Renungan Bilangan 11:23 Ketidakpuasan Terhadap Allah Berdampak Pada Semua Aspek Kehidupan
Keinginan untuk selalu mengumpulkan lebih dan lebih, ketika hal itu telah matang maka terbentuklah seorang pribadi yang tamak dan selalu tidak puas dengan apa yang dimiliki. Bruce Jr
Roda kehidupan berputar dengan begitu cepatnya, di era tahun 90an
rasanya jika tidak memiliki gadjet tidaklah menjadi masalah, tapi hari ini jika
ketinggalan gadjet rasanya seperti hari mau kiamat, hehehe. Artinya kita telah
dan dengan sukarela memberi diri untuk masuk ke dalam kemajuan itu dan bisa
dikatakan kita terperangkap oleh “kemajuan” itu sendiri.
Kita berlari dan berjalan mengikuti ritme yang ada, tidak hanya
orang-orang sekuler tetapi juga orang-orang Kristen pada umumnya. Kita dibentuk
oleh nilai-nilai perubahan zaman yang selalu melihat seseorang dari apa yang ia
pakai, di perumahan mana dia tinggal, kendaraan apa yang ia kendarai,
anak-anaknya bersekolah dimana, tempat-tempat liburan seperti apa yang sering
ia kunjungi dan jika ia adalah seorang pendeta atau pemuka umat maka pertanyaan
yang selalu ditanyakan adalah berapa jumlah jemaat yang anda gembalakan
sekarang ini?. Dan serangkaian pertanyaan fantastis lainnya.
Kita memandang diri kita dan mulai mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan
retoris seperti “mengapa aku masih seperti ini, Kapan ya aku bisa kayak dia,
duuu aku udah umur 28 tapi masih belum punya apa-apa sedangkan dia udah liburan
kemana-mana, punya rumah lagi. Serangkaian pertanyaan ini merupakan sikap
ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan ketidakpuasan dengan Allah.
Sikap ketidakpuasan terhadap diri sendiri akan memunculkan
pertanyaan-pertanyaaan dengan nada yang “membandingkan” diri dengan orang lain.
Mengapa demikian, hal berikut bisa menjadi pemicunya,
Tidak memiliki tujuan hidup
Anda pasti mengetahui akan manfaat google map dan kompas, begitu jugalah
jika kita memiliki tujuan hidup. Tujuan hidup setiap orang pasti berbeda-beda
dan bisa juga punya kesamaan yang diinginkan tapi ingat bahwa proses yang harus
di lalui untuk mencapai tujuan itu berbeda, kata temanku “kerap kali dewi
fortuna akan berpihak kepada yang satu dan sedikit tidak berpihak kepada yang
lain” yang artinya untuk mencapai tujuan itu butuh waktu yang lama, dengan
kata-kata motifasi yang selalu diulang-ulang“proses tidak akan pernah
menghianati hasil”
Krisis pengakuan diri
Hari ini salah satu penyebab seseorang
memiliki mood yang baik dalam menjalani harinya adalah jika apa yang ia
posting di media social mendapat banyak like, coment dll. Kalian pernah ngak si
mengalami hal ini? Kalau belum Cobalah
kalian amati teman-teman kalian atau kalian sendiri deh, heheh.
Kita dibentuk oleh hal-hal yang berasal dari luar diri kita, kita
dipengaruhi oleh “berapa dan apa” terciptalah seorang yang akan memakai
berbagai macam cara untuk mengumpulkan lebih dan lebih, seorang yang tidakpuas.
