Jenis-Jenis Khotbah Kristen
Setidaknya setiap pengkhotbah
Kristen pernah menggunakan akan Teknik-teknik berkhotbah baik itu secara sadar
maupun tidak sadar. Pada umumnya mereka yang senang belajar tentang cara-cara
berkhotbah akan mengetahui hal ini dan bagi anda yang bersekolah teologi
rasanya hal ini akan menjadi makanan yang bisa dikatakan akan anda temui setiap
harinya di meja makan (ruang kuliah) hehehe. Berikut ini merupakan jenis-jenis
khotbah, cek cek cek.
Khotbah
Naratif
Analisis naratif merupakan suatu
metode untuk memahami dan mengkomunikasikan pesan alkitab yang sesuai dengan
bentuk kisah dan kesaksian personal, sesuatu yang merupakan ciri khas dari
kitab suci dan juga merupakan suatu model fundamental dari komunikasi antar
individu.
Hal ini sebagaimana diketahui bahwa
sebagian besar isi kitab suci tertuang dalam bentuk kisah, tetapi bukan hanya
kisah belaka tetapi kisah yang tertulis di dalam alkitab mengandung
berbagai-bagai macam ajaran termasuk di dalamnya ajaran tentang keselamatan dan
kisah karya keselamatan manusia oleh Yesus Kristus.
Penyampaian kisah tersebut dengan
penuh kuasa bisa memberikan substansi pernyataan iman dan makin memperkokoh
iman setiap orang percaya di dalam prosesnya mengiring Allah.
Dalam hal ini Calvin Miller memberi
pendapatnya dengan berkata “ Khotbah naratif bukanlah khotbah yang hanya
mengandung sebuah cerita tetapi khotbah naratif sendiri adalah sebuah cerita.
Cerita ini mengikat khotbah ini dari awal sampai akhirnya hingga menjadi satu
plot yang mempunyai satu tema yang akan dilengkapi dengan suplot-suplot dan
ilustrasi-ilustrasi yang menghiasi cerita. Namun tema cerita tetap jelas dan
menguasai seluruh khotbah. Narasi biasanya terdiri atas latar, konflik dan
jalan keluar. Ketiga unsur ini boleh berubah urutan yang akan disesuaikan
dengan situasi dan kebutuhan. Dalam khotbah naratif terdapat berbagai macam
cerita misalkan tentang kisah penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, cerita
tentang Menara Babel, cerita tentang Nabi Nuh, Abraham hingga Yesus Kristus,
dsb-nya. Dalam buku firman pemberitaan ada 4 jalan dalam khotbah naratif.
Pertama,
hermeneutika naratif, mengarahkan khotbah dengan narasi
menjadi pusat dari praktik penafsiran alkitab. Dalam suatu pendekatan, bentuk
narasi dari teks alkitab digunakan untuk membimbing pengkhotbah dalam bentuk
khotbah seutuhnya. Tong Long dan David Buttric mendorong pengkhotbah mengunci
perkembangan khotbah dengan unsur-unsur sastra alkitab sedangkan Charles Rise
mengundang pengkhotbah untuk menemukan bagaimana narasi manusia di masa kini dapat
ditemukan secara imajinatif dalam metafora-metafora dan gambar-gambar cerita
alkitab.
Kedua, Khotbah
naratif membawa pada khotbah yang melibatkan beberapa bentuk pengembangan
naratif, yang mana sang pengkhotbah
mengambil bentuk logika dari narasi untuk bentuk khotbah. Khotbah diubahkan
bukan diuraikan dan disusun untuk menyerupai sebuah cerita yang bergerak dari
ketidakseimbangan menuju keseimbangan yang dikembalikan.
Hal ini tidak sama seperti ketika
membuat khotbah mengikuti alur teks alkitab. Cara lain untuk menggunakan cerita
bagi pengembangan sebuah khotbah adalah dengan membuat khotbah menjadi cerita
itu sendiri. Menurut Roger Standing “khotbah naratif bisa dibuat menggunakan
kata ganti orang ketiga atau menggunakan kata ganti orang pertama ketika sang
pengkhotbah adalah sang tokoh dalam cerita itu sendiri.
Ketiga,
khotbah naratif membawa pada berbagai macam bentuk enkulturasi naratif. Pengkhotbah
menggunakan unsur-unsur naratif seperti metafora, gambar untuk berilustrasi
yang mana ide khotbah ditemukan dalam kebudayaan dan pengalaman manusia masa
kini. Artinya bahwa dalam beberapa hal khotbah dimulai dengan cerita masa kini
yang mengungkapkan kebutuhan yang dirasakan atau yang menimbulkan pertanyaan
mengenai kehidupan saat ini.
Keempat,
khotbah naratif adalah khotbah yang memperkenalkan pandangan dunia naratif. Dalam
pendekatan kali ini kategori naratif seperti komunikasi mite, komunikasi
paralog, tokoh, lambang ataupun simbol cerita digunakan untuk membantu
pengkhotbah memahami bagaimana khotbah mendukung dan meningkatkan metanarasi
atau pandangan dunia dalam jemaat.
Khotbah
Topikal
Analisis topical adalah metode yang
memilih sebuah pokok studi dalam alkitab kemudian pokok tersebut ditelusuri
dalam kaitan dengan konteksnya. Hal senada juga diungkapkan oleh William E.
Jones, ia berpendapat bahwa analisis topical adalah salah satu Analisa dimana
tema diambil dari teks tetapi yang uniknya hal ini didiskusikan secara terpisah
dari teks dan bisa saja mencari dari bagian lain di alkitab untuk disesuaikan
dengan tema yang sedang dibangun.
Khotbah jenis ini tidak menggunakan
satu teks sebagai dasar pemberitaannya tetapi berasal dari berbagai sumber
teks, khotbah ini memiliki satu tema dan kerangka-kerangka khotbah hanya untuk
menguraikan tema tersebut. Setiap kerangka harus tertuju dan mendukung tema
yang dibangun. Apabila kerangka khotbah tidak dibatasi untuk menguraikan dan
memperjelas tema khotbah maka khotbah topical akan melebar menjadi khotbah yang
sering kali membuat si pengkhotbah tidak cukup waktu dan sang pengkhotbah akan
kehilangan sasaran yang ingin dibagikan kepada jemaat.
Khotbah topical bertujuan untuk
menyajikan sebuah topik yang khusus pada jemaat. Sebagai contoh, mungkin ia
mengambil sebuah pokok bahasan mengenai pembenaran, lalu pertama-tama ia akan
mencari segala sesuatu yang dikatakan oleh alkitab atas persoalan yang memikat
ini. Kemudian sang pengkhotbah akan mencari refrensi dari alkitab dan buah-buah
pikiran yang didapatkan ke dalam sebuah format yang tersusun dengan rapi.
Kemudian pengkhotbah akan
mengembangkan temanya dengan sepenuh dan setepat mungkin, lalu bahan khotbah
siap disajikan, setepat mie instan, hehehe. Tujuan utama dari khotbah jenis ini
adalah menginformasikan kepada pendengarnya segala sesuatu yang harus diketahui
mengenai pokok bahasan yang penting.
Khotbah
Ekspositori
Menurut Bryson, kata ekspositori
mempunyai akar kata expose yang berasal dari kata exposen (Inggris), exposer
(Prancis) atau exponere (Latin). Dalam bahasa Latin yang lebih modern (180-600
M), pengertian dari Exponere berarti “menafsirkan atau menjelaskan”.
Berdasarkan pendekatan ini maka dalam khotbah ekspositori factor yang dominan
adalah penafsiran dan penjelasan akan point yang diperoleh dari sebuah hasil
penafsiran sedangkan untuk faktor-faktor lain seperti pendahuluan, ilustrasi,
aplikasi dan penutup khotbah hanya berfungsi sebagai penopang penjelasan isi
khotbah tersebut.
Menurut Tjandra Lukas di dalam
bukunya Persiapan Khotbah Yang Praktis mendefenisikan Analisa
eskpositori sebagai, Analisa yang menitik beratkan pada penjelasan isi alkitab.
Memilih satu pasal ataupun satu perikop ayat alkitab kemudian memberikan
penjelasan ayat per ayat atau dari satu perikop alkitab kemudian dianalisas
pokok pikirannya.
Substansi
Khotbah Ekspositori
Substansi dari khotbah ekspositori
adalah berita khotbah harus bersumber dari amanat teks alkitab sebagaimana yang
dimaksudkan oleh penulisnya, yang dalam pengertian lain kembali kepada maksud
awal penulis ketika menuliskan akan surat itu. John A. Broadus mendefenisikan
khotbah eskpositori sebagai “ khotbah yang terutama diisi atau didenominasi
dengan eksposisi alkitab dan teks yang diambil bisa berupa teks yang Panjang
ataupun yang pendek bahkan hanya bisa sebagian kalimat selain itu juga bisa teks
yang diambil berupa seri atau bagian yang berdiri sendiri dari isi alkitab itu.
Merril F. Unger dalam bukunya
Principles of Ekspository Preaching mendukung pendekatan substansi ini dengan
mengatakan bahwa “ Baginya kriteria yang menentukan sebuah khotbah dapat
digolongkan dalam khotbah ekspositori bukan pada panjang pendeknya teks,
melainkan cara pengkhotbah menafsirkan teks tersebut. Bila pengkhotbah
menafsirkan sedemikian rupa sehingga ia dapat menemukan makna yang sesungguhnya
sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan pendengar khotbah masa kini maka khotbah tersebut dapat digolongkan
ke dalam khotbah ekspositori.
Haddon Robinson dalam bukunya Biblical
Preaching saya mengamati bahwa pemikirannya sama dengan Unger yang mana
bagi Robinson khotbah ekspositori ialah “khotbah yang mengkomunikasikan sebuah
konsep alkitabiah yang diperolehnya dan disampaikannya melalui penyelidikan
historis, gramatikal dan kesusastraan sebuah teks di dalam konteksnya, dimana
Roh Kudus pertama-tama menerapkannya kepada kepribadian dan pengalaman
pengkhotbah kemudian pengkhotbah menerapkannya kepada para pendengarnya.
Unsur-unsur dalam khotbah ekspositori adalah:
Pertama,
amanat teks alkitab. Amanat teks
alkitab menjadi satu-satunya berita khotbah, setiap pengkhotbah wajib memulai
khotbahnya dengan membaca teks alkitab dan dilanjutkan dengan penjelasan amanat
agung teks yang dibacanya. Dengan begitu dalam persiapannya seseorang
pengkhotbah haruslah memiliki disiplin yang kuat untuk menjaga agar berita
khotbahnya murni bersumber dari amanat teks yang sedang diselidinya dan bukan
dari luar teks alkitab.
Tiap pengkhotbah dituntuk untuk
setia pada amanat teks yang sedang diselidinya, ia tidak berhak untuk
menggantinya dengan amanatnya sendiri. sebagaimana tugas besar seorang duta adalah
menyuarakan amanat yang diterima dari seseorang yang mengutusnya demikian pula
seorang pengkhotbah. Sebagai duta Allah tugasnya hanya menyampaikan berita dari
Allah kepada umatNya tengang karya keselamatan yang diberikanNya kepada mereka.
Kedua, eksegese. Eksegese teks
secara cermat dan akurat dengan menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang
sehat merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh seorang pengkhotbah untuk
memperoleh amanat teks. Focus utama pengkhotbah pertama-tama adalah mendapatkan
amanat yang sebenarnya dari teks yang akan dikhotbahkan. Perlu selalu diingat
bahwa setiap teks dalam alkitab ditulis karena adanya suatu kejadian atau
peristiwa sejarah yang melibatkan baik penulis tersebut maupun pembacanya. Itu
sebabnya amanat teks hanya bisa ditemukan jika pengkhotbah mempertimbangkan
konteksnya dengan saksama.
Pengabaian konteks membuat setiap
orang dapat menafsirkan ayat-ayat alkitab sesuai keinginannya sendiri dan itu
bahaya. Maka tidaklah berlebihan jika ada orang yang mengatakan bahwa konteks
is the king. Dalam khotbah ekspositori, eksegese yang objektif dalam menemukan
amanat teks merupakan unsur yang tidak boleh diabaikan.
Ketiga,
relevansi. Amanat teks
diberitakan kembali oleh pengkhotbah kepada pendengar masa kini dengan
memperhatikan akan kebutuhan-kebutuhan mereka dan membuat aplikasi-aplikasi
yang relevan dengan kehidupan mereka saat ini. Amanat teks yang telah diperoleh
merupakan firman Tuhan yang telah dikatakan Tuhan kepada umatNya di masa lalu.
Karena kita menyakini bahwa firman
Tuhan itu bersifat kekal untuk semua manusia dan pada segala zaman. Itulah
sebabnya, tugas seorang pengkhotbah adalah membawa berita kekal itu untuk
kembali berbicara kepada manusia masa kini. Maka untuk melaksanakan tugas itu
dengan efektif tentunya pengkhotbah tidak boleh mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
pendengarnya agar dapat membuat aplikasi yang mengena dari firman Tuhan yang
akan disampaikan tersebut.
Khotbah
Biografi
Khotbah biografi yaitu mengkhotbahkan
kisah perjalanan yang mewarnai hidup seseorang. Pada metode ini biasanya akan
mempelajari kehidupan dari beberapa tokoh yang ditemukan dalam alkitab. Setiap
biografi yang dicatat dalam alkitab memiliki arti yang penting bagi kita dan
sangatlah penting juga untuk dikhotbahkan. Menurut R Larry Overstreet hal-hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam khotbah biografi adalah “mempelajari
kelahiran dan pribadi tokoh tersebut, mempertimbangkan lingkungan dimana ia
dibesarkan, pusatkan pada pembentukan Allah dalam kehidupannya, bagaimana
reaksinya terhadap pembentukan tersebut, apa yang dipelajari dalam proses
pembentukan tersebut, jika ia berhasil cari tahu apa yang membuat orang itu
berhasil dan apa yang dapat dipelajari dari kehidupannya secara utuh”.
Khotbah
Tekstual
Mengenai khotbah tekstual itu berarti
kita berhadapan dengan suatu macam khotbah yang berbeda dengan khotbah topical
ya gays. Jika dalam khotbah topical kita memulai dengan tema maka pada khotbah
topical kita akan memulai dengan teks, kira-kira itulah sedikit perbedaan yang
bisa ditemukan dan diamati secara langsung dalam menentukan jenis khotbah
seperti apa yang hendak kita utarakan. Lukman Tambunan di dalam bukunya Khotbah
dan Retorikam, mendefenisikan khotbah tekstual sebagai “khotbah yang
berdasarkan pada ayat-ayat alkitab. Pengkhotbah bisa menemukan satu atau dua
ayat emas atau ayat kunci dalam alkitab. Sang pengkhotbah juga bisa mengambil
tema khotbah dari satu atau beberapa kalimat dalam perikop tersebut.
Khotbah tekstual mempunyai garis-garis
utama dan untuk mengembangkannya diambil juga dari teks itu sendiri sehingga
kerangka utamanya tetap dalam batas-batas teks tersebut, teks yang diambil bisa
satu ayat ataupun beberapa ayat. J. D. O’Donnell memberikan beberapa prinsip
mengenai khotbah tekstual yaitu, pertama, Kerangka tekstual harus
berpusat pada suatu pemikiran utama dalam teks dan bagian-bagian utamanya harus
diambil dari teks agar supaya memperluas tema tersebut. Kedua, Didalam
sebuah teks bisa ditemukan lebih dari satu tema, namun demikian hanya satu
pokok yang harus dikembangkan dalam satu kerangka yang utuh. Ketiga, Bagian
utamanya harus disusun dalam urutan logika dan kronologis. Keempat, Konteks
dari teks harus diselidiki secara saksama dan dibubungkan dengan teks agar tidak
salah ditafsirkan. Kelima, Dapat diambil dua atau tiga ayat dari bagian
alkitab yang berlainan dan disatukan dengan demikian digarap menjadi sebuah
teks dengan syarat asalkan ayat-ayat tersebut saling menunjang dan mempunyai
keterkaitan yang kuat.
Ciri-Ciri
Khotbah
Khotbah bukanlah sebuah pidato umum
ataupun cerita tanpa makna dan arti apalagi pengungkapan pikiran manusia dan
bukan pula berisi nasihat-nasihat yang diangkat dari pengalaman hidup manusia,
tetapi sebaliknya khotbah adalah menceritakan firman Allah yang didasarkan pada
alkitab.
Allah menyatakan diriNya melalui
firmanNya agar Ia dikenal dan kehendakNya agar diketahui oleh jemaat melalui
khotbah, hal ini tidak hanya sampai pada proses mendengar tetapi harus sampai
pada proses memancarkan kebenaran firman Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari itulah
yang berkenan dihadapanNya.
Khotbah disampaikan kepada jemaat
yang khusus berkumpul untuk mendengarkan firman Allah. Karenanya, khotbah harus
dihubungkan dan mengena dengan pendengar. Pentingnya tugas berkhotbah menjadi
nyata karena khotbah membuahkan dua sikap manusia terhadap firman Allah yaitu
kehidupan kekal bagi orang yang menerimanya dan kematian kekal bagi orang yang
mengabaikannya. Firman Allah yang disampaikan melalui khotbah menjadi nafas
kehidupan bagi mereka yang mendengarnya (2 Kor 2:16) sungguh sangat sedih bila
firman Allah ditolak oleh pendengar karena Kristus tidak tampak pada kesaksian
itu. Ini memperlihatkan bahwa ada hubungan yang era tantara khotbah dan
pengkhotbah.
Firman Allah yang disampaikan
kepada pendengar tampak melalui wajah pengkhotbah, khotbah adalah kesaksian si
pengkhotbah itu sendiri dalam hal ini Ruel Howe mengatakan bahwa “Berkhotbah
adalah sebuah perjumpaan yang melibatkan tidak hanya isinya, namun hubungan
pengkhotbah dengan Allah, tidak hanya ide-ide yang dibangun namun tindakan
pengkhotbah tentang apa yang dikhotbahkannya itu tidak hanya logika tetapi
emosi, tidak hanya pemahaman tetapi juga komitmen pengkhotbah untuk melakukan
firman Allah.
Dari kutipan diatas bisa dipelajari
bahwa pentingnya hubungan si pengkhotbah dengan Allah sebagai sumber hikmat dan
yang dapat mengubahkan hidup setiap orang untuk itu pengkhotbah tidak hanya
mengkhotbahkan pendengar tetapi ia juga mengajar dirinya serta berusaha untuk
menghidupi apa yang disampaikannya itu dalam kehidupannya. Seturut dengan hal
diatas dapat dicatat ciri khotbah antara lain: Pertama, khotbah bersumber
dari nats alkitab. Khotbah itu adalah kabar baik yang disampaikan dan
mengandung aspek pembinaan, penghiburan, nasehat dan teguran terhadap dosa, (2
Tim 4:2) dll.
Kedua, khotbah
disampaikan oleh seorang penghotbah yang khusus untuk tugas itu. Pendeta dalam
bahasa Belanda disebut Precant yang artinya “mewartakan” dalam sebutan tugas
ini tercakup pengertian tugas utama seorang Pendeta yakni mewartakan
(berkhotbah). Tentu saja selain Pendeta juga ada yang berkhotbah seturut dengan
panggilan gereja.
Ketiga,
Mendengar firman Tuhan. Alkitab
berkata bahwa iman timbul dari pendengaran firman Tuhan dan khotbah tidak
terjadi karena manusia melainkan semata-mata karena perkenanan Tuhan. Bukan
seperti pidato umum tetapi khotbah adalah sapaan isi hati Allah untuk umatNya.
Khotbah memberi kegembiraan bahwa
ada harapan bagi setiap orang yang berusaha untuk mengetahui serta melaksanakan
akan kehendak Allah yang memberi petunjuk menuju kebahagiaan dan keselamatan
yang sejati dalam Kristus Yesus. Sapaan ini membangun kepercayaan kepada Allah
yang dapat dihayati dalam hubungan kasih dengan sesame manusia dengan lingkungan
dan dengan dirinya sendiri meneladani hidup Yesus Kristus.
Akhir kata Penulis kitab Ibrani
memberi tahu kita bahwa “ sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam
dari pada pedang bemata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan
jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan
pikiran hati kita” (Ib 4:12).
Referensi
Anton Siswanto, Passion To Your
Words (Bandung, Visi Anugerah Indonesia, 2011)
David Ray, Gereja Yang Hidup:
Ide-Ide Segar Menjadikan Ibadah Lebih Indah (Jakarta, BPK Gunung Mulia,
2009)
Martasudjita, Seputar Ibadah
Sabda (Yogyakarta, Kanisius, 2004)
Yusuf Eko Basuki, Pertumbuhan
Iman Yang Sempurna (Yogyakarta, Garudhawaca, 2014)
Dag Heward, Apa Artinya Menjadi
Gembala (Parchment House, 2015)
Lukman Tambunan, Khotbah dan
Retorika (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2010)
J.D. O’Donnell, The Preacher and
his Preaching (Nashville: Randal House Publication, 2000)
R. Larry Overstreet, Biographical
Preaching: Bringing Bible Characters to Life (Published: Grand Rapids,
2001)
Bryan Chapell, Christ-Centered
Preaching: Redeeming the Expository Sermon (Grand Rapids: Baker, 1994)
J. L Abineno, Pokok-Pokok
Penting Dari Iman Kristen (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2008)
John H. Hayes, Pedoman
Penafsiran Alkitab (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2006)
Ronald J. Allen, Preaching The
Topical Sermon (Louisville, John Knox Press, 1992)
Harold T. Bryson, Expository
Preaching: The Art Of Preaching Throught a Book of the Bible (Nashville:
Broadman dkk Publisher, 1995)
Tjandra Lukas, Persiapan Khotbah
Yang Praktis (Malang, Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), 2004)
Henry A.
Virkler, Hermeneutik: Prinsip-Prinsip dan Proses Interpretasi Alkitabiah
(Yogyakarta, Andi, 2015)
William E.
Jones, Developing a Topical Sermon (Philadelphia: American Baptist
Publication Society, 1999)
Roger
Standing, Strategies for Reaching a Returning Generation (Publisher:
BRF, 2008)
Joch MeClure, Firman
Pemberitaan: 144 Istilah Penting Dalam Homeletika (Jakarta, BPK Gunung
Mulia, 2012)
Linda Wahjudi,
Seni Mewartakan Kabar Gemberi (Yogyakarta, Kanisius, 2008)
Hasan Susanto,
Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah (Jakarta, BPK Gunung Mulia,
2004)
David
Buttrick, Speaking Conflict: Stories of a Contversial Jesus
(Westminster: Jhon Konx Press, 2004)
Komisi Kitab
Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja (Yogyakarta, Kanisius,
2003)
Posting Komentar untuk "Jenis-Jenis Khotbah Kristen "