan waktu dengan Allah. Sediakanlah waktu yang banyak untuk bersama dengan Allah; biarlah hal yang lain berlalu tetapi jangan mengabaikan Dia. Oswald Chamber
Memang
kita tidak mengeluarkan sesuatupun yang kita miliki untuk membeli hari dan
waktu, yang mana dengan sendirinya hari dan waktu itu akan ada dan berlalu. Tapi
pernahkah kita merenung bahwa setiap hari yang kita lewati adalah anugerah
Allah? Anugerah yang Allah berikan kepada setiap orang dengan begitu adilnya,
tidak perduli dia seorang yang kaya ataupun dia seorang yang miskin, tua
ataupun muda dan Ia tidak memandang latar belakang agama apapun itu.
Kita
semua diberi kesempatan yang sama untuk menikmati dan menjalani hari-hari yang
Ia beri, namun cara menjalani setiap hari-hari itu adalah keputusan kita,
dengan apa kita mengisi hari-hari kita adalah keputusan kita juga. Kita ingin
mengisinya dengan hal-hal yang membawa nilai tambah dalam kehidupan kita
ataupun sebaliknya merupakan keputusan kita juga.
Kata “bijaksana” dalam ayat ini
berasal dari bahasa Ibrani yaitu “hokmah/hikmat” yang berarti “pengetahuan sekaligus
kemampuan penalaran untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan keseharian”.
Namun kita perlu menyadari bahwa hikmat yang dimaksud disini adalah
hikmat yang dianugerahkan oleh Allah sebagai bentuk ekspresi hubungan yang
terus menerus antara kita dengan Allah. Anugerah Allah tiada bandingnya, kita
bisa melihat bahwa tak ada satupun bagian hidup kita dimana Allah tidak ingin
bekerja di dalamnya. Ia memberikan kepada kita hikmatNya, hikmat yang benar untuk
menolong kita menjalani setiap hari-hari kita dan mengisinya dengan hal-hal
yang tidak hanya membangun diri kita sewaktu hidup di dunia ini, tetapi
terfokus kepada kekekalan.
Hikmatnya memampukan setiap orang percaya untuk menaruh perhatian lebih
kepada hal-hal yang bersifat kekekalan. Hal-hal yang tidak dapat dicuri atau digantikan
oleh orang lain. Di dalam perjalanan kehidupan Musa khususnya di periode ke dua
dan ketiga ia mempergunakan setiap hari-harinya dengan begitu berhikmat. Ia bekerja
untuk sesuatu hal yang tidak dapat orang lain ambil darinya selain yang empunya
pekerjaan itu yaitu Allah sendiri. Di periode hidupnya yang ketiga Ia mendedikasikan
setiap hari-harinya untuk bersama dengan
Allah dan umatNya.
Kiranya dua point renungan singkat ini menolong kita untuk semakin
bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah setiap harinya dan memberi warna baru
dalam kehidupan kekristenan kita.
v Hari Hidup Kita Itu Terbatas
v Jalani Setiap Hari Dengan Bijaksana
Bagaimana dengan setiap hari-hari kita?
Posting Komentar untuk "Renungan - Khotbah Mazmur 90:12 Menjalani Hari-Hari Hidup Dengan Bijaksana"