Renungan Habakuk 3:17-18 Sikap Orang Percaya Yang Terus-Menerus Bertumbuh Dalam Rasa Syukurnya
Memang sudah menjadi sifat kita untuk mudah lupa. Tetapi itu bukan alasan untuk melupakan apa yang sudah Allah lakukan bagi kita. Paul J. Meyer
Hidup
di tengah-tengah masyarakat yang plural dan kita terperangkap dalam budaya
hedonism, kita di sibukkan oleh iklan-iklan yang berseliweran di media sosial
yang seolah-olah berkata “ayo klik dan scroll mungkin ada yang kamu sukai” eh
yang tak tahunya setelah di klik bikin betah berjam-jam dan berujung pesan
order.
Segalanya
serba mudah dan serba cepat, itulah zaman ini. Segalanya sangat instan, kita
bisa mendapatkan berbagai macam info setiap harinya dari belahan dunia manapun,
itulah kemajuan.
Tapi
sayang kerap kali sikap ini membuat individu yang satu dengan individu yang
lain bersikap apatis, membangun tembok pemisah antara individu yang satu dengan
yang lain, ditambah perbedaan sosial dan kepemilikan makin ruetlah sudah.
Sikap
ini tidak hanya terjadi secara horizontal yaitu individu yang satu dengan
individu yang lain tetapi juga terhadap Tuhan sebagai pencipta dan penggerak
alam ini. Sikap yang tidak hanya ditunjukkan oleh orang yang belum mengenal
Allah tetapi juga oleh mereka yang telah mengenalnya.
Hari
ini orang akan menaikkan rasa syukurnya kepada Allah jika apa yang ia minta
dikabulkan, dengan nada-nada yang spektakuler se spektakuler liga dangdut
hehee. Oh Tuhan terima kasih untuk mobil yang sudah Engkau beri untuk
memperlancar akomodasi pelayanan kami Tuhan, Terima kasih Tuhan untuk rumah
yang Engkau beri sangatlah cocok dengan kerinduan masa kecilku, Terima kasih
Tuhan untuk pertambahan jemaat, dan nada-nada indah lainnya.
Bentuk
ungkapan syukur yang dipengaruhi oleh situasi dan ini berbahaya, karena
biasanya Mark Zuckerberg lebih
dulu mengetahui ungkapan syukur ini ketimbang Allah sang pemberi.
Kehidupan
yang bersyukur tidak muncul dengan sendirinya, butuh proses yang Panjang dan
perlu belajar. Itulah mengapa bersyukur seharusnya menjadi sikap setiap orang,
sikap itu aktif bukan pasif dengan demikian sikap bersyukur adalah sikap yang
aktif, yang mau belajar setiap harinya dan itu perlu dilatih dimulai dari
hal-hal yang terkecil karena hari ini kita diberi tahu bahwa kesuksesan dan
harga diri diukur dari seberapa banyak barang yang telah kita perolah. Disadari
atau tidak kerap kali kita menjadi pelaku dan objeknya.
Dalam
hal ini Habakuk memberi tahu serta mengajar kita tentang betapa bernilainya
beryukur itu ia menulis “Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku
akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan
aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia
membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”
Sikap yang ditunjukkan oleh Habakuk
tidak muncul dengan sendiri, jika rasa syukurnya dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi sepertinya tidak ada ruang baginya untuk mengucapkan akan syukurnya. Dia
tidak melihat pada situasi dan mulai bertanya-tanya “apa yang harus ku syukuri,
apakah aku perlu bersyukur” tidak. Semua itu disingkirkannya dan ia berkata “AKU
BERIA-RIA DI DALAM TUHAN YANG MENYELAMATKAN AKU”
Allah yang sudah menyelamatkannya
itulah yang menjadi dasar syukurnya, hingga ia dengan percaya diri berkata
sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makan dll aku akan
tetap gembira selalu karena Engkau penyelamatku. Berhenti sejenak dan merenung
bagaimana rasa syukur kita saat ini?
Habakuk
telah selesai dengan kisahnya, kisah yang mungkin bagi kita hari ini tidaklah
mendapat simpasin sama sekali tetapi sikap Habakuk telah mematahkan persepsi
dan cara pandang dunia dan diri kita, yang mana kerap kali kita selalu
beranggapan bahwa rasa syukur harusnya sesuatu yang waooo, saya tidak
menyangkali bahwa ada sebagian orang yang menaikkan rasa syukur mereka kepada
Allah dalam hal-hal terkecil bahkan dalam keadaan yang terpuruk sekalipun.
Habakuk
memberi warna baru dalam rasa syukur yang sebenarnya. Selain itu Habakuk juga
mengajar kita bahwa jika keadaan sekitar tidak memungkinkanmu untuk menaikkan
rasa syukurmu maka bersyukurlah kepada Allah yang mana melalui Kristus telah
memberikan kehidupan baru bagimu.
Beryukurlah
atas karya keselamatan yang agung yang telah dikerjakan oleh Kristus di kayu
salib. Keselamatan yang dikerjakan olehNya ketika kita masih dalam keadaan
berdosa dan itu mahal harganya lebih dari pencapaian-pencapaian dan
permintaan-permintaanmu kepadaNya.
Satu hal yang mulia ketika Allah yang Maha Kudus
menjadikan ciptaanNya yang berdosa sebagai “Sebab kamu semua
adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua,
yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
Tokoh Misionaris Kristen Dunia; John Williams "Harga Yang Harus Dibayar"
Namun
kerap kali kita seperti bangsa Israel yang selalu lupa akan pekerjaan-pekerjaan
Tuhan bagi kita, Asaf salah seorang penulis kitab Mazmur berkata tentang mereka
bahwa “mereka lupa akan perbuatan-perbuatanNya, dan hal-hal ajaib yang
dinyatakanNya kepada mereka”.
Bangsa
Israel mengalami sendiri keajaiban dan Mukjizat yang Allah lakukan bagi mereka
yang mana bagi kita hari ini kita hanya bisa melihatnya dalam film-film yang
dibuat oleh para sutradara, tetapi mereka melupakan akan semua
kejadian-kejadian dahsyat itu.
Salah
satu hal yang mempengaruhi manusia dalam menaikkan rasa syukurnya kepada Allah
adalah kebingungan yang dipengaruhi oleh faktor lupa. Kita lupa apa yang sudah
Allah kerjakan bagi kita di masa lalu, itulah sebabnya beberapa orang
mengusulkan “arsipkanlah hal-hal yang anda doakan dan arsipkanlah setiap hal
yang anda lalui baik itu buruk maupun hal baik” karena hal itu akan menjadi
pengingatmu sewaktu-waktu dan akan menolongmu menaikkan rasa syukur kepada
Allah dengan berkobar-kobar karena melihat pada hal-hal yang sudah Ia kerjakan
dan sedang Ia kerjakan dalam hidupmu.
Jika
belum, ada Habakuk memberi kita contoh dimana ia bersyukur kepada Allah yang
telah menyelamatnya, anda dan sayapun demikian adanya.
Akhir kata Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Jadikan ucapan syukur sebagai gaya kehidupan Kekristenan kita, setiap saat dan disetiap waktu. Tidak ada hal yang begitu indah selain ucapan syukur yang kita naikkan kepada dan atas apa yang telah Ia kerjakan bagi kita di salib dan disetiap harinya.
Posting Komentar untuk " Renungan Habakuk 3:17-18 Sikap Orang Percaya Yang Terus-Menerus Bertumbuh Dalam Rasa Syukurnya"