Dalam hal ini seorang penulis surat terbanyak dalam kitab suci dan pengikut Kristus menemukan ulang akan
tujuan dan jati dirinya di puncak kejayaan dan pencapaian-pencapaian hebatnya
Ia malah ditangkap dan dibaharui oleh Kristus yang sekaligus membentuk ulang
akan tujuan-tujuan hidupnya, pernyataan-pernyataannya menyatakan bahwa ia
secara sadar dan sukarela serta telah menghitung akan setiap harga dan
keputusan yang ia buat salah satu pernyataannya yang begitu agung ketika ia
menulis suratnya kepada jemaat di Kolose, ia berkata;
“Aku disalibkan dengan Kristus: meskipun demikian aku hidup; namun bukan
aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku: dan hidup yang kuhidupi
sekarang di dalam daging, aku hidup oleh dalam iman Anak Allah, yang mengasihi
aku, dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”
Pernyataan yang tidak hanya ditulis tetapi juga dihidupi oleh seorang yang dulunya memiliki
reputasi yang baik, nama yang baik bahkan ia bisa mendapatkan segala hal yang
ia inginkan tetapi itu semua dilepaskan
olehnya hanya untuk hidup bagi Kristus, tidak ada ruang untuk ketidakpuasan dan
tidak ada ruang untuk membandingkan dirinya dengan orang lain selain puas
dengan Kristus dan berusaha keras untuk serupa dengan Kristus dalam
kematianNya, tulisnya.
Bagian diatas merupakan seseorang yang tidak puas dengan dirinya,
sekarang hal dimana manusia tidak puas
dengan Allah. Bagian yang sering kita lakukan secara sadar namun gengsi untuk
mengakuinya karena bukan cara yang keren dan tidak mendapatkan banyak
simpatisan.
Melupakan Fakta Bahwa Segalanya Berasal Dari Allah
Ketika manusia lupa bahwa Allah adalah pengendali alam semesta dan
kehidupan serta penyedia apa yang dibutuhkan oleh ciptaannya sebagaimana Ia
katakan dalam sabdaNya “Tetapi haruslah engkau ingat kepada
TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh
kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah
kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini”.
Ketidakpuasan terhadap Allah mulai terbentuk dalam hati, secara
perlahan-lahan dan akan mengakar kuat hingga berakibat manusia tidak puas
dengan dirinya dan dengan apapun yang ia capai.
Bahaya Ketidakpuasan membentuk manusia sedemikian hebatnya, mengikatnya
sedemikian kuatnya dan tidak jarang membutakan mata batinnya, hal ini
menyebabkan ketidaktahuan dan ketidakpeduliaan akan setiap apa yang Allah
berikan kepadanya, hal ini berlaku bukan hanya bagi orang yang belum percaya
kepada Kristus tetapi juga orang-orang bergereja.
Kisah dalam Bilangan 11:4-23 memberikan gambaran bagi kita tentang sikap
ketidakpuasan dengan Allah, saya mengamati bahwa ketidakpuasan terhadap apa
yang Allah beri sama dengan ketidakpuasan terhadap diriNya. Allah menyediakan
kepada mereka Manna untuk dimakan tetapi karena terlalu bernafsu mereka mulai
membandingkan Manna pemberian Tuhan dengan apa yang mereka makan selama di
Mesir.
Mereka mengetahui bahwa itu adalah bentuk pemeliharaan Allah dan itu
cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka
tetapi dibuat tidak cukup karena untuk memuaskan keinginan nafsu
mereka.
Mereka menjadi tidak puas dengan pemberian Allah dan mulai mendambakan
akan apa yang mereka nikmati sewaktu masih berada di Mesir. Pesannya bagi kita
ketika kita berpaling dari dunia untuk memuaskan nafsu kita, kita tidak lebih
baik dari orang Israel yang merindukan rumah mereka di Mesir.
Apapun yang anda miliki tidak akan pernah memberikan kepuasan termasuk
benda-benda dan barang-barang yang anda cintai dan anda jagai dengan begitu
ketatnya, kepuasan sejati hanya ketika anda bertemu Kristus dan menjadikan Dia
tuan anda. Kerapkali apa yang kita miliki adalah sumber ketidakpuasan itu
sendiri, so berhati-hatilah.
Seperti
orang Israel, sikap nafsu kita memiliki ketidakpuasan dengan Tuhan sebagai
sumbernya. Israel mengeluh di Mesir, mereka dibebaskan oleh Tuhan, eh mengeluh
lagi dan mengeluh lagi. Ini adalah bukti bahwa orang yang tidak puas tidak akan
puas dalam keadaan apa pun.
Bagus muridku berkembang kau...........
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